Rabu, 25 April 2012

Artikel - Sayembara Jumat

HARI Jumat bagi umat Islam merupakan hari yang istimewa. Pada hari itu umat Islam mengunjungi rumah Allah dengan berbondong-bondong. Jual beli ditinggalkan, jam kerja diistirahatkan, para pelajar dipulangkan lebih awal, bahkan rapat-rapat ditangguhkan sementara.

Namun, sudahkah aktivitas di hari istimewa itu benar-benar telah mengantarkan kita pada keagungan dan keistimewaannya? Atau, apakah pesan agung di balik hari Jumat itu sudah diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh semua umat Islam, atau hanya lewat sesaat saja tanpa bekas?

Meski sudah ada yang mengamalkan, namun tidak sedikit pula yang acuh dan menganggap biasa, mengingat hal ini sudah menjadi agenda mingguan yang diterapkan di tengah-tengah kesibukan kita. Padahal di dalamnya ada sebuah sayembara atau "pengumuman penting" yang akan mengantarkan kita pada pangkuan Ilahi dalam keadaan suci. Yakni mendapat ampunan dari Sang Khaliq.

Bunyi sayembara Jumat itu terekam dalam sabda Nabi,

"Man tawadldla-a fa ahsanal wudluu-a, tsumma atal jumu'ata fastama'a wa anshata, ghufira lahu ma bainahu wa bainal jumu'ati, wa ziyaadatu tsalaatsati ayyaamin."

"Barangsiapa berwudu dengan sebaik-baiknya kemudian ia mendatangi salat Jumat dengan mendengarkan (khotbah) dan diam, maka dia akan mendapat ampunan hingga hari Jumat berikutnya ditambah tiga hari lagi." (HR. Muslim)

Begitu sederhana, mudah, dan ringan bunyi sayembara dari Nabi itu. Tidak perlu modal besar. Tidak perlu mengorbankan jiwa atau harta. Hanya dengan niat ibadah Jumat dengan baik, kita bisa meraih maghfirah-Nya. Dengan ini pula, semestinya umat Islam saling berlomba untuk meraih ampunan itu, sehingga aktivitas "biasa" yang kita amalkan itu akan berbuah makna. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar