Jumat, 31 Mei 2013

Menangkap Pesan Isra' Mi'raj Untuk Menjalankan Kepemimpinan

Menangkap Pesan Isra' Mi'raj
Untuk Menjalankan
Kepemimpinan

SENIN, 27 MEI 2013 12:40

Nabi Muhammad diutus oleh Allah ke
muka bumi untuk memimpin ummat
manusia mengenal Tuhan, beramal
shaleh, dan berakhlakul karimah. Tentu
tugas itu tidak mudah. Apalagi,
Rasulullah ini harus menghadapi
masyarakat Arab Jahiliyah yang tidak
mengenal Tuhan yang sebenarnya.

Bangsa Quraisy ketika itu sudah
memiliki tradisi yang dikembangkan
sejak lama. Lewat tradisi itu para
tokohnya sudah teruintungkan, baik
secara ekonomi, sosial, politik, dan lain-lain. Muhammad pada saat itu, tidak
berada pada posisi bersama para
elitenya. Bahkan ajaran yang dibawa
olehnya akan meruntuhkan tradisi yang
sudah lama dijalani dan menguntungkan
itu.

Selain itu, utusan Allah ini ketika itu
belum memiliki banyak pengikut.
Bahkan sebaliknya, kehadirannya
dianggap sebagai ancaman dan bahkan
menjadi musuh bagi orang-orang yang
berpengaruh kuat di masyarakat itu.
Bekal yang dimiliki olehnya tidak
banyak, kecuali keimanan dan akhlak
yang mulia. Muhammad dikenal sebagai
orang jujur oleh siapapun hingga diberi
sebutan al Amien.

Dalam suasana seperti itu, Nabi
Muhammad membuat kabar yang
sangat mengejutkan, aneh, dan
dahsyad. Yaitu, tentang Isra' dan mi'raj.
Dalam sejarah kemanusian, berita
tentang perjalanan semalam, yang
dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsha dan berlanjut ke Sidratul
Muntaha, langit lapis tujuh, baru kali itu
terjadi. Oleh karena itu, kabar tentang
isyra' dan mi'raj adalah dahsyat dan
pantas ketika itu segera menjadi berita
besar di tengah-tengah masyarakat.

Namun sebenarnya, peristiwa aneh dan
menakjubkan seperti itu, bagi seorang
Rasul, adalah hal biasa. Beberapa
Rasul sebelumnya juga telah menerima
mukjizat, hanya bentuknya berlain-lainan. Nabi Ibrahim pernah dibakar
hidup-hidup oleh tentara Fir'aun tetapi
tidak mempan. Nabi Isa sejak diayunan
sudah bisa bercakap-cakap. Nabi Yunus
pernah ditelah ikan dan bisa keluar
dengan selamat, Nabi Musa pernah
menggunakan tongkatnya untuk
membelah laut dan ternyata terbelah,
dan seterusnya.

Oleh karena itu sebenarnya, peristiwa
aneh dan menakjubkan bagi seorang
Rasul adalah hal biasa. Namun tidak
biasa bagi orang pada umumnya.
Mukjizat itu, manakala kita kaitkan
dengan tugas seorang rasul, yaitu di
antaranya sebagai pemimpin umat,
maka pemimpin itu harus memiliki
kelebihan, jauh di atas mereka yang
dipimpinnya. Mukjizat adalah suatu
kelebihan yang disandang oleh
seseorang rasul, agar yang
bersangkutan segera dipercaya dan
berhasil melakukan peran-peran
kepemimpinannya.

Isra' dan mi'raj adalah benar-benar
merupakan peristiwa yang dahsyad dan
menggemparkan. Hal tersebut bisa
ditangkap bahwa, siapapun sebagai
seorang pemimpin, sebagaimana
seorang rasul, harus mampu
menciptakan atau memproduk isu-isu
besar hingga menjadi bahan
perbincangan banyak orang. Lewat isu
besar itu, maka akan menarik perhatian
dan menumbuhkan kepercayaan banyak
orang terhadapnya. Sekalipun juga
sebaliknya, bisa jadi orang yang sudah
sedikit percaya berbalik menjadi tidak
percaya oleh karena peristiwa aneh itu.

Belajar dari peristiwa isra' dan mi'raj itu,
maka akan mengingatkan kepada para
pemimpin di berbagai jenis dan levelnya,
agar mereka memiliki kelebihan dari
orang-orang yang dipimpinnya. Selain
itu, sebagai pemimpin juga harus kaya
isu-isu besar yang mengejutkan, hingga
menjadi bahan perbincangan bagi
semua yang dipimpin. Isu-isu besar
memiliki kekuatan untuk menarik
perhatian dan bahkan untuk
menggerakkan banyak orang.

Pemimpin yang tidak memiliki kelebihan
dari mereka yang dipimpin, apalagi tidak
mampu memproduk isu-isu besar akan
melahirkan disorientasi di kalangan
masyarakat yang dipimpin. Masyarakat
manapun selalu memerlukan ruang
berimajinasi dan harapan tentang masa
depannya. Peristiwa-peristiwa dan juga
pikiran-pikiran yang luar biasa
seharusnya muncul dari para
pemimpin. Dengan demikian itu, maka
kehidupan ini tidak sekedar dijalani
secara rutin. Dalam menjalani
kehidupan, siapapun selalu
membutuhkan isu-isu besar, dan
peluang bagi semuanya untuk maju dan
berkembang.

Oleh karena itu, dalam memperingati
isyra' dan mi'raj di bulan ini, para
pemimpin di berbagai jenis dan level,
seharusnya mampu menangkap pesan
dari peristiwa besar dan dahsyat itu,
dan kemudian mencoba untuk
mengembangkannya. Sekali lagi belajar
dari peristiwa isyra' dan mi'raj,
pemimpin harus memiliki kelebihan dan
juga isu-isu besar yang menakjubkan.
Dari kekuatan itu, sang pemimpin akan
diperbincangkan secara terus menerus
dan kemudian akan diikuti secara tulus.
Wallahu a'lam

http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=3850:menangkap-pesan-isra-miraj-untuk-menjalankan-kepemimpinan&catid=25:artikel-imam-suprayogo

Memaknai Isra' Mi'raj Sebagai Perjalanan Keilmuan

Memaknai Isra' Mi'raj
Sebagai Perjalanan
Keilmuan

RABU, 29 MEI 2013 23:14

Banyak orang memahami, bahwa
isro' mi'raj adalah sebagai
peristiwa spiritual. Pemahaman
seperti itu kiranya tepat. Sebab
kegiatan itu, selain tidak bisa
dirasionalkan, juga hanya dialami
oleh Nabi sendiri. Orang lain,
walaupun shahabatnya sendiri
misalnya, tidak akan bisa diajak
serta. Perjalanan di malam hari
itu, hanya bisa dipahami lewat
keimanan, sebagaimana
ditunjukkan oleh Abu Bakar.

Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan peristiwa yang
menakjubkan itu sebenarnya
dapat dipahami dari perspektif
lain, misalnya tentang betapa
seharusnya umat manusia
memahami ilmu pengetahuan.
Selain itu juga menggambarkan,
betapa luas ilmu pengetahuan itu
menurut pandangan Islam, dan
bagaimana seharusnya mencari
dan mengembangkan. Sementara
itu, yang banyak kita saksikan
tatkala menyebut ilmu yang
bernuansa Islam selalu terbatas,
yaitu ilmu-ilmu yang terkait
dengan syari'ah, dasar-dasar
pemahaman agama atau
ushuluddin, dan sejenisnya.

Cara pandang tersebut tentu tidak
salah. Akan tetapi, dari kisah isra'
dan mi'raj kiranya justru
seharusnya direnungkan kembali,
bahwa wilayah keilmuan yang
ditunjukkan Dzat Pemilik Ilmu
lewat peristiwa yang
menakjubkan itu sedemikian
luas. Dari isra' dan mi'raj, Nabi
dengan didampingi oleh Malaikat
Jibril, ditunjukkan oleh Allah di
antara ilmu-Nya yang amat luas.
Dikatakan "linuriyaahu min
ayaatina". Nabi dipanggil untuk
menjelajah ke tempat yang hingga
tidak mungkin orang lain,
siapapun mereka, bisa
menjalaninya.

Lewat kisah isra' mi'raj itu,
sekembali dari sidratul
muntaha,nabi kemudian
menceritakan kepada para
sahabatnya tentang apa saja
yang dilihat dari perjalanan yang
hanya semalam itu. Berbagai hal
dan peristiwa dilihat,yang
semuanya adalah merupakan
ayat-ayat Allah. Lewat peristiwa
itu, Nabi diperjalankan pada jarak
yang sedemikian jauh, yang tidak
mungkin diukur dengan ukuran
yang bisa dihitung oleh manusia
melalui teknologi supra modern
sekalipun. Jarak yang
sedemikian jauh dan juga
pengetahuan yang sedemikian
banyak dan luas hanya
memerlukan waktu dalam satu
malam.

Nabi juga diperlihatkan tentang
langit yang berlapis-lapis,
disebutkan hingga berlapis tujuh.
Sementara ini, para ilmuwan
hingga kini belum mengenal
tentang konsep itu. Bahwa langit
adalah berlapis tujuh adalah
informasi yang kita dapatkan dari
al Qur'an, dan juga lewat kisah
yang dibawa oleh Nabi
Muhammad ketika mi'raj. Selama
ini, belum pernah ada informasi
tentang adanya lapis-lapis pada
langit itu. Mungkin suatu saat,
informasi itu dibenarkan oleh
hasil kajian ilmu pengetahuan.

Hal seperti tersebut itu adalah
sama dengan informasi dari nabi
tentang betapa besar jumlah
bintang di jagad raya ini. Suatu
ketika, nabi pernah ditanya oleh
sahabatnya tentang jumlah
berbagai jenis bintang di jagad
raya. Nabi menjawab, bahwa
jumlah bintang itu lebih banyak
dari pasir di laut. Kiranya belum
juga ada temuan tentang jumlah
pasir, apalagi di laut yang
sedemikian luas. Akan tetapi,
Nabi menggambarkan tentang
jumlah bintang itu jauh lebih
banyak dibanding jumlah pasir di
laut. Sekarang ini, sudah mulai
ada ilmuwan yang memberi
informasi tentang benda-benda
langit, dan dikatakan bahwa
memang milyaran jumlahnya.

Utusan Allah ini juga
dipertemukan dengan nama-nama orang yang sebelumnya
hanya dikenali dari namanya,
yaitu Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan
lain-lain. Semua nabi itu
sebenarnya sudah wafat jauh
sebelum masa kehidupan Nabi
Muhammad diutus ke muka bumi.
Akan tetapi, lewat isra' dan mi'raj,
ternyata dalam kisahnya, ditemui
oleh utusan Allah yang terakhir
ini. Maka wahyu yang mengataan
bahwa, telah ada di masa dahulu
para kekasih Allah dan mereka
sudah wafat tetapi dapat hidup
kembali, ternyata benar-benar
disaksikan sendiri oleh
Rasulullah. Ayat-ayat Allah itu
berhasil diketahui oleh Nabi
melalui isra' dan mi'raj.

Lewat kisah itu, saya
merenungkan bahwa ternyata
Nabi diperlihatkan dan diajari oleh
Allah ilmu pengetahuan yang
sedemikian luas. Ciptaan Allah
yang maha luas itu berhasil
dikenali oleh Nabi Muhammad
melalui mi'raj. Atas dasar
pemahaman itu, saya
berimajinasi, bahwa anak-anak di
sekolah atau mahasiswa di
kampus, --------sebagaimana
nabi, diajak oleh gurunya
mehamai alam semesta melalui
pelajaran biologi, fisika, sejarah,
antropologi, kimia, sosiologi,
matematika, psikologi, bahasa,
sastra dan lain-lain. Oleh karena
itu, para guru yang sehari-hari
mengajarkan ilmu-ilmu
dimaksud, melakukan peran-peran sebagaimana Malaikat
Jibril, mendampingi para siswa, --------sekalipun terbatas,
mempelajari ayat-ayat Allah
untuk keperluan mengenal-Nya.

Manakala pemaknaan tersebut
yang kita kembangkan, maka
sebenarnya lewat peristiwa isra'
dan mi'raj yang dahsyad ini akan
membuka mata kepala kita
semua, bahwa agar seseorang
yakin, ainul yakin, dan bahkan
haqqul yakin terhadap kebenaran
yang dibawa oleh utusan-Nya,
yaitu Muhammd saw., maka
semua jenis pelajaran di sekolah
adalah bagian dari upaya untuk
mengantarkan peserta didik
mengenali dirinya sendiri dan
selanjutnya agar mampu
mengenal Tuhannya. Oleh karena
itu, sementara ilmu yang selama
ini diangap tidak ada kaitannya
dengan al Qur'an dan hadits, --------yaitu ilmu alam, ilmu sosial,
dan humaniora, maka justru
menjadi bukti untuk mengenal
Tuhan. Atas dasar pandangan itu,
maka sebenarnya peristiwa isra'
mi'raj bukan saja merupakan
perjalanan spiritual, melainkan
juga perjalanan keilmuan.
Wallahu a'lam.

http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=3853:memaknai-isra-miraj-sebagai-perjalanan-keilmuan&catid=25:artikel-imam-suprayogo

Senin, 13 Mei 2013

Catatan Diri

Oleh: Jarjani Usman

"Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya"
 (QS. al-Qiyamah: 13).

Bila satu jam saja merekam diri sendiri, mulai dari apa yang diucapkan atau terucap hingga bagaimana bersikap, maka akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menulis rekaman itu. Apalagi kalau catatan untuk kehidupan sehari penuh, setahun, dan seumur hidup. Sungguh luar biasa manfaatnya bila kita mau membuat catatan kehidupan diri sehari atau seminggu saja. Dari situlah bisa membaca kecenderungan diri sendiri: berapa banyak di antara catatan itu berupa kebaikan, berapa banyak juga berupa keburukan. 

Apalagi tak sedikit di antara insan di dunia ini yang tidak mau mengakui catatan-catatan hidupnya sendiri, meskipun sebenarnya itulah yang dilakukan. Biasanya, yang menolaknya adalah catatan memalukan, kejahatan, dan sejenisnya. Lihatlah betapa banyak pelaku kejahatan yang berdusta dan bahkan menghabiskan uang sebanyak mungkin menyewa orang yang mau menutupi perilaku buruknya. Memang, sebagaimana dikatakan Rasulullah SAW, dosa itu membuat hati tidak enak, gelisah, dan malu bila diketahui orang. 

Namun demikian, setiap catatan Malaikat tentang kehidupan kita, baik atau buruk, kecil atau besar, dipastikan akan ditampakkan pada Hari Perhitungan kelak. Itulah janji Allah, sebagaimana disebutkan dalam sejumlah ayat Alquran. Allah tidak akan menganiaya sedikitpun dalam membuat perhitungan, walaupun terhadap kebaikan ataupun kejahatan sekecil zarrah yang pernah dilakukan hamba-hambaNya.

Andai Bisa Kembali

Oleh Jarjani Usman

"Dikatakan (kepadanya), 'Masuklah ke Surga.' Ia berkata, 'Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui. Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan'" (QS. Yaa Siin: 26-27).

Sehebat apapun sepak terjang atau keberhasilan seseorang hamba di dunia ini, akan dihentikan langkahnya oleh yang namanya maut.  Sayangnya, setelah dihentikan maut, tak punya kesempatan lagi untuk memberitahukan bahwa jalan hidup yang pernah ditempuh adalah benar atau salah. 

Seandainya setiap tahun ada seseorang yang pernah menempuh jalan hidup yang salah, misalnya, diberi kesempatan untuk kembali ke dunia, lalu menceritakan pengalaman buruknya di alam kubur, mungkin akan banyak orang bersegera beriman dan menetapi jalan keimanan.  Kesempatan yang sama juga tak lagi dimiliki oleh orang-orang beriman yang telah meninggal dunia.

Padahal sangat ingin bagi seseorang yang beriman, misalnya, kembali kepada kaumnya untuk menceritakan dampak dari jalan kebenarannya di alam kubur. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran bahwa dahulu pernah ada seseorang yang menyeru kepada kaumnya untuk beriman, tetapi ia malah dibunuh.  Namun, setelah meninggal dunia, ia masih tetap ingin mengabarkan kepada kaumnya bahwa ia mendapat kabar gembira akan dimasukkan ke surga, sebagaimana disebutkan dalam Surah Yaa siin, ayat 26-27.

Dengan demikian, beruntunglah kita orang-orang Muslim diberikan sebuah kitab petunjuk hidup yang bernama Alquran, sehingga punya kesempatan untuk mengetahui mana sesungguhnya jalan yang benar dan jalan yang salah di dunia ini.   

Jenazah

Oleh Jarjani Usman

"Apabila jenazah telah dibawa oleh orang-orang di atas pundak-pundak mereka (menuju kubur), seandainya pada masa hidupnya ia adalah orang yang salih, ia akan mengatakan, "Segerakanlah aku! segerakanlah aku!" (HR. Bukhari).

Setiap hari ada hamba-hamba yang meninggal dunia.  Namun, alangkah rugi bagi yang masih hidup, bila kematian yang disaksikan atau didengar, tidak dijadikan sebagai pelajaran berharga bagi upaya memperbaiki diri dalam menjalani sisa-sisa hidup ini.  Padahal menurut Nabi SAW, kematian bukan hanya mengakhiri segala kelezatan dunia, tetapi juga akan mengalami ketakutan yang luar biasa bagi orang-orang yang tidak beramal salih.

Sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits, saat digotong untuk dikebumikan, orang yang tak beramal yang meninggal dunia akan berteriak-teriak sangat ketakutan. Kata Rasulullah, ". jika ia dahulu orang yang tidak salih, ia akan mengatakan, 'Celaka! Hendak kemana kalian membawa jenazah ini! Seluruh makhluk mendengar suara tersebut kecuali manusia, andaikata seseorang mendengarnya, pasti dia akan pingsan'" (HR. Bukhari).  Sungguh mengerikan!

Lebih-lebih kalau yang meninggal adalah orang-orang yang memang jahat, suka menganiaya orang lain, suka menipu orang banyak, tak mau membayar utang, dan sejenisnya; maka bertambah-tambahlah mengerikan.  Apalagi akan berhadapan dengan ruangan sempit, dan akan segera dihimpit bumi akibat dosa.   Berbeda dengan orang-orang yang membiasakan diri dengan ikhlas beribadah dan beramal salih.  Hamba-hamba yang demikianlah yang berharap dirinya segera dikubur, pertanda kenikmatan abadi akan dinikmati. 

Rabu, 08 Mei 2013

Fwd: Khutbah Shalat Gerhana





إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

أما بعد: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاثُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

 

Jamaah shalat gerhana yang berbahagia

Allah SWT yang menciptakan matahari dan bulan dan mengatur keduanya untuk maslahat manusia. Dia berfirman,

 

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاء وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ     

 

"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (QS. Yunus: 5)

 

Matahari dan bulan diperintah oleh Allah SWT dan ditaqdirkan-Nya. Dia yang menjadikan keduanya sebabagai sebab terjadinya malam dan siang serta gelap dan terang. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

 

"Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Terj. QS. Al Furqan: 62) 

 

Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa gerhana:

 

1.    Sebagai salah satu tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah 'Azza wa Jalla. Jika yang demikian mudah bagi Allah, maka lebih mudah lagi bagi-Nya menghidupkan manusia yang telah mati untuk diberi-Nya pembalasan.

 

2.    Untuk menakut-nakuti manusia agar mereka kembali kepada-Nya dan berhenti dari berbuat maksiat serta mengisi hidupnya di dunia dengan amal yang saleh. Allah SWT berfirman, "Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti." (Terj. QS. Al Israa': 59)

 

3.     Terdapat bukti bahwa matahari, bulan dan alam semesta ini diatur oleh Allah SWT, dan bahwa semua itu tidak berhak untuk disembah. Allah SWT berfirman, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tetapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika Dialah yang kamu sembah." (QS. Fushshilat: 37)

 

4.    Sebagai permisalan terhadap hal yang akan terjadi pada hari kiamat, dan bahwa hal itu mudah bagi Allah Azza wa Jalla.

 

5.    Menunjukkan kuasanya Allah menimpakan hukuman kepada orang-orang yang kufur dan durhaka kepada-Nya.

 

6.    Dan mungkin masih banyak hikmah-hikmah yang lain yang bisa dipetik atas peristiwa gerhana.

 

Jamaah shalat gerhana yang berbahagia

Rasulullah Saw bersabda,

« إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا » . 

"Sungguh, tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan terkait kematian atau lahirnya seseorang, melainkan, keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Apabila kalian melihatnya, maka laksanakanlah shalat." (HR. Bukhari)

 

Gerhana merupakan tanda kekuasaan Allah sebagaimana peristiwa alam yang lain: gempa bumi, angin kencang, halilintar, hujan deras dan yang lainnya. Itu semua adalah peringatan bagi manusia agar manusia kembali kepada Allah Swt.

 

Oleh karena itu, saat terjadi gerhana Rasulullah Saw memerintahkan orang-orang ketika itu untuk melaksanakan shalat, berdoa, berdzikr, beristighfar, bersedekah, dan melakukan amal saleh lainnya.

 

Jamaah shalat gerhana yang berbahagia

Ketika terjadi gerhana ada beberapa sikap yang perlu dilakukan, di antaranya adalah:

 

1.      Memiliki rasa takut kepada Allah Ta'ala.

 

2.      Memikirkan siksaan Allah kepada orang-orang yang berbuat maksiat.

 

Dalam hadits Aisyah radhiyallahu 'anha disebutkan bahwa Nabi Saw dalam khutbahnya seusai shalat kusuf bersabda,

 

« مَا مِنْ شَىْءٍ كُنْتُ لَمْ أَرَهُ إِلاَّ قَدْ رَأَيْتُهُ فِى مَقَامِى هَذَا حَتَّى الْجَنَّةَ وَالنَّارَ ، وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِى الْقُبُورِ ...."

 

"Tidak ada satu pun yang belum pernah aku lihat kecuali sekarang aku melihatnya, di tempatku ini, sampai surga dan neraka. Telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan diuji ketika di kubur… dst." (HR. Bukhari)

 

Pada saat itu diperlihatkan kepada Beliau surga dan neraka. Beliau juga diperlihatkan siksaan yang menimpa penghuni neraka, dilihatnya seorang wanita yang disiksa karena mengurung seekor kucing tanpa memberinya makan dan minum, dilihatnya 'Amr bin Malik bin Luhay menarik ususnya di neraka, dimana dia adalah orang pertama yang merubah agama Nabi Ibrahim as, dia yang membawa berhala kepada orang-orang Arab sehingga mereka menyembahnya.

 

Beliau juga bersabda:

وَاللهِ لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً، وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا

"Demi Allah, kalau sekiranya kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis."

 

3.      Melakukan shalat Gerhana.

 

4.      Bersegera untuk berdzikir, berdoa, beristighfar, bertakbir, melakukan berbagai amal saleh, melakukan shalat, dan berlindung dari azab kubur dan azab neraka.

 

Rasulullah Saw bersabda,

فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ، فَاذْكُرُوا اللهَ، وَكَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا، وَتَصَدَّقُوْا

"Apabila kalian melihat gerhana, maka segeralah dzikrullah, bertakbir, shalat dan bersedekah." (HR. Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i)

 

Demikianlah adab-adab yang diajarkan Nabi kita Muhammad Saw ketika terjadi gerhana. Dengan ini, mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang diberi petunjuk dan perlindungan oleh Allah Swt di dunia maupun di akhirat.

 

Wallahu a'lam, wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

 

Baarakallaah …