Rabu, 25 April 2012

MUDIK ROHANI

Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw.

Seminggu yang lalu kita telah merayakan kemenangan. Kita telah kembali kepada fitrah, kepada kesucian. Semoga dengan rahmat-Nya, dengan ampunan-Nya, Allah berkenan menerima amal ibadah dan taubat kita, sehingga kita benar-benar ibarat bayi yang baru lahir, suci tanpa dosa.

Kepada sesama, dengan tulus kita pun sudah saling berjabat tangan, saling mengucapkan "mohon maaf lahir batin" sebagai simbol pengakuan dan kesadaran bahwa kita sebagai manusia biasa tidak luput dari khilaf, salah, dan dosa. Sekuat-kuat iman kita, pasti ada saat kita lalai, alpa, lupa, atau membuat kecewa.

Setiap kita, mungkin pernah terjebak pada pertengkaran. Setiap kita pernah terseret pada hal-hal yang tidak terpuji. Nabi Muhammad memaklumi ini dalam sabdanya. "KULLU BANII AADAMA KHATHAUN. Wa khairul khaththaaiinat tawwaabun." Setiap anak Adam adalah pembuat kesalahan. Tapi sebaik-baik orang yang membikin kesalahan adalah yang ber taubat." Hr Tirmidzi.

Nabi Adam, sebagai nenek moyang manusia, pernah terusir dari surga karena memakan buah larangan. Adam menyesal dan memperbaiki kesalahannya dengan mohon ampun kepada Allah. Lalu Adam merasakan kebahagiaan dan kedamaian setelah mendapatkan ampunan dari Allah.

Ada perasaan bahagia, tenang, dan damai bila kita telah melebur dosa-dosa kita. Itu berarti bahwa kita kembali ke fitrah kita. Dalam tradisi mudik, kita merasa bahagia bila telah bertemu dan berbagi rasa bersama keluarga, sanak saudara, rekan-rekan, dan para tetangga di kampung halaman, tempat asal kita dilahirkan dan dibesarkan.

Namun, bila kita renungkan, ada yang lebih membahagiakan dari semua itu. Hidup kita adalah perjalanan kembali ke asal. Kembali ke asal penciptaan kita. Jasad kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Karenanya pantas bila ada saudara kita sesama muslim meninggal, ungkapan yang menentramkan adalah, INNAA LILLAAHI WA INNA ILAIHI RAAJI'UUN. "Sesungguhnya kita ini milik Allah, dan (setelah hidup ini) akan kembali kepada-Nya."

Sementara ruh kita, sebagai tiupan Ilahi, dulu, di alam rahim telah membuat perjanjian dengan Allah, "ALASTU BI RABBIKUM?" (Bukankah Aku ini Tuhanmu?) Jawab kita, "balaa syahidnaa, BETUL Engkau Tuhan kami..." (7.172)

Perjanjian di alam rohani itu sangat mempengaruhi hidup kita. Perjanjian itu pula yang menentukan rasa bahagia dan sengsaranya kita dalam arti yang sebenarnya. Maka begitu lahir di dunia, kita terikat oleh perjanjian itu. Kita akan kembali kepada Allah untuk memenuhi janji itu.

Semua orang ingin kembali kepada Allah. Hidup ini bisa diumpamakan seperti anak kecil yang menangis lalu dilihat ibunya, dan didekaplah ia oleh sang ibu, maka dia akan diam. Kita semua ingin kembali pulang. Pulang itu panggilan jiwa. Bila seseorang tidak berhasil pulang, ia disebut tersesat. Ketersesatannya tidak bisa ditebus. Meskipun ia ditampung di rumah yang lebih mewah dari rumahnya sendiri, ia akan tetap sengsara. Ia tetap ingin pulang. Panggilan jiwa untuk pulang ini akan mengantarkan pada ketentraman dan kebahagiaan. Bahkan, siapa saja yg pergi ke luar negeri, selalu saja ada keinginan lekas pulang ke negri asal.

Dan semua proses kembali ini, yang paling pasti dan hakiki adalah kembali kepada Allah. Proses ini ada dalam ruang rohani. Anak kecil yang berhenti menangis karena berhasil didekap ibunya, hanya panggilan jiwa semata. Tetapi kalau kita berhasil berada dalam dekapan Allah, itu adalah pengalaman ruhani yang jauh lebih dalam dan menentramkan.

Dalam Alquran disebutkan bahwa orang yang ingat kepada Allah hatinya akan tentram. "ALA BI DZIKRILLAAHI TATHMA'INNUL QULUUB." Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram. (13.28)

Dengan zikir, dengan ibadah yang kita tegakkan,kita menginsafi hadirnya Allah dalam hidup kita. Allah selalu hadir bersama kita. "WA HUWA MA'AKUM AINA MAA KUNTUM. Wallahu bimaa ta'maluuna bashiir." Dia bersamamu dimanapun kamu berada. Dan Allah Mahamengetahui tentang segala sesuatu yang engkau kerjakan. (57.4)

Dalam ayat lain, "Fa ainamaa tuwalluu fatsamma wajhullaahi. Maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah." (2.115)

Akhirnya, sebagai bekal mudik kita ke kampung akhirat, kepada pangkuan Ilahi, marilah kita resapi sabda Nabi, "ATADRUUNA AKTSARA MAA YUDHILUL JANNAH? Taqwallaahi, wa husnul huluqi." (Hr. Ahmad)

Tahukah kalian, apa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga? Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik."

Takwa, mentaati perintah menjauhi larangan-Nya. Dan akhlak yang baik adalah keluhuran prilaku dan budi pekerti.

Semoga Allah memberikan pertolongan dan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin.

Barakallah ...
Bhayangkara Baru 17 September 2010

DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar