Selasa, 22 Oktober 2013

TAFSIR SURAT AL-’ASHR

TAFSIR SURAT AL-'ASHR
Menurut MURTADHA MUTHAHHARI Dalam
DURUS FIL QUR'ANIL KARIM

Menurut Ibnu Katsir, surat Al-'Ashr merupakan surat yang sangat populer di kalangan para sahabat. Setiap kali para sahabat mengakhiri suatu pertemuan, mereka menutupnya dengan surat Al-'Ashr.

Imam Syafi'I dan juga Tafsir Mizan menyatakan bahwa walaupun surat Al-'Ashr pendek, tapi ia menghimpun hampir seluruh isi Al-Qur'an. Kalau Al-Qur'an tidak diturunkan seluruhnya dan yang turun itu hanya surat Al-'Ashr saja, maka itu sudah cukup untuk menjadi pedoman umat manusia.

Thabathaba'i menyebutkan, "Surat ini menghimpun seluruh pengetahuan Qur'ani. Surat ini menghimpun seluruh maksud Al-Qur'an dengan kalimat-kalimat yang indah dan singkat. Surat ini mengandung ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, meskipun surat ini lebih tampak sebagai surat Makkiyah."

Di zaman Rasulullah ada seorang Nabi palsu, Musailamah Al-Kadzab, yang menyaingi Rasulullah dengan mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Musailamah Al-Kadzab bersahabat dengan 'Amr bin Ash, salah satu sahabat Nabi yang termasuk terakhir dalam memeluk Islam. Ketika surat ini turun, 'Amr bin Ash belum masuk Islam, tetapi ia sudah mendengarnya. Ketika ia berjumpa dengan Musailamah Al-Kadzab, Musailamah bertanya tentang surat ini: "Surat apa yang turun kepada sahabatmu di Mekah itu?" 'Amr bin Ash menjawab, "Turun surat dengan tiga ayat yang begitu singkat, tetapi dengan makna yang begitu luas." "Coba bacakan kepadaku surat itu!" Kemudian surat Al-'Ashr ini dibacakan oleh 'Amr bin Ash. Musailamah merenung sejenak, ia berkata, "Persis kepadaku juga turun surat seperti itu." 'Amr bin Ash bertanya, "Apa isi surat itu?" Musailamah menjawab: "Ya wabr, ya wabr. Innaka udzunani wa shadr. Wa sãiruka hafrun naqr. Hai kelinci, hai kelinci. Kau punya dada yang menonjol dan dua telinga. Dan di sekitarmu ada lubang bekas galian." Mendengar itu 'Amr bin Ash, yang masih kafir, tertawa terbahak-bahak, "Demi Allah, engkau tahu bahwa aku sebetulnya tahu bahwa yang kamu omongkan itu adalah dusta."

Jika Imam Syafi'i berkata bahwa seandainya seluruh ayat Al-Qur'an tidak turun, maka surat Al-'Ashr ini sudah cukup untuk menjadi pedoman hidup manusia. Maka dengan demikian kita pun bisa berkata, "Seandainya seluruh ayat Al-Qur'an tidak turun, maka ucapan Musailamah itu sudah cukup untuk membingungkan orang. Karena tidak mempunyai kandungan apa-apa di dalamnya."

Dalam Al-Qur'an, Allah sering bersumpah. Allah bersumpah dengan benda-benda, misalnya Wasy Syamsi. Demi Matahari (QS. Al-Syams 1). Allah bersumpah dengan waktu, misalnya Wadh Dhuhâ. Demi waktu dhuha. Wallaili idzâ sajâ. Demi malam apabila mulai gelap (QS. Al-Dhuha 1-2). Allah juga bersumpah dengan jiwa: Wanafsiw wa mâ sawwâhâ. Demi jiwa dan yang menyempurna-kannya (QS. Al-Syams 7). Namun, Allah paling sering bersumpah dengan waktu: Lâ uqsimu bi yaumil qiyâmah. Kami bersumpah dengan hari kiamat. (QS. Al-Qiyamah  1), Wallaili idzâ yaghsyâ, wannahâri idzâ tajallâ. Demi malam apabila gelap dan demi siang apabila terang benderang (QS. Al-Lail  1-2). Dalam surat Al-'Ashr ini Allah bersumpah dengan waktu: Wal-'Ashr.

Ada perbedaan di antara para ahli tafsir dalam mengartikan ayat ini. Ada yang mengatakan bahwa 'Ashr itu adalah waktu ashar, sebaliknya dari waktu dhuha. Waktu dhuha ialah seperempat waktu yang pertama sedangkan waktu ashar adalah seperempat waktu yang terakhir. Sebagian lagi ber-pendapat bahwa 'Ashr di situ berarti masa, misalnya 'Ashrush shahãbah (masa sahabat), 'Ashrur rasul (masa Rasul). Al-'Ashr dalam Bahasa Arab biasanya dipakai untuk menunjukkan babakan atau periodisasi, misalnya 'Ashrul hadid yang berarti zaman besi di dalam sejarah.

Menurut sebagian besar mufasir, Wal-'Ashr itu menunjukkan zaman Rasul. Allah bersumpah dengan zaman Rasul. Murtadha Muthahhari mengatakan bahwa sebetulnya zaman itu, seperti juga makan (tempat), tidak ada yang baik atau jelek. Tidak ada waktu yang mulia atau waktu yang hina. Tidak ada tempat yang suci dan tidak ada pula tempat yang kotor. Seluruh waktu sama derajatnya dan seluruh tempat juga sama derajatnya. Lalu apa yang menyebabkan satu waktu mempunyai nilai lebih tinggi dari waktu yang lain? Hal itu karena adanya peristiwa yang berkaitan dengan waktu itu. Satu tempat juga menjadi lebih mulia dari tempat yang lainnya bukan karena tempatnya itu, melainkan karena tempat itu berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa.

Jika Rasulullah saw tidak turun di Mekah atau Ibrahim as tidak membangun Ka'bah di situ, maka kota Mekah itu sama nilainya dengan kota-kota lain (Cicadas misalnya). Mekah itu menjadi mulia karena di situ ada peristiwa besar. Waktu-waktu dalam hidup kita sama semuanya, tetapi ada waktu-waktu tertentu dalam sejarah hidup kita yang punya nilai lebih tinggi. Kita menghormati waktu tersebut, karena di dalamnya berkenaan dengan peristiwa yang sangat penting yang terjadi dalam hidup kita. Ada orang yang menganggap hari pernikahan-nya adalah hari yang sangat penting. Sehingga apabila ia melihat tanggal tersebut pada kalender, ia tersentak karena ingat bahwa tanggal itu ialah tanggal yang historis.

Mengapa kita suka memperingati hari-hari tertentu? Itu bukan karena keistimewaan harinya, tetapi karena ada peristiwa pada hari itu. Hal ini kita anggap sebagai hal yang wajar-wajar saja. Meskipun ada sebagian orang yang membid'ahkan peringatan hari-hari tertentu, misalnya peringatan Hari Kelahiran Nabi. Hari itu menjadi mulia karena hari itu lahir seorang Rasul yang menjadi rahmatan lil 'ãlamin. Sebagian orang itu mengkritik peringatan maulid Nabi, walaupun ia tidak mengkritik hari maulidnya sendiri. Orang itu mengkritik hari lahir Nabi, tapi tidak mengkritik hari lahir organisasinya. Bukankah kita sering menemukan apa yang kita sebut nostalgia? Ketika orang kembali ke tempat-tempat tertentu hanya sekedar mengenang kembali peristiwa masa lalu, karena tempat itu punya makna yang tersendiri buat dirinya. Jadi, dalam hal ini makna waktu dan makna tempat itu bersifat nisbi atau relatif (bergantung pada orangnya).

Oleh karena itu, ada hari-hari yang penting buat umat Islam, tetapi tidak penting menurut umat yang lain. Ada zaman-zaman tertentu yang begitu penting menurut kelompok Islam tertentu, tetapi tidak begitu penting bagi kelompok Islam yang lain. Bagi Ahlu Sunnah misalnya, 'Ashrush shahãbah (zaman sahabat) adalah zaman yang penting. Ke zaman itulah Ahlu Sunnah merujuk.

Surat ini diawali dengan kata Wal-'Ashr, demi masa (Rasulullah). Masa Rasulullah dianggap seluruh mazhab sebagai masa yang paling penting. Dikarenakan masa itu ialah 'Ashrut tasyri' (masa ditetapkannya syari'at), masa diturunkannya Al-Qur'an, dan masa dikembangkannya agama Islam. Selanjutnya Thabathaba'i menyatakan, "Inilah masa terbitnya Islam di tengah-tengah masyarakat manusia dan masa munculnya kebenaran di atas kebatilan."

Ayat kedua menyebutkan Innal insãna lafi khusr yang artinya: sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kata insan, menurut Muthahhari, mengandung penafsir-an bahwa di dalam manusia itu ada dua sifat, yaitu sifat Hayawaniyah dan sifat Insaniyah (sifat-sifat kebinatangan dan sifat-sifat kemanusiaan). Manusia dalam sifat kebinatangannya sama dengan binatang yang lain, misalnya ingin makan, minum, menghindari hal yang menyakitkan, dan ingin memperoleh kenikmatan dalam hidup. Muthahhari membedakan antara istilah kenikmatan dan kebahagiaan (pleasure dan happiness). Binatang itu tidak pernah memiliki happiness, tetapi memiliki pleasure. Dari segi ini, kita pun sama halnya dengan binatang. Kalau Anda makan yang enak, Anda belum tentu bahagia, tetapi pasti Anda memperoleh pleasure (kenikmatan). Tapi misalnya jika Anda adalah seorang suami yang pergi jauh merantau dan pulang ke tanah air setelah sekian tahun, ketika Anda turun dari pesawat ke lapangan terbang, di seberang sana Anda melihat isteri dan anak Anda. Anda akan berlari dan mencium anak isteri Anda. Saat itu Anda bukan hanya merasakan pleasure, tetapi juga happiness.

Jadi apa yang membedakan kebahagiaan dengan kenikmatan? Kenikmat-an itu sifatnya hayawaniyah sedangkan kebahagiaan  bersifat insaniyah.

Pada segi-segi kebinatangan, kita sama dengan mahluk-mahluk yang lain. Bahkan bila dibandingkan dengan mahluk yang lain, dalam segi jasmaniah kita adalah mahluk yang lemah, " Wa khuliqal Insânu dha'îfâ" (QS  An-Nisa 28). Manusia itu dicipta-kan dalam keadaan lemah. Manusia dan binatang ketika keluar dari perut ibunya sudah siap segala sesuatunya secara fisik. Namun, binatang ketika keluar dari perut ibunya, ia sudah berkembang hampir sempurna. Ia tidak memerlukan perkembang-an yang lain kecuali perkembangan fisik. Malah dalam perkembangan fisik, binatang itu lebih cepat berkembang dan lebih kuat daripada manusia. Anak ayam, misalnya, yang baru menetas dari telur, beberapa menit kemudian sudah bisa berjalan dan berlari.

Manusia tidak demikian -kecuali Gatotkaca dalam cerita pewayangan. Walau manusia itu sudah bisa berjalan, ia belum dikatakan sebagai manusia, tetapi calon manusia. Kucing itu "menjadi kucing" karena "dibuat menjadi kucing", tetapi manusia "tidak dibuat menjadi manusia" atau tidak otomatis menjadi manusia. Manusia harus membuat dirinya menjadi manusia. "Kekucingan atau kebinatangan" itu dibuat oleh Allah sedang-kan manusia menjadikan "kemanusiaannya" oleh dirinya sendiri. Apakah manusia itu mau menjadi manusia atau tidak, bergantung kepada dirinya sendiri. Binatang memiliki sifat-sifat kebinatangannya  itu tidak melalui proses belajar, tidak melalui proses perkembangan kepribadian. Kalau kucing menangkap tikus atau perilaku-perilaku lain seperti layaknya binatang, itu sudah dibuat untuk dapat berperilaku seperti itu. Tetapi manusia harus belajar untuk mengembang-kan sifat-sifat kemanusiaannya. Ia harus meningkatkan dirinya dari sifat hayawaniyah kepada sifat insaniyah. Ketika Allah menyatakan innal insãna lafi khusr, maksudnya ialah bahwa manusia itu berbeda dengan binatang yang bisa memperoleh kebinatangannya tanpa melalui proses usaha. Manusia berada dalam kerugian, karena kita harus mengembangkan sifat-sifat kemanusia-an, dengan keinginan kita sendiri.

Apa yang bisa mengembangkan sifat-sifat kemanusiaan itu ?

Kalau kita membandingkan binatang yang satu dengan yang lain yang sejenis, kita hanya bisa membedakan dalam segi jasmaniah. Antara kambing  yang satu dengan kambing yang lain tidak begitu berbeda nilainya. Paling-paling hanya berbeda beberapa kilogram saja. Namun manusia yang satu dengan manusia yang lain nilainya bukan beberapa kilogram, nilainya kadang-kadang jauh seperti jauhnya langit dan bumi. Misalnya Abu Jahal dengan Rasulullah. Dari segi hayawaniyah, kedua  manusia itu nilainya sama -mungkin lebih tinggi Abu Jahal beberapa kilogram- tetapi dari segi insaniyah, nilai Abu Jahal itu jauh lebih rendah daripada nilai Rasulullah saw.

Apa yang membedakan nilai seorang manusia yang satu dari manusia yang lain? Yang membedakannya adalah sejauh mana setiap orang mengembangkan nilai kemanusiaannya. Apa yang bisa mengem-bangkan nilai kita sebagai manusia? Illalladzîna ãmanu wa 'amilush shãlihat. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh. (Al-'Ashr 3). Jadi, ada dua hal yang mengembangkan nilai kemanusiaan, pertama iman dan kedua amal saleh.

Mengapa iman? Binatang memiliki persepsi material. Jika ia mengejar kenikmatan, itu kenikmatan jasmaniah. Oleh karena itu, ia tidak punya happiness. Yang disebut kebahagiaan itu bukan yang bersifat jasmani, tetapi bersifat ruhani. Bisa jadi ada orang lapar, tetapi ia bahagia. Ada pula orang yang bergelimang dalam kenikmatan, tetapi ia tidak bahagia. Dengan imanlah manusia dapat meningkatkan derajat hayawaniyah-nya ke derajat insaniyah, dari pleasure kepada happiness. Imanlah yang dapat menghubung-kan manusia dengan sifat-sifat ruhaniah atau spiritual. Karena itu, manusia tanpa iman sama dengan binatang, nilainya sangat rendah. Ia menjadi orang-orang yang mengejar pleasure bukan mengejar happiness. Manusia yang kosong dari iman adalah manusia dalam pengertian majãzi saja dan pada hakekatnya ia adalah binatang.

Kita dapat menemukan orang-orang yang memiliki nilai kebahagiaan yang sangat tinggi. Misalnya ketika Rasulullah berkata kepada Bilal, "Hai Bilal, marilah kita tenteramkan hati kita dengan shalat." Rasul juga berkata, "Allah jadikan shalat itu sebagai penyejuk batinku." Al-Qur'an melukiskan orang-orang seperti itu dengan "Qad aflaha man zakkâhâ. Sungguh berbahagia orang yang mensucikan dirinya" (QS. Al-Syams 9). Rasulullah pun bersabda mengenai kebahagiaan orang yang berpuasa, "Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: ketika berbuka dan ketika ia berjumpa dengan Tuhannya." Kebahagiaan ketika berbuka bukan karena ia mendapat makanan setelah dilaparkan. Jika demikian, apa bedanya dengan binatang yang setelah dilaparkan lalu diberi makan. Kebahagiaan di situ karena ia telah menyelesaikan puasa hari itu dengan baik. Kalau orang-orang yang berpuasa pada malam Idul Fitri meneteskan air matanya ketika mendengar bunyi takbir, itu bukan kenikmatan tetapi kebahagiaan. Karena ia telah menyelesaikan satu bulan penuh dengan keberhasilan dalam melakukan puasanya.

Kemudian yang dapat meningkatkan nilai insaniyah kita adalah a'mãlush shãlihat (amal saleh). Jadi nilai  seorang manusia itu diukur dari iman dan amal salehnya. Dalam Al-Qur'an dinyatakan: Wa likullin darajâtum mim mâ 'amilû. Untuk setiap orang, derajat yang sesuai dengan amalnya (QS Al- An'am 132). Kalau Rasulullah diukur dari segi hayawaniyah-nya, maka beliau tergolong orang yang tidak sukses. Siti A'isyah berkata bahwa Rasulullah itu pernah berhari-hari tidak menemukan sesuatu untuk dimakan.

Menurut Muthahhari, amal saleh itu memiliki dua ciri. Pertama, ciri asli. Sesuatu disebut amal saleh karena memang pada zatnya sudah merupakan amal saleh. Misalnya shalat, zakat, dan berbuat baik kepada orang lain. Kedua, ciri amal saleh diukur berdasarkan hubungan dengan pelakunya. Misalnya shalat bisa hukumnya wajib, sunat, malah bisa haram tergantung pada pelakunya. Contohnya seseorang shalat karena ingin dianggap hebat dan ingin dipuji. Nilai orang itu bisa jatuh dari amal saleh menjadi amal yang jelek. Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa apabila seseorang meminjam dengan niat untuk tidak mengem-balikannya, maka Allah menilainya sebagai pencuri. Bila seseorang ketika mengucapkan ijab kabul dan dalam hatinya berniat untuk tidak membayar mas kawinnya, maka Allah menilainya sebagai pezina. Jadi perilakunya sama, tetapi karena berhubungan dengan pelakunya, maka nilainya bisa berubah.

Muthahhari mengatakan bahwa apabila seseorang menagih utang dan orang yang berutang itu mau shalat dan mengata-kan: "Nanti utang saya bayar setelah saya shalat", maka Muthahhari menyatakan bahwa shalatnya bukan amal saleh. Mengapa? Karena orang itu ingin segera utangnya dibayar, sementara waktu shalatnya masih ada. Maka dalam hal itu, dahulukanlah membayar utang daripada melakukan shalat. Contoh lain misalnya suatu waktu kita akan pergi shalat Jum'at, lalu kita melihat orang yang tertabrak. Kalau kita tidak menolong dan malah terus pergi shalat, maka shalat Jum'at pada saat itu bukan amal saleh. Dalam hal ini kita harus menolong orang yang tertabrak itu dengan mengantarkannya ke rumah sakit. Karena jika kita tidak sempat shalat Jum'at, shalat Jum'at itu bisa kita ganti dengan shalat Dzuhur.

Di sini Islam menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan daripada nilai-nilai individual. Lalu ada orang bertanya, "Bukan-kah hak Allah itu yang harus didahulukan daripada hak terhadap sesama?" Muthahhari menyatakan bahwa orang-orang yang bertanya semacam itu adalah orang-orang yang berpikiran sempit. Dia mengira bahwa hak Allah itu hanya shalat saja, padahal hak Allah juga adalah untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan di dalam waktu yang segera. Jadi amal saleh itu bukan hanya harus sesuai dengan syari'at, tapi juga harus layak dengan pelakunya.

Muthahhari memberi contoh lebih jauh. Misalnya, ada tiga orang yang setelah dicek secara psikologis, yang satu punya bakat sastra, yang kedua berbakat teknik dan yang ketiga berbakat musik. Misalnya orang yang berbakat sastra dia tidak mau masuk jurusan sastra –karena sulit cari kerja- lalu dia memilih teknik, maka memilih teknik bagi orang itu bukan amal saleh; karena tidak sesuai dengan predisposisinya (memaksakan diri untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan dirinya).

Sekarang ini dikembangkan sebuah alat ukur. Banyak ditemukan bahwa orang-orang cerdas yang  ber-IQ tinggi, hidupnya gagal. Di Amerika hal itu sering terjadi. Para psikolog heran, mestinya orang-orang yang cerdas itu dalam hidupnya berhasil, tetapi ternyata banyak yang gagal. Persentase orang yang bunuh diri bahkan banyak dilakukan oleh orang-orang yang ber-IQ tinggi. Persentase pengidap sakit jiwa juga didominasi oleh orang-orang yang kecerdasannya tinggi. Setelah mereka selidiki, ternyata bahwa kita salah mengukur kecerdasan itu. Kita harus mengukur bukan hanya IQ, tetapi juga harus mengembangkan  emotional intelegence. Intelegensi emosional ialah kemampuan mengendalikan dirinya atau kemampuan mengendalikan emosinya. Ternyata yang lebih mendorong orang sukses dalam hidup bukan IQ, tetapi emotional intelegence.

Puasa itu bukan melatih IQ, boleh jadi IQ kita ketika berpuasa malah menurun. Tetapi intelegensi emosional kita yang mungkin meningkat kalau kita berpuasa dengan benar. Iman dan amal saleh adalah dua hal yang mengembangkan sifat insaniyah manusia secara individual. Sedangkan tawã shaubil haq wa tawã shaubish shabr (Al-'Ashr 3), adalah dua perilaku yang mengembangkan manusia secara sosial.

Nilai suatu masyarakat juga diukur dari iman dan amal saleh. Masyarakat yang rendah adalah masyarakat yang tidak beriman dan tidak beramal saleh atau masyarakat barbar, masyarakat biadab.

Menurut surat Al-'Ashr ini, kita punya kewajiban bukan hanya mengembangkan sifat insaniyah kita, tetapi juga kewajiban untuk mengembangkan masyarakat insaniyah atau masyarakat yang memiliki sifat kemanusiaan. Al-Qur'an menyebutkan dua caranya, yaitu tawãshaubil haq  dan tawã shaubish shabr. Al-Qur'an tidak mengguna-kan kata tanãshahû (saling memberi nasihat), tetapi Al-Qur'an menggunakan kata "saling memberi wasiat". Mengapa? Wasiat itu lebih dari sekedar nasihat. Nasihat itu boleh dilaksanakan boleh tidak -mungkin juga boleh didengar atau tidak- tapi kalau wasiat harus didengar dan dilaksanakan.

Pada kata tawã shau kita bukan hanya subyek, tetapi sekaligus objek. Kita bukan saja yang menerima wasiat, tetap juga yang diberi wasiat. Apa yang harus diwasiat-kan? Al-Haq dan Ash-Shabr.

Sebagaimana iman tidak bisa dipisahkan dengan amal saleh, maka Al-Haq tidak bisa dipisahkan dengan Ash-Shabr. Jadi orang tidak dikatakan beriman kalau tidak beramal saleh dan tidak dikatakan membela kebenaran kalau tidak tabah dalam membela kebenaran itu.

Kesimpulannya, dari surat yang pendek ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa kita berada pada tingkat yang rendah atau dalam kerugian apabila kita tidak mengembangkan diri kita dengan iman dan amal saleh. Masyarakat kita juga menjadi masyarakat yang rendah bila kita tidak menegakkan Al-Haq dan Ash-Shabr di tengah-tengah masyarakat kita. (*)


http://kajianislam.wordpress.com/2007/12/04/tafsir-surat-al-%E2%80%99ashr/


Minggu, 13 Oktober 2013

Kemenag Kabupaten Karimun: Naskah Khutbah Idul Adha 1434 H 2013 M : Kisah Teladan Keluarga Nabi Ibrahim AS

http://kemenagkarimun.blogspot.com/2013/10/naskah-khutbah-idul-adha-1434-h-kisah.html?m=1

ُﷲ KHUTBAHPERTAMA: Nabi IbrahimAS Kisah TeladanKeluarga

اَﻛْﺒَﺮ ُﷲ ×( 3 ْ ) اَﻛْﺒَﺮُْﷲ(3×)
اَﻛﺒَﺮُﷲ 3 ْ )×
اَﻛْﺒَﺮ ْ ﻛَﺒِﻴْﺮًا وَاﻟﺤَﻤْﺪ ُ ﻟِﻠّﻪِ
ﺑُﻜْﺮَة ً وَأﺻِﻴْﻼ ً ﻻَ اِﻟَﻪ َ اِﻻ َّ ﷲُ
وَﷲ ُ اَﻛْﺒَﺮ ُﷲ ْ اَﻛْﺒَﺮ َو ْ ﻟﻠﻪِ
اْﻟﺤَﻤْﺪُ
اَﻟْﺤَﻤْﺪ ُ ﻟﻠﻪ ِ اﻟﱠﺬِى ﺟَﻌَﻞَ
ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦ َ ﻋِﻴْﺪ َ اْﻟﻔِﻄْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ
ﺻِﻴﺎَم ِ رَﻣَﻀَﺎن َ وَﻋْﻴﺪ َ اْﻻَﺿْﺤَﻰ
ﺑَﻌْﺪ َ ﻳَﻮْم ِ ﻋَﺮَﻓَﺔَ ُﷲ. اَﻛْﺒَﺮ (×3 ْ )
اَﺷْﻬَﺪ ُ اَن َﻻ ْ اِﻟَﻪ َ اِﻻ ُﷲ َّ وَﺣْﺪَه ُ ﻻَ
ﺷَﺮِﻳْﻚ َ ﻟَﻪ ُ ﻟَﻪ ُ اْﻟﻤَﻠِﻚ ُ اْﻟﻌَﻈِﻴْﻢُ
اْﻻَﻛْﺒَﺮ ْ وَاَﺷْﻬَﺪ ٌ اَنﱠ ﺳَﻴﱢﺪَﻧﺎَ
ﻣُﺤَﻤﱠﺪًا ﻋَﺒْﺪُه ُ وَرَﺳُﻮْﻟُﻪ ُ. اﻟﻠﻬُﻢﱠ
ﺻَﻞ ِّ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴﱢﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤﱠﺪ ٍ وَﻋَﻠَﻰ
اَﻟِﻪ ِ وَاَﺻْﺤَﺎﺑِﻪ ِ اﻟﱠﺬِﻳْﻦ َ اَذْﻫَﺐَ
ﻋَﻨْﻬُﻢ ُ اﻟﺮﱢﺟْﺲ َ وَﻃَﻬﱠﺮْ
اَﻣﱠﺎ ﺑَﻌْﺪ ُ. ﻓَﻴَﺎ ﻋِﺒَﺎدَﷲ ِ اِﺗﱠﻘُﻮاﷲَ
ﺣَﻖ َّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪ ِ وَﻻ َ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦ َّ اِﻻ َّ وَاَﻧْﺘُﻢْ
ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮْنَ membaca kalimattalbiyah. Maha Perkasa, sambilbersama-sama mendekatkan diri kepada AllahYang merasa sederajat.Sama-sama dibedakan antara mereka,semuanya bidang kehidupan. Tidakdapat nilai persamaan dalam segalasegi hidup, mempunyai tatanan nilaiyaitu persamaan akidah danpandangan pakaian ihram,melambangkan putih dan tidak berjahit, yang disebut Mereka semua memakai pakaianserba yang utama, yaitu wukuf diArafah. muslimin sedang menunaikanhaji "Hari Raya Haji", dimanakaum Idul adha dikenal dengansebutan dimuliakanAllah, Hadirin Jama'ah Idul Adhayang Yang Maha Kuasa atassegala-galanya. tidak berdaya dalam genggamanAllah kekuasaan dan pengaruh kita,kita Yang Maha Kuat. Betapapunhebatnya kita, masih lemah dihadapanAllah hadapan Allah. Betapapunperkasanya yang kita sandang, kita kecildi Allah SWT. Sebab apapunkebesaran dapat menjauhkan kita darirahmat keangkuhan dan kecongkaanyang Campakkan jauh-jauhsifat hadapan Allah Yang MahaBesar. tundukkan kepala dan jiwa kitadi juga kepada hadirin sekalian:Marilah mengajak kepada diri saya sendiridan Karena itu, melalui mimbar inisayaAllah. Tiada yang patut di sembahkecuali Allah Maha Besar. Allah MahaAgung. menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yangberiman. merupakan pengakuan dalamhati, sekedar gerak bibir tanpa arti.Tetapi Takbir yang kita ucapkanbukanlah pengakuan atas keagunganAllah. tahmid sebagai pernyataandan nama-Nya, kita gemakan takbirdan kepada Allah SWT. Kitaagungkan manifestasi perasaan taqwakita laksanakan ruku' dan sujudsebagai shalat 'Idul Adha. Baru sajakita kita berkumpul untukmelaksanakan Di pagi hari yang penuh barokahini, dimuliakanAllah, Hadirin Jama'ah Idul Adhayang


















































ﻟَﺒﱠﻴْﻚ َ اﻟﻠّﻬُﻢ َّ ﻟَﺒﱠﻴْﻚ َ ﻟَﺒﱠﻴْﻚ َ ﻻَ
ﺷَﺮِﻳْﻚ َ ﻟَﻚ َ ﻟَﺒﱠﻴْﻚَ dilukiskan oleh Allah dalamAl-Qur'an: mekkah yang aman danmakmur mengelola kota dan masyarakat.Kota kecakapan seorang ibudalam do'a Nabi Ibrahim danberkat kota yang aman dan makmur,berkat terkenal dengan kota mekkah,sebuah Akhirnya lembah itu hingga saatini dan makmurlah tempatsekitarnya. Datang rejeki dari berbagaipenjuru, Nabi Ismail, untuk membeliair. pedagang ke tempat Siti Hajardan dari berbagai pelosok terutamapara melimpah-limpah. Datanglahmanusia mempunyai persediaan airyang Lembah yang dulunya gersangitu,kehidupan. Ismail memperolehsumber mata air Zam Zam. Siti Hajar danNabi mengutus malaikat jibrilmembuat sebanyak 7 kali. Tiba-tibaAllah (Sa'i) antara bukit Sofa danMarwah air kian kemari sambil lari-larikecil menyusui nabi Ismail, beliaumencari kehabisan air minum hingga tidakbisa Abbas bahwa tatkala SitiHajar Seperti yang diceritakan olehIbnutawakkal. perintah itu dengan ikhlas danpenuh maupun istrinya Siti Hajar,menerima palestina. Tapi baik NabiIbrahim, 1600 KM dari negaranyasendiri asing, di sebelah utara kuranglebih ditempatkan di suatu tempatpaling dan putranya yang masih bayiitu, yang menyuruh menempatkanistri maksud sebenarnya dari wahyuAllah Ibrahim sendiri tidak tahu,apa tidak ada penghuni seorangpun.Nabi Lembah itu demikian sunyi dansepi tidak tumbuh sebatang pohonpun. disuatu lembah yang tandus,gersang, menyusu. Merekaditempatkan putranya, yang saat itumasih istrinya Hajar bersama NabiIsmail oleh Allah SWT untukmenempatkan Ketika Nabi Ibrahimdiperintahkan keluarganya Ismail dan SitiHajar. Nabiyullah Ibrahim ASbeserta beberapa peristiwa yangmenimpa lembaran sejarah kita diingatkanpada Masalah pengorbanan,dalammasaakiin. diberikan kepada fuqoro'wal mendekatkan diri kepada AllahSWT, menyembelih hewan ternakuntuk dekat, sehingga Qurbanialah berkorban. Qurban itu sendiriartinya yang menekankan padaarti Qurban", karena merupakan hariraya raya haji, juga dinamakan"Idul Disamping Idul Adha dinamakanhari




























































وَإِذ ْ ﻗَﺎل َ إِﺑْﺮَاﻫِﻴﻢ ُ رَبﱢ اﺟْﻌَﻞْ َﺬَاَـه
ﺑَﻠَﺪا ً آﻣِﻨﺎ ً وَارْزُق ْ أَﻫْﻠَﻪ ُ ﻣِﻦَ
اﻟﺜﱠﻤَﺮَاتِ ﻣَﻦ ْ آﻣَﻦ َ ﻣِﻨْﻬُﻢ ﺑِﺎﻟﻠّﻪِ
وَاﻟْﻴَﻮْم ِ اﻵﺧِﺮِ Allah SWTberfirman:menikmati. yang tidak beragama Islam punikut oleh orang Islam saja.Orang-orang kemakmuran tidak hanyadinikmati Ibrahim dikabulkan Allah SWT.Semua menjadi dalil, bahwa do'aNabi mengagumkan. Yang semuaitu utama kemakmuran rakyatyang keamanan hukum, sebagaifaktor pemerintahan dan ekonomi,serta kemakmuran modern, dalamtata Hal itu membuktikantingkatumrah. melakukan ibadah hajimaupun fasilitas yang cukup,selama seluruh penjuru dunia,memperoleh yang melimpah. Jamaah hajidari hingga saat ini memilikikemakmuran bukti yang jelas bahwa kotaMakkah Dari ayat tersebut, kitamemperoleh dimuliakanAllah, Hadirin Jama'ah Idul Adhayang dan hari kiamat." (QS Al-Baqarah:126) beriman diantara mereka kepadaAllah sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknyayang negeri ini, sebagai negeri yangaman berdo'a: "Ya Tuhanku,jadikanlah Artinya: Dan (ingatlah) ketikaIbrahim



























ﻗَﺎل َ وَﻣَﻦ ﻛَﻔَﺮ َ ﻓَﺄُﻣَﺘﱢﻌُﻪ ُ ﻗَﻠِﻴﻼً
ﺛُﻢ َّ أَﺿْﻄَﺮﱡه ُ إِﻟَﻰ ﻋَﺬَاب ِ اﻟﻨﱠﺎرِ
وَﺑِﺌْﺲ َ اﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ: dalam Al-Qur'an Surah As-Shoffat :102 mengerikan! Peristiwa itudinyatakan tangannya sendiri. Sungguhsangat disembelih denganmenggunakan ini, supaya dikorbankandan yang elok rupawan, sehat lagicekatan kala itu masih berusia 7 tahun.Anak agar ia mengorbankan putranyayang Ibrahim melalui mimpinya yanghaq, Allah menguji Iman dan TaqwaNabi kemudian dijadikan bahan ujian,yaitu pernyataan Nabi Ibrahim itulahyang 'adzim mengemukakanbahwa, Ibnu Katsir dalam tafsirAl-Qur'anul niscaya akan aku serahkanjuga." Allah meminta anakkesayanganku, semuanya. Jangankan cuma ternak,bila Allah menghendaki, akuserahkan kini masih milikku. Sewaktu-waktubila dijawabnya: "Kepunyaan Allah,tapi siapa ternak sebanyak ini?"maka Ibrahim ditanya oleh seseorang"milik milliuner. Ketika pada suatuhari, orang di zamannya adalahtergolong ternak. Suatu jumlah yangmenurut Nabi Ibrahim mencapai 12.000ekor Riwayat lain mengatakan,kekayaan domba, 300 lembu, dan 100 ekorunta. Ibrahim memiliki kekayaan 1000ekor disebutkan bahwa konon,Nabi Dalam kitab "MisykatulAnwar" kepadaAllah. membuatnya lalai dalamtaatnya kekayaan dan keluarganya dantidak ketaqwaan Nabi Ibrahim.Ternyata, para malaikat menguji keimananserta Kemudian Allah SWTmengizinkan hatinya dan amalbhaktinya!" dengan ukuran lahiriyah, tengoklahisi "Jangan menilai hambaku Ibrahimini dan keluarganya?" Allahberfirman: disibukkan oleh urusankekayaannya Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahalia Tuhanku, mengapa Engkaumenjadikan Malaikat bertanya kepada Allah:"Ya Setelah titel Al-khalildisandangnya, "Khalilullah" (kekasihAllah). anugerah, sebuahkehormatan cobaan, Allah memberinyasebuah dalam menghadapi berbagai ujiandan kesabaran dan ketabahanIbrahim Nabiyullah Ibrahim.Disebabkan dari ujian paling berat yangmenimpa ternak. Sejarahnya adalahbermula cara memotong kurbanbinatang dinamai juga "Idul Nahr" artinyahari Idul Adha yang kita peringati saatini, dimuliakanAllah, Hadirin Jama'ah Idul Adhayang Al-Baqarah:126) seburuk buruk tempat kembali."(QS. menjalani siksa neraka. Danitulah sementara, kemudian aku paksaia orang kafirpun, aku berikesenangan Artinya: Allah berfirman: "Dankepada
































































ﻗَﺎل َ ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲ َّ إِﻧﱢﻲ أَرَى ﻓِﻲ اﻟْﻤَﻨَﺎمِ
أَﻧﱢﻲ أَذْﺑَﺤُﻚ َ ﻓَﺎﻧﻈُﺮ ْ ﻣَﺎذَا ﺗَﺮَى
ﻗَﺎل َ ﻳَﺎ أَﺑَﺖِ اﻓْﻌَﻞ ْ ﻣَﺎ ﺗُﺆْﻣَﺮُ
ﺳَﺘَﺠِﺪُﻧِﻲ إِن ﺷَﺎء اﻟﻠﱠﻪ ُ ﻣِﻦَ
اﻟﺼﱠﺎﺑِﺮِﻳﻦَ sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur'an surat As-Shaffat ayat107-110: seekor kambing sebagaikorban, mencukupkan denganpenyembelihan keikhlasan mereka,Allah tawakkal mereka. Sebagaiimbalan meridloi ayah dan anakmemasrahkan terhadap anaknya. Allahtelah usah diteruskanpengorbanan menghentikan perbuatannya,tidak berseru dengan firmannya,menyuruh sebagai gantinya. Dan Allahswt mengambil seekor kibasy darisurga memerintahkan jibriluntuk Dalam pada itu AllahSWT AllahSWT" jika akibatnya akan durhakakepada memenuhi perintahmu wahaiibrahim, jangan potong, mana mungkinaku potonglah, tapi Allahmengatakan itu menjawab, "andakatakan ibrahim. Dengan izin Allah SWT,pisau tidak sanggup memotong leher"kata sanggup membelah batu, tapikenapa itu terbelah. "hai pisau,engkau sebuah batu, ternyata batu yangkeras mencoba memotongkan pisau ituke berada di bagian atas.Ibrohim ditekan, pisau itu berbalik, yangtajam lehernya tidak apa-apa, bahkanbila itu ke lehernya kuat-kuat,namun membuka ikatan dan menekanpisau Ibrohim mengabulkannya.Lantas kepadaperintah-Nya." kholilullah Ibrohim taat danpatuh supaya malaikat menyaksikanputra dan letakkan pisau itudileherku, melihatku dalam keadaanterpaksa, tanganku, agar Allah SWTtidak "ayah.. bukalah ikatan kakidan Sementara itu, Ismail pun berkata: untuk memperolehkerelaanku. dengan pisau, karenasemata-mata hati menyembelih anaknyasendiri "lihatlah hambaku itu, rela dansenang takjub menyaksikankeduanya. tunduk dan sujud kepada AllahSWT, malaikat di langit dan dibumi,mereka dinding yang menghalangipandangan Pada saat itu, Allah swtmembuka tergorespuntidak. namun tidak mempan,bahkan dengan menekan pisau itukuat-kuat, lehernya, Ibrohim punmenyembelih dan pisaupun diletakkandiatas ditelentangkan diatas sebuahbatu, Setelah ism

Kemenag Kabupaten Karimun: Naskah Khutbah Idul Adha 1434 H 2013 M : Kisah Teladan Keluarga Nabi Ibrahim AS

http://kemenagkarimun.blogspot.com/2013/10/naskah-khutbah-idul-adha-1434-h-kisah.html?m=1
ُﷲ KHUTBAH KEDUA:
اَﻛْﺒَﺮ ُﷲ ×( 3 ْ ) اَﻛْﺒَﺮُْﷲ (4×)
اَﻛْﺒَﺮ ْ ﻛﺒﻴﺮا وَاْﻟﺤَﻤْﺪ ُ ﻟﻠﻪِ
ﻛَﺜِﻴْﺮًا وَﺳُﺒْﺤَﺎن َ ﷲ ﺑُﻜْﺮَة ً وَ
أَﺻْﻴْﻼ َﻻ ً اِﻟَﻪ َ اِﻻ ُﷲ َّ وَﷲ ُ وَُﷲ
اَﻛْﺒَﺮْ ُﷲ اَﻛْﺒَﺮ ْ وَﻟﻠﻪ ِ اْﻟﺤَﻤْﺪُ
اَﻟْﺤَﻤْﺪ ُ ﻟﻠﻪ ِ ﻋَﻠﻰ َ اِﺣْﺴَﺎﻧِﻪِ
وَاﻟﺸﱡﻜْﺮ ُ ﻟَﻪ ُ ﻋَﻠﻰَ ﺗَﻮْﻓِﻴْﻘِﻪِ
وَاِﻣْﺘِﻨَﺎﻧِﻪ ِ. وَاَﺷْﻬَﺪ ُ اَن َﻻ ْ اِﻟَﻪ َ اِﻻﱠ
ﷲُ وَﷲ ُ وَﺣْﺪَه َﻻ ُ ﺷَﺮِﻳْﻚ َ ﻟَﻪُ
وَاَﺷْﻬَﺪ ُ اَن َّ ﺳَﻴﱢﺪَﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤﱠﺪًا
ﻋَﺒْﺪُه ُ وَرَﺳُﻮْﻟُﻪ ُ اﻟﺪﱠاﻋِﻰ اِﻟﻰَ
رِﺿْﻮَاﻧِﻪ ِ. اﻟﻠﻬُﻢﱠ ﺻَﻞ ِّ ﻋَﻠَﻰ
ﺳَﻴﱢﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤﱠﺪ ٍ وِﻋَﻠَﻰ اَﻟِﻪِ
وَاَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ وَﺳَﻠﱢﻢ ْ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ ﻛِﺜﻴْﺮًا
اَﻣﱠﺎ ﺑَﻌْﺪ ُ ﻓَﻴﺎ َ اَﻳﱡﻬَﺎ اﻟﻨﱠﺎسُ
اِﺗﱠﻘُﻮاﷲ َ ﻓِﻴْﻤَﺎ اَﻣَﺮ َ وَاﻧْﺘَﻬُﻮْا ﻋَﻤﱠﺎ
ﻧَﻬَﻰ وَاﻋْﻠَﻤُﻮْا اَن ّﷲ َّ اَﻣَﺮَﻛُﻢْ
ﺑِﺎَﻣْﺮ ٍ ﺑَﺪَأَ ﻓِﻴْﻪ ِ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪ ِ وَث َـ ﻨَﻰ
ﺑِﻤَﻶ ﺋِﻜَﺘِﻪ ِ ﺑِﻘُﺪْﺳِﻪ ِ وَﻗَﺎل َ ﺗَﻌﺎَﻟَﻰ
اِن َﷲ َّ وَﻣَﻶ ﺋِﻜَﺘَﻪ ُ ﻳُﺼَﻠﱡﻮْنَ
ﻋَﻠﻰ َ اﻟﻨﱠﺒِﻰ ﻳﺂ اَﻳﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳْﻦ َ آﻣَﻨُﻮْا
ﺻَﻠﱡﻮْا ﻋَﻠَﻴْﻪ ِ وَﺳَﻠﱢﻤُﻮْا ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ .
اﻟﻠﻬُﻢ َّ ﺻَﻞ ِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴﱢﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍ
ﺻَﻠﱠﻰ ُﷲ ﻋَﻠَﻴْﻪِ وَﺳَﻠﱢﻢ ْ وَﻋَﻠَﻰ
آل ِ ﺳَﻴﱢﺪِﻧﺎ َ ﻣُﺤَﻤﱠﺪ ٍ وَﻋَﻠَﻰ
اَﻧْﺒِﻴﺂﺋِﻚَ وَرُﺳُﻠِﻚ َ وَﻣَﻶﺋِﻜَﺔِ
اْﻟﻤُﻘَﺮﱠﺑِﻴْﻦَ
اَﻟﻠﻬُﻢ َّ اﻏْﻔِﺮ ْ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ
وَاْﻟﻤُﺆْﻣِﻨَﺎتِ وَاْﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ
وَاْﻟﻤُﺴْﻠِﻤَﺎت ِ اَﻻَﺣْﻴﺂء ُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ
وَاْﻻَﻣْﻮَاتِ اﻟﻠﻬُﻢ َّ اَﻋِﺰ َّ اْﻻِﺳْﻼَمَ
وَاْﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦ َ وَأَذِل َّ اﻟﺸﱢﺮْكَ
وَاْﻟﻤُﺸْﺮِﻛِﻴْﻦ َ وَاﻧْﺼُﺮ ْ ﻋِﺒَﺎدَكَ
اْﻟﻤُﻮَﺣﱢﺪِﻳﻦ وَاﻧْﺼُﺮ ْ ﻣَﻦْ ﻧَﺼَﺮَ
اﻟﺪﱢﻳْﻦ َ وَاﺧْﺬُل ْ ﻣَﻦ ْ ﺧَﺬَلَ
اْﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦ َو َ دَﻣﱢﺮْ اَﻋْﺪَاءَاﻟﺪﱢﻳْﻦِ
وَاﻋْﻞ ِ ﻛَﻠِﻤَﺎﺗَﻚ َ اِﻟَﻰ ﻳَﻮْم َ اﻟﺪﱢﻳْﻦ ِ.
اﻟﻠﻬُﻢﱠ ادْﻓَﻊ ْ ﻋَﻨﱠﺎ اْﻟﺒَﻼَء َ وَاْﻟﻮَﺑَﺎءَ
وَاﻟﺰﱠﻻَزِل َ وَاْﻟﻤِﺤَﻦَ وَﺳُﻮْءَ
اْﻟﻔِﺘْﻨَﺔ ِ وَاْﻟﻤِﺤَﻦ َ ﻣَﺎ ﻇَﻬَﺮ َ ﻣِﻨْﻬَﺎ
وَﻣَﺎ ﺑَﻄَﻦ َ ﻋَﻦْ ﺑَﻠَﺪِﻧَﺎ اِﻧْﺪُوﻧِﻴْﺴِﻴﱠﺎ
ﺧﺂﺻﱠﺔ ً وَﺳَﺎﺋِﺮ ِ اْﻟﺒُﻠْﺪَانِ
اْﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦ َ ﻋﺂﻣﱠﺔ ً ﻳَﺎ رَبﱠ
اْﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ .
رَﺑﱠﻨَﺎ آﺗِﻨﺎ َ ﻓِﻰ اﻟﺪﱡﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً
وَﻓِﻰ اْﻵﺧِﺮَة ِ ﺣَﺴَﻨَﺔ ً وَﻗِﻨَﺎ
ﻋَﺬَاب َ اﻟﻨﱠﺎرِ . رَﺑﱠﻨَﺎ ﻇَﻠَﻤْﻨَﺎ
اَﻧْﻔُﺴَﻨَﺎوَاِن ْ ﻟَﻢ ْ ﺗَﻐْﻔِﺮ ْ ﻟَﻨَﺎ
وَﺗَﺮْﺣَﻤْﻨَﺎ ﻟَﻨَﻜُﻮْﻧَﻦ َّ ﻣِﻦَ
اْﻟﺨَﺎﺳِﺮِﻳْﻦ َ. ﻋِﺒَﺎدَﷲ ِ ! اِن َّ ﷲَ
ﻳَﺄْﻣُﺮُﻧَﺎ ﺑِﺎْﻟﻌَﺪْل ِ وَاْﻻِﺣْﺴَﺎنِ
وَإِﻳْﺘﺂء ِ ذِى اْﻟﻘُﺮْﺑﻰَ وَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ
اْﻟﻔَﺤْﺸﺂء ِ وَاْﻟﻤُﻨْﻜَﺮ ِ وَاْﻟﺒَﻐْﻲ
ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠﱠﻜُﻢ ْ ﺗَﺬَﻛﱠﺮُوْنَ
وَاذْﻛُﺮُواﷲ َ اْﻟﻌَﻈِﻴْﻢ َ ﻳَﺬْﻛُﺮْﻛُﻢْ
وَاﺷْﻜُﺮُوْه ُ ﻋَﻠﻰ َ ﻧِﻌَﻤِﻪ ِ ﻳَﺰِدْﻛُﻢْ
وَﻟَﺬِﻛْﺮ ِﷲ ُ اَﻛْﺒَﺮْ

KHUTBAH IDUL ADHA 2013, Tanpa Pengorbanan Jangan Harap Ada Keberhasilan | ponpes Al-Fithrah GP

http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com/2013/09/26/khutbah-idul-adha-2013-tanpa-pengorbanan-jangan-harap-ada-keberhasilan/

ُﷲ أﻛْﺒَﺮ 9 ُ ×
اﻟﻠﱠﻪ ُ أَﻛْﺒَﺮ ُ ﻛَﺒِﻴﺮًا وَاﻟْﺤَﻤْﺪ ُ ﻟِﻠﱠﻪ ِ ﻛَﺜِﻴﺮًا وَﺳُﺒْﺤَﺎن َ اﻟﻠﱠﻪِ
ﺑُﻜْﺮَة ً وَأَﺻِﻴﻼ َﻻ ً، إِﻟَﻪ َ إِﻻ ًّ اﻟﻠﱠﻪ ُ وَﻻ َ ﻧَﻌْﺒُﺪ ُ إِﻻ َّ إِﻳﱠﺎهُ
ﻣُﺨْﻠِﺼِﻴﻦ َ ﻟَﻪ ُ اﻟﺪﱢﻳﻦ َ وَﻟَﻮ ْ ﻛَﺮِه َ اﻟْﻜَﺎﻓِﺮُون َﻻ َ، إِﻟَﻪ َ إِﻻﱠ
اﻟﻠﱠﻪ ُ وَﺣْﺪَه ُ ﺻَﺪَق َ وَﻋْﺪَه ُ وَﻧَﺼَﺮ َ ﻋَﺒْﺪَه ُ وَﻫَﺰَمَ
اﻷَﺣْﺰَاب َ وَﺣْﺪَه َﻻ ُ، إِﻟَﻪ َ إِﻻ ًّ اﻟﻠﱠﻪ ُﷲ ُ أﻛْﺒَﺮ ُ، ﷲ أﻛﺒﺮ.
وَﻟﻠﻪ ِ اﻟْﺤَﻤْﺪُ
اَﻟْﺤَﻤْﺪ ِ ِﻟﻠﻪ ُ اﻟﱠﺬِي ْ ﺟَﻌَﻞ َ اﻟْﻴَﻮْم َ ﻋِﻴْﺪا ً ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦ َ،
وَوَﺣﱠﺪَﻧَﺎ ﺑِﻌِﻴْﺪِه ِ ﻛَﺄُﻣﱠﺔ ٍ وَاﺣِﺪَة ٍ، ﻣِﻦ ْ ﻏَﻴْﺮ ِ اﻷُﻣَﻢ ،
وَﻧَﺸْﻜُﺮُه ُ ﻋَﻠَﻰ ﻛَﻤَﺎل ِ إِﺣْﺴَﺎﻧِﻪ ِ وَﻫُﻮ َ ذُو اﻟْﺠَﻼَلِ.
وَاْﻹِﻛْﺮاَمِ
أَﺷْﻬَﺪ ُ اَن َﻻ ْ اِﻟَﻪ َ اِﻻ َّ أَﻧْﺖ َ وَﺣْﺪَك َ ﻻَﺷَﺮِﻳْﻚ َ ﻟَﻚ َ،
اﻟﻠﱠﻬُﻢ َّ ﻣَﺎﻟِﻚ َ اﻟْﻤُﻠْﻚ ِ ﺗُﺆْﺗِﻲ اﻟْﻤُﻠْﻚ َ ﻣَﻦ ﺗَﺸَﺎء وَﺗَﻨﺰِعُ
اﻟْﻤُﻠْﻚ َ ﻣِﻤﱠﻦ ﺗَﺸَﺎء وَﺗُﻌِﺰ ُّ ﻣَﻦ ﺗَﺸَﺎء وَﺗُﺬِل ُّ ﻣَﻦ
ﺗَﺸَﺎء ﺑِﻴَﺪِك َ اﻟْﺨَﻴْﺮ ُ إِﻧﱠﻚ َ ﻋَﻠَﻰ َ ﻛُﻞ ِّ ﺷَﻲْء ٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ.
وَأَﺷْﻬَﺪ ُ اَن َّ ﻣُﺤَﻤﱠﺪا ً ﻋَﺒْﺪُك َ وَرَﺳُﻮْﻟُﻚَ
اﻟَﻠﱠﻬُﻢ َّ ﺻَﻞ ِّ وَاُﺳَﻠﱢﻢ ُ ﻋَﻠَﻰ ﺳﻴّﺪِﻧَﺎ وﺣَﺒِﻴْﺒِﻨﺎَ
اﻟﻤُﺼْﻄَﻔَﻰ ، اﻟﱠﺬﱢي ﺑَﻠﱠﻎ َ اﻟﺮﱢﺳَﺎﻟَﺔ ْ، وَأَدﱠى اﻷَﻣَﺎﻧَﺔ ْ،
وَﻧَﺼَﺢ َ اﻷُﻣﱠﺔ ْ، وَﻋَﻠَﻰ آﻟِﻪ ِ وَأَﺻْﺤَﺎﺑِﻪ ِ وَﻣَﻦ ْ دَﻋﺎَ.
اِﻟَﻰ ِﷲ ﺑِﺪَﻋْﻮَﺗِﻪ ِ، وَﺟﺎَﻫَﺪ َ ﻓِﻲ ِﷲ ْ ﺣَﻖ َّ ﺟِﻬﺎَدِهِ
اَﻣﱠﺎ ﺑَﻌْﺪ ُ: ﻋِﺒَﺎد ِ،ﷲ َ أُوْﺻِﻴْﻜُﻢ ْ وَﻧَﻔْﺴِﻲ ْ وَإِﻳﱠﺎيَ!
ﺑِﺘَﻘْﻮَى ِﷲ ﻓَﻘَﺪ ْ ﻓَﺎز َ اﻟﻤُﺘﱠﻘُﻮْنَ
إِﻧﱠﺎ أَﻋْﻄَﻴْﻨَﺎك َ اﻟْﻜَﻮْﺛَﺮ (1) َ ﻓَﺼَﻞ ِّ ﻟِﺮَﺑﱢﻚ َ وَاﻧْﺤَﺮ (2) ْ
إِن َّ ﺷَﺎﻧِﺌَﻚ َ ﻫُﻮ َ اﻷَْﺑْﺘَﺮُ

KHUTBAH IDUL ADHA 2013, Tanpa Pengorbanan Jangan Harap Ada Keberhasilan | ponpes Al-Fithrah GP

http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com/2013/09/26/khutbah-idul-adha-2013-tanpa-pengorbanan-jangan-harap-ada-keberhasilan/

Sabtu, 12 Oktober 2013

Pesan Moral Idul Qurban dan Ruhul Ukhuwwah

http://www.hidayatullah.com/read/9977/30/11/2009/pesan-moral-idul-qurban-dan-ruhul-ukhuwwah--.html

Sambungan ....

Ruhun Nahr

'Idul Qurban disebut juga 'Idun Nahr' artinya
Hari Raya memotong korban binatang ternak.
Ritual penyembelihan sebagai simbol/bentuk
menyembelih nafsu hewani kita, agar tunduk
kepada Allah SWT. Yang dinilai bukan daging,
darah hewan kurban, tetapi motivasi
berkurban.

Asal usulnya dimulai dari ujian Allah SWT
kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih
puteranya yang tercinta Ismail as. Nabi Ibrahim
berkali-kali diuji dengan berbagai ujian berat
yang memerlukan pengorbanan yang besar.
Semuanya dilalui dengan selamat. Beliau lulus
ujian. Diuji untuk mempertahankan
keimanannya sekalipun menghadapi hukuman
dibakar hidup-hidup. Pengorbanan yang
dilakukan tidak sia-sia. Beliau ditolong
langsung oleh Allah SWT. Karena agama ini
milik-Nya. Siapa saja yang menodai agama
Islam, berarti mengadakan konfrontasi
langsung dengan-Nya. Api menjadi dingin,
Ibrahim selamat atas restu Allah SWT.

Ujian terberat bagi Nabi Ibrahim adalah
perintah mengorbankan putranya Isma'il, putra
semata wayang yang sangat dicintainya ketika
itu. Sekalipun berat, berkat kerjasama antara
Ibu, Anak dan Bapak dalam suasana dialogis
yang menyejukkan, maka ujian berat itu sukses
dijalani.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya
Aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar" (QS. Ash Shoffat (37) :
102).

Dari jejaknya itu lahirlah Kota Suci Mekah,
kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan sumur
Zam-zam yang tidak pernah kering sejak 4000
tahun yang lalu sekalipun setiap hari dikuras
airnya berjuta liter, sebagai tonggak jasa
seorang wanita yang telah teruji kesabarannya
Ibunda Hajar, ibu kandung Ismail as.

Dari sejarah Ibrahim, maka Tawaf, Sa'i, Wuquf
di Arafah, melempar Jumrah, bermalam di
Muzdalifah (Mina), memotong hewan Quran
(al-Hadyu), menjadi rangkaian Ibadah Haji atau
Umrah yang disyariatkan oleh Islam, setiap
tahun tidak kurang 2 juta banyaknya umat
Islam datang berhaji dari seluruh dunia.

Dari Ka'bah yang dibangun dua Nabi ayah dan
anak, Ibrahim dan Ismail, maka tiap 5 waktu
sehari semalam 1 milyar umat Islam sedunia
menghadap ke kiblat Ka'bah. Dakwah Islam
menggetarkan umat manusia untuk memeluk
Islam. Sehingga, Islam tidak saja berkembang
di Mekah dan Madinah, tetapi merambah ke
seluruh dunia. Berkat perjuangan Ibrahim yang
tidak kenal lelah dalam menegakkan kalimat
tauhid, kita rasakan nikmatnya hingga hari ini.

Sebagai mercusuar/magnit power Islam, Mekah
dan Madinah memiliki kedudukan politik dan
ekonomi yang penting dalam percaturan
global. Seluruh dunia memandang Negara
Timur Tengah sebagai negara petro dollar yang
sangat strategis dalam pembangunan ekonomi
dunia. Saudi Arabia, tempat Ka'bah dan Kota
Suci Mekah dan Madinah yang dibangun oleh
Nabi Ibrahim, Ismail dan Hajar merupakan
pusat kemakmuran ekonomi.

Repelita tahun 1975-1980 menelan biaya $ US
142 milyar, sama dengan 59 trilyun rupiah tiga
kali anggaran pembangunan negara kita.
Padahal penduduknya hanya berjumlah tidak
sampai 100 juta. Belum lagi menyaksikan
perkembangan saat ini.

Ruhut Takbir (Spirit Takbir)

'Idul Qurban juga disebut 'Idul Akbar (Hari Raya
Paling Besar). Kalau pada Hari Raya 'Idul Fithri
kita disunnahkan mengumandangkan takbir
mulai malam sampai shalat Idul Fithri selesai
pada pagi hari, maka 'Idul Adha ditandai
dengan takbiran selama 4 hari. Ini berarti
membangun kesadaran kita sesungguhnya
hanya Allah Yang Maha Besar. Betapa tidak
berharga, sedikit dan kecil diri, ilmu, pengaruh,
harta kekayaan dan jabatan kita. Subhanallah,
Maha Suci Engkau Ya Allah. Bukankah kita
seringkali tidak kuasa mengendalikan mulut,
telinga, tangan, pikiran, syahwat perut, nafsu
biologis, dan hati kita dari kontaminasi dosa.

Al Hamdulillah. Bersyukur atas nikmat dari
Allah SWT yang tidak terhitung. Termasuk
nikmat bisa berkurban. Bukan karena usaha
kita semata, tetapi karunia dari-Nya. Laa ilaaha
illallah. Tiada ilah yang eksis di dunia ini kecuali
Allah. Kita dianjurkan untuk memperbanyak
ucapan tahlil, berarti kita dituntut mengukir
sebanyak mungkin amal shalih karena
dorongan iman dan taqwa. Kalimat tahlil yang
kita hayati dengan sepenuh hati, diucapkan
dengan lisan dan digerakkan dengan seluruh
anggota tubuh, semoga iman merasuk dan
menghunjam di dalam jiwa kita.

Jika kita mengagungkan harta, jabatan, ilmu,
pengaruh kita, maka saat itu Allah Yang Maha
Besar kita pandang kecil. Seruannya kita
persepsikan bagaikan suara yang berasal dari
nun jauh di sana, terdengar sayup-sayup, suara
serak-serak basah (QS. Fushshilat (41) : 44).
Syariatnya, tidak kita junjung tinggi. Kita
menyediakan diri untuk jatuh pada lubang
kehancuran total.

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang
telah menukar nikmat Allah [syariat Allah SWT]
dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya
ke lembah kebinasaan? (QS. Ibrahim (14) : 28).

Ketika kita mengelola nikmat harta, posisi, ilmu,
tidak melibatkan-Nya, maka nikmat itu berubah
menjadi niqmah (kebinasaan). Semua itu tidak
menambah kebaikan kita.

...(siksaan) yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
mengubah sesuatu nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum,
hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada
pada diri mereka sendiri (QS. Al-Anfal (8) : 53).

Besar harapan kita umat Islam Indonesia dan
umat Islam di seluruh dunia tetap dalam ikatan
persaudaraan Islam (ribathul ukhuwwah).
Semakin hari bertambah kokoh. Karena
tantangan yang dihadapi semakin berat.
Menuntut tergalangnya solidaritas, saling
bergandengan tangan dalam menegakkan
kebenaran dan keadilan. Dan mendorong
adanya pemerataan ekonomi dunia. Saling
tawashou bilhaqqi, bishshabri, wabilmarhamah
(saling menasihati dalam menetapi kebenaran,
kesabaran, dan kasih sayang).

Demikian pula, semoga tercipta suasana
dialogis yang menyejukkan antara dua
generasi. Generasi tua dan generasi muda.
Dengan membuka dialog, akan terjadi proses
regenerasi yang menyehatkan. Sehingga
pewarisan nilai dan amal shalih tidak terjadi
kemandekan. Demikianlah beberapa nilai
education yang diserap dari Hari Raya Besar.
Wallahu a'lam Bish Shawab.

Pesan Moral Idul Qurban dan Ruhul Ukhuwwah

http://www.hidayatullah.com/read/9977/30/11/2009/pesan-moral-idul-qurban-dan-ruhul-ukhuwwah--.html

TAZKIYATUN NAFS
Pesan Moral Idul Qurban dan
Ruhul Ukhuwwah
Senin, 30 November 2009 - 18:52 WIB

Allah tidak akan pernah memberikan
kemuliaan kepada siapapun/bangsa mana pun
dalam perpecahan, baik pada umat terdahulu
atau di zaman akhir

Oleh Sholih Hasyim*

Hidayatullah.com--Beberapa hari lalu
kita merayakan Hari
Raya 'Idul Qurban
atau 'Idul Adha. Tiga
hari berturut-turut
berikutnya kaum
muslimin yang
memiliki kelapangan
rezeki disunatkan
memotong ternak,
minimal kambing
untuk satu orang,
guna dibagi-bagikan
kepada saudara-saudara kita yang
seumur-umur jarang/tidak pernah
membeli daging,
apalagi
mengkonsumsinya.

Dalam suasana Idul
Qurban, sementara
di belahan bumi
Indonesia yang lain
saudara kita
sebangsa sedang
diselimuti berbagai
musibah yang tak
kunjung lepas, umat
Islam dibangkitkan jiwa sosialnya untuk
menggalang solidaritas, soliditas dan
kesetiakawanan sosial, ukhuwwah islamiyah.
Dengan bertumpuk masalah yang dihadapi
hari-hari ini, umat Islam mendesak untuk
bersatu. Dengan persatuan akan melahirkan
kekuatan. Dengan persatuan yang didasari
oleh nilai-nilai suci yang diserap dari keimanan
dan ketakwaan, kita akan menang dalam
perjuangan, seperti pada masa penjajahan fisik
setengah abad yang lalu.

Sebaliknya, jika kita mempertontonkan dan
menonjolkan perbedaan yang tidak subtansial,
dan tidak mengedepankan persamaan masalah
prinsip, kita akan gagal mengisi kemerdekaan.
Bahkan, akan datang penjajahan baru dalam
bentuk lain, di antaranya penyakit KKN yang
menggurita. KKN merupakan simbol kerusakan
moral, sebagai indikator nafsu serakah dan
mementingkan diri sendiri. Tidak mau
berkorban, tetapi mengorbankan negara untuk
memperkaya diri dan mempertahankan status
quo. Sehingga negara kita dijajah/digerogoti
dari dalam, kemiskinan, kehinaan, kebodohan,
tidak independen, tidak bermartabat, tertinggal
dari bangsa lain.

Dengan persatuan, kita memiliki nyali untuk
menghalau tantangan internal dan melawan
musuh eksternal. Mustahil kita menjadi bangsa
yang besar, jika kita berjiwa kerdil. Tidak luber
dan legowo dan tidak berjiwa permadani. Tidak
memiliki jiwa besar. Ada sebuah ungkapan:
"kun kalyadaini walaa takun kaludzunani"
(jadilah kamu seperti kedua tangan, jangan
seperti kedua telinga). Berbeda dengan telinga,
tangan itu memiliki ciri suka bergandengan.
Persatuan tidak sekedar memperbanyak SK,
karena persatuan merupakan refleksi ruhani.

Imam Ali mengomentari krisis perpecahan
umat Islam: "Aku heran kaum Muslimin
bercerai berai dalam kebenaran, sedangkan
musuh bersatu dalam kebatilan. Kekeruhan
berjamaah (bersatu) itu masih lebih baik
daripada bersih secara sendirian."

Bukankah 1 milyar populasi umat Islam di
seluruh penjuru dunia tidak berdaya
menghadapi segelintir kaum Yahudi yang
dengan semena-mena, tanpa mengenal
prikemanusiaan menjajah penduduk muslim
Palestina?

Dalam kesempatan lain Khalifah Islam IV
mengatakan, "Allah SWT tidak akan pernah
memberikan kemuliaan kepada siapapun,
bangsa manapun, dalam perpecahan, tidak
kepada umat terdahulu tidak pula kepada
umat di zaman akhir."

Imam Syafi'i mengatakan: "Perkara batil
terkadang bisa menang karena bersatu,
sebaliknya kebenaran kadang-kadang
menderita kekalahan, kelemahan dan kehinaan
disebabkan perpecahan."

Momentum Idul Qurban menjadi pelajaran
bagi diri sendiri untuk memperkuat jalinan
ukhuwwah Islamiyah dengan cara
mempertebal kepekaan sosial kita, agar kita
memperoleh hikmah, ibrah, pelajaran dari Hari
Raya 'Idul Adha ini.

Ruhul Qurban Wat Taqarrub Ilallah

Di samping 'Idul Adha, Hari Raya ini dinamakan
pula 'Idul Qurban' karena dengan semangat
jiwa sosial dan berkorban, kita akan menjadi
hamba yang bertambah dekat kepada Allah
SWT. Dekat dengan pertolongan-Nya. Dekat
dengan petunjuk-Nya. Dekat dengan rahmat-Nya. Dan dekat dengan ridha-Nya. Manusia
yang paling sengsara dalam kehidupan di dunia
ini dan kelak di akhirat adalah manusia yang
jauh dari hidayah Allah SWT. Jauh dari
pertolongan-Nya. Jauh dari rahmat-Nya.

Dalam perjalanan kehidupan ini kita bisa
mengambil pelajaran yang sangat berharga,
sekalipun dengan susah payah, memutar otak,
memeras tenaga, mengumpulkan perbekalan,
akan tetapi yang dituju seringkali tidak tercapai.
Usaha mengalami kegagalan, sekalipun sudah
dikerahkan orang-orang yang ahli dalam
berbagai bidang. Banyak target yang sudah
direncanakan secara cermat ternyata tidak
realistis. Konsep sudah disusun secara matang,
terbukti kandas di tengah jalan. Bukankah
tukang cukur tidak bisa mencukur rambutnya
sendiri.

Sungguh, dalam sejarah tidak ada ceritanya
manusia bisa survive, eksis, serta melakukan
segalanya sendirian, tanpa keterlibatan pihak
lain, baik secara langsung maupun tidak
langsung, baik manusia primitif maupun
manusia modern. Manusia hanya berusaha,
berharap, berencana, berikhtiar, pada akhirnya
yang paling menentukan adalah Allah SWT.
Binatang dinosaurus itu lebih cepat punah,
karena kurang terampil dalam membangun
sinergi. Setiap perkembangan lingkungan sosial
yang baru, kawan baru, ide baru, dipandang
sebagai ancaman, bukan anugerah yang patut
disyukuri.

Oleh karena itu marilah kita tingkatkan usaha
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan sedekat-dekatnya. Dengan cara
meningkatkan grafik keimanan dan ketakwaan
kita. Semoga kita bisa mengambil hikmah 'Idul
Qurban.

Taqorrub ilallah (sandaran spiritual) hanya bisa
dicapai dengan menegakkan shalat wajib,
sunnat, shalat lail, melakukan puasa,
mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji,
aktif dalam majlis ta'lim. Dengan cara demikian,
insya Allah komunikasi kita dengan Al-Khalik
semakin akrab, dekat dan erat.

Adapun membangun kedekatan dengan orang
lain dengan jalan memberi, berkurban pula,
bukan menuntut. Berbeda dengan falsafah
kehidupan orang Barat: Lakukan apa saja
sesuka hatimu, yang penting jangan
mengganggu kebebasan orang lain. Dalam
Islam diajarkan: apa yang bisa kamu kurbankan
untuk kepentingan orang lain. Kepekaan sosial
yang paling rendah adalah 'salamatush shadr'
(selamat dada kita dari kebencian terhadap
sesama). Dan solidaritas sosial yang paling
tinggi adalah 'al-Istar' (mengutamakan orang
lain melebihi dari dirinya sendiri, sekalipun
dalam kesulitan).

Dengan mengulurkan tangan kepada orang
lain secara ikhlas, di samping kehidupan kita
akan menemui berbagai kemudahan, pula
mendatangkan pertolongan dari Allah SWT.
Bahkan bukti kecintaan seorang hamba kepada
Allah SWT adalah diukur dari kualitas
kecintaannya kepada sesama.

????????? ???? ?????? ????????? ???????? ?????????
???? ?????? ????????

"Allah SWT pasti menolong hamba-Nya selama
hamba itu menolong orang lain." (Hadits
Qudsi).

"Barangsiapa yang mengeluarkan zakat
hartanya Dia akan menghilangkan kejelekan
dirinya." (HR. Thabrani).

???????? ?????????? ??? ???? ???? ???? ?????? ????????
?????????? ??????????? ????? : ???????? ????? ??????
??????

?????? ???? ??? ????? ?????? ???? ??????? ?????? ???
???????? ???????????? ???? ???????? ???????????? ????
??????????? ????????????

"Saya menghadap Nabi Saw ketika itu beliau
sedang membaca "Al-Hakumut Takatsur", lalu
beliau bersabda: Orang-orang selalu berkata:
Ini hartaku, ini milikku! Apakah yang bisa
engkau perbuat terhadap kekayaanmu, kecuali
yang kamu makan sampai habis atau engkau
pakai hingga habis, atau engkau sedekahkan
kepada orang-orang yang sedang memerlukan
atau untuk kepentingan umum (fi sabilillah),
maka harta kekayaan yang demikian itu akan
menjadi tabunganmu yang tersimpan kelak di
akhirat akan engkau nikmati manfaatnya." (HR.
Muslim).

Islam adalah agama yang menempatkan dunia
dalam posisi yang penting. Ini tidak perlu
diperdebatkan. Maka ada rukun (pilar) Islam
yang bernama zakat dan haji, ibadah keduanya
tidak bisa dikerjakan kecuali dengan harta.
Fungsi dunia adalah 'mazra'atul akhirah'
(ladang yang harus ditanami baik-baik agar bisa
dipanen di akhirat), kata Imam Al-Ghozali. Akan
tetapi beliau memperingatkan kita agar
bersikap "zuhud" dalam menyikapi kekayaan
dunia. Zuhud artinya tidak serakah, membatasi
konsumsi sesuai keperluan.

??? ????????? ?????????? ????????? ??? ??????
?????????? ????? ???? ?????? ????????? ???????????
??????????

"Dua ekor serigala yang lapar dan dilepas ke
dalam kumpulan kambing tidak lebih merusak
dibanding kerusakan yang ditimbulkan akibat
serakah terhadap harta dan kedudukan yang
sangat merugikan agama itu." (HR. Turmudzi).

Ruhun Nahr

'Idul Qurban disebut juga 'Idun Nahr' artinya
Hari Raya memotong korban binatang ternak.
Ritual penyembelihan sebagai simbol/bentuk
menyembelih nafsu hewani kita, agar tunduk
kepada Allah SWT. Yang dinilai bukan daging,
darah hewan kurban, tetapi motivasi
berkurban.

Asal usulnya dimulai dari ujian Allah SWT
kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih
puteranya yang tercinta Ismail as. Nabi Ibrahim
berkali-kali diuji dengan berbagai ujian berat
yang memerlukan pengorbanan yang besar.
Semuanya dilalui dengan selamat. Beliau lulus
ujian. Diuji untuk mempertahankan
keimanannya sekalipun menghadapi hukuman
dibakar hidup-hidup. Pengorbanan yang
dilakukan tidak sia-sia. Beliau ditolong
langsung oleh Allah SWT. Karena agama ini
milik-Nya. Siapa saja yang menodai agama
Islam, berarti mengadakan konfrontasi
langsung dengan-Nya. Api menjadi dingin,
Ibrahim selamat atas restu Allah SWT.

Ujian terberat bagi Nabi Ibrahim adalah
perintah mengorbankan putranya Isma'il, putra
semata wayang yang sangat dicintainya ketika
itu. Sekalipun berat, berkat kerjasama antara
Ibu, Anak dan Bapak dalam suasana dialogis
yang menyejukkan, maka ujian berat itu sukses
dijalani.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya
Aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar" (QS. Ash Shoffat (37) :
102).

Dari jejaknya itu lahirlah Kota Suci Mekah,
kiblat

Kamis, 03 Oktober 2013

Kemuliaan Adalah Hak Semua Orang | dakwatuna.com

http://m.dakwatuna.com/2013/09/30/39967/kemuliaan-adalah-hak-semua-orang/

Dosa yang Terus Mengalir | dakwatuna.com

http://m.dakwatuna.com/2013/10/01/40048/dosa-yang-terus-mengalir/

Bertetangga yang Lebih Baik | dakwatuna.com

http://m.dakwatuna.com/2013/10/04/40133/bertetangga-yang-lebih-baik/

KhutbahPertama utbahPertama

ﻋَﻠَﻰ
ﻋَﻠَﻰِِ

اﻟﻠﱠﻴْﻞ
اﻟﻠﱠﻴْﻞِِ

ﻣُﻜَﻮﱢر
ﻣُﻜَﻮﱢرِ،ِ،

اﻟﻐَﻔﱠﺎر
اﻟﻐَﻔﱠﺎرِِ

اﻟﻌَﺰِﻳﺰ
اﻟﻌَﺰِﻳﺰِِ

ﻟﻠﻪ
ﻟﻠﻪُُ

اﻟﺤﻤﺪ
اﻟﺤﻤﺪ
ذﻟﻚَ
ذﻟﻚَ
ﻋَﻠَﻰ
ﻋَﻠَﻰ
وأﺛَﺎﺑَﻨَﺎ
وأﺛَﺎﺑَﻨَﺎِ،ِ،

اﻟْﺠِﻮَار
اﻟْﺠِﻮَارِِ

ﺑِﺤُﺴْﻦ
ﺑِﺤُﺴْﻦ
أَﻣَﺮَﻧَﺎ
أَﻣَﺮَﻧَﺎِ،ِ،

اﻟﻨﱠﻬَﺎر
اﻟﻨﱠﻬَﺎر
ﻻَ
ﻻَُُ

وَﺣْﺪَه
وَﺣْﺪَهُُ

اﻟﻠﱠﻪ
اﻟﻠﱠﻪََّّ

إِﻻ
إِﻻََ

إِﻟَﻪ
إِﻟَﻪََ


ﻻْْ

أَن
أَنُُ

وَأَﺷْﻬَﺪ
وَأَﺷْﻬَﺪِ،ِ،

اﻷﺑﺮار
اﻷﺑﺮارََ

ﻣﻨﺎزل
ﻣﻨﺎزلِ،ِ،

اﻟْﺠَﺎر
اﻟْﺠَﺎر
إﻟَﻰ
إﻟَﻰََ

أﺣْﺴَﻦ
أﺣْﺴَﻦْْ

ﻣَﻦ
ﻣَﻦ
ﻳُﺠَﺎزِي
ﻳُﺠَﺎزِيُ،ُ،

ﻟَﻪ
ﻟَﻪََ

ﺷَﺮِﻳﻚ
ﺷَﺮِﻳﻚُ،ُ،

وَرَﺳُﻮﻟُﻪ
وَرَﺳُﻮﻟُﻪِِ


ﷲُُ

ﻋَﺒْﺪ
ﻋَﺒْﺪ
ﻣُﺤَﻤﱠﺪًا
ﻣُﺤَﻤﱠﺪًا
ﺳﻴﺪَﻧَﺎ
ﺳﻴﺪَﻧَﺎََّّ

أَن
أَنُُ

وأَﺷْﻬَﺪ
وأَﺷْﻬَﺪ
ﻣﺤﻤﺪٍ
ﻣﺤﻤﺪٍ
ﺳﻴﺪِﻧَﺎ
ﺳﻴﺪِﻧَﺎ
ﻋﻠَﻰ
ﻋﻠَﻰْْ

وﺑﺎرِك
وﺑﺎرِكْْ

وَﺳَﻠﱢﻢ
وَﺳَﻠﱢﻢِِّّ

ﺻَﻞ
ﺻَﻞََّّ

ﻓﺎﻟﻠﱠﻬُﻢ
ﻓﺎﻟﻠﱠﻬُﻢ
أﺻﺤﺎﺑِﻪِ
أﺻﺤﺎﺑِﻪِ
وﻋَﻠَﻰ
وﻋَﻠَﻰ ِ، ِ،

اﻷَﻃْﻬَﺎر
اﻷَﻃْﻬَﺎرِِ

اﻟْﻜِﺮَام
اﻟْﻜِﺮَامِِ

آﻟِﻪ
آﻟِﻪ
وﻋَﻠَﻰ
وﻋَﻠَﻰ
إﻟَﻰ
إﻟَﻰٍٍ

ﺑﺈﺣﺴﺎن
ﺑﺈﺣﺴﺎنْْ

ﺗﺒِﻌَﻬُﻢ
ﺗﺒِﻌَﻬُﻢْْ

ﻣَﻦ
ﻣَﻦ
وﻋَﻠَﻰ
وﻋَﻠَﻰِ،ِ،

اﻷﺧﻴﺎر
اﻷﺧﻴﺎرِِ

اﻟْﺒَﺮَرَة
اﻟْﺒَﺮَرَة
اﻟﻘﺮارِ
اﻟﻘﺮارِِِ

ﻳﻮم
ﻳﻮم..

ﺑﺘﻘﻮَى
ﺑﺘﻘﻮَى
وﻧﻔﺴِﻲ
وﻧﻔﺴِﻲِِ


ﷲََ

ﻋﺒﺎد
ﻋﺒﺎدْْ

ﻓﺄُوﺻﻴﻜُﻢ
ﻓﺄُوﺻﻴﻜُﻢُ:ُ:

ﺑﻌﺪ
ﺑﻌﺪ
أَﻣﱠﺎ
أَﻣﱠﺎ
اﻟﻨﱠﺎسُ
اﻟﻨﱠﺎسُ
أَﻳﱡﻬَﺎ
أَﻳﱡﻬَﺎ
ﻳَﺎ
ﻳَﺎَّ:[َّ:[

وﺟﻞ
وﺟﻞََّّ

ﻋﺰ
ﻋﺰُُ


ﷲََ

ﻗﺎل
ﻗﺎل،،

ﺗﻌﺎﻟَﻰ
ﺗﻌﺎﻟَﻰِِ



ﻋَﻦ
ﻋَﻦٌٌ

وَاﻟِﺪ
وَاﻟِﺪ
ﻳَﺠْﺰِي
ﻳَﺠْﺰِيََّّ


ﻻًً

ﻳَﻮْﻣﺎ
ﻳَﻮْﻣﺎ
وَاﺧْﺸَﻮْا
وَاﺧْﺸَﻮْاْْ

رَﺑﱠﻜُﻢ
رَﺑﱠﻜُﻢ
اﺗﱠﻘُﻮا
اﺗﱠﻘُﻮاً]ً]))]]11






ﺷَﻴْﺌﺎ
ﺷَﻴْﺌﺎِِ

وَاﻟِﺪِه
وَاﻟِﺪِه
ﻋَﻦ
ﻋَﻦٍٍ

ﺟَﺎز
ﺟَﺎزََ

ﻫُﻮ
ﻫُﻮٌٌ

ﻣَﻮْﻟُﻮد
ﻣَﻮْﻟُﻮدََ

وَﻻ
وَﻻِِ

وَﻟَﺪِه
وَﻟَﺪِه:]:] Allah Swtberfirman: Allah Swtberfirman:sayang.sayang. berlandaskan cinta dankasih berlandaskan cinta dankasih adalah kehidupan bertetanggayang adalah kehidupan bertetanggayang satu bagian bangunan yangutama satu bagian bangunan yangutama menguatkan satu sama lain.Salah menguatkan satu sama lain.Salah bagian-bagian bangunanyang bagian-bagian bangunanyang yang megah yang ditopangoleh yang megah yang ditopangoleh membentuk bangunanmasyarakat membentuk bangunanmasyarakat Islam mengajak kitauntuk Islam mengajak kitauntuk Jumat yangbaik Jumat yangbaik Hadirin,Jamaah dakwatuna.com -dakwatuna.com -Hadirin,Jamaah))]]




























وَﺑِﺎﻟْﻮَاﻟِﺪَﻳْﻦِ
وَﺑِﺎﻟْﻮَاﻟِﺪَﻳْﻦًًِ

ﺷَﻴْﺌﺎ
ﺷَﻴْﺌﺎِِ

ﺑِﻪ
ﺑِﻪ
ﺗُﺸْﺮِﻛُﻮا
ﺗُﺸْﺮِﻛُﻮاََ

وَﻻ
وَﻻََ

اﻟﻠﱠﻪ
اﻟﻠﱠﻪ
وَاﻋْﺒُﺪُوا
وَاﻋْﺒُﺪُوا
وَاﻟْﻤَﺴَﺎﻛِﻴﻦِ
وَاﻟْﻤَﺴَﺎﻛِﻴﻦِ
وَاﻟْﻴَﺘَﺎﻣَﻰ
وَاﻟْﻴَﺘَﺎﻣَﻰ
اﻟﻘُﺮْﺑَﻰ
اﻟﻘُﺮْﺑَﻰ
وَﺑِﺬِي
وَﺑِﺬِيًً

إِﺣْﺴَﺎﻧﺎ
إِﺣْﺴَﺎﻧﺎ
وَاﻟﺼﱠﺎﺣِﺐِ
وَاﻟﺼﱠﺎﺣِﺐِِِ

اﻟﺠُﻨُﺐ
اﻟﺠُﻨُﺐِِ

وَاﻟْﺠَﺎر
وَاﻟْﺠَﺎر
اﻟﻘُﺮْﺑَﻰ
اﻟﻘُﺮْﺑَﻰ
ذِي
ذِيِِ

وَاﻟْﺠَﺎر
وَاﻟْﺠَﺎرِ])ِ])]]22




ﺑِﺎﻟْﺠَﻨْﺐ
ﺑِﺎﻟْﺠَﻨْﺐaqidah)aqidah) tetangga yang dekat (tempatatau tetangga yang dekat (tempatatau kerabat. Berbaik-baikkepada kerabat. Berbaik-baikkepada kepada kedua orang tua dankarib kepada kedua orang tua dankarib menyebutnya setelah berbuatbaik menyebutnya setelah berbuatbaik pentingnya bertetangga,Allah pentingnya bertetangga,Allah kehormatannya. Karenabegitu kehormatannya. Karenabegitu tetangga,memelihara tetangga,memelihara pentingnya menunaikanhak pentingnya menunaikanhak berbaik-baik kepadatetangga, berbaik-baik kepadatetangga, Ayat ini menegaskan tentangpenting Ayat ini menegaskan tentangpenting))]]
























اﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ
اﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ
ذِي
ذِيِِ

اﻟْﺠﺎر
اﻟْﺠﺎر atau bahkannon-muslim) atau bahkannon-muslim) tetangga yang jauh (orangasing tetangga yang jauh (orangasingmaupunmaupun




اﻟْﺠُﻨُﺐِ
اﻟْﺠُﻨُﺐِِِ

اﻟْﺠﺎر
اﻟْﺠﺎر«« tetanggamanapun. tetanggamanapun. pengkhususan berbaik-baikkepada pengkhususan berbaik-baikkepada SAW menegaskan bahwa tidakada SAW menegaskan bahwa tidakada muslim. Dalam haditsnyaRasulullah jauh, tetangga muslim maupun non-jauh, tetangga muslim maupun non-muslim. Dalam haditsnyaRasulullah yang dekat maupun tetanggayang yang dekat maupun tetanggayang perbuatan baik kepadatetangga perbuatan baik kepadatetangga . Ayat ini tidakmembedakan . Ayat ini tidakmembedakan














ﻓَﻠْﻴُﺤْﺴِﻦْ
ﻓَﻠْﻴُﺤْﺴِﻦِِْ

اﻵﺧِﺮ
اﻵﺧِﺮِِ

وَاﻟْﻴَﻮْم
وَاﻟْﻴَﻮْمِِ

ﺑِﺎﻟﻠﱠﻪ
ﺑِﺎﻟﻠﱠﻪُُ

ﻳُﺆْﻣِﻦ
ﻳُﺆْﻣِﻦََ

ﻛَﺎن
ﻛَﺎنْْ

ﻣَﻦ
ﻣَﻦِ«)ِ«)]]33




ﺟَﺎرِه
ﺟَﺎرِه
إِﻟَﻰ
إِﻟَﻰ«« baik kepadatetangganya. dan hari akhir hendaklah berbaik-dan hari akhir hendaklah berbaik-baik kepadatetangganya. Orang yang beriman kepadaAllah Orang yang beriman kepadaAllah).).]]








ﺧَﻴْﺮُﻫُﻢْ
ﺧَﻴْﺮُﻫُﻢْ
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰِِ


ﷲََ

ﻋِﻨْﺪ
ﻋِﻨْﺪِِ

اﻟْﺠِﻴﺮَان
اﻟْﺠِﻴﺮَانُُ

ﺧَﻴْﺮ
ﺧَﻴْﺮِ«)ِ«)]]44




ﻟِﺠَﺎرِه
ﻟِﺠَﺎرِه Rasulullah Saw dansahabatnya: Rasulullah Saw dansahabatnya: tetangganya. Sebagaimanadialog tetangganya. Sebagaimanadialog datangnya daripenilaian datangnya daripenilaian sebagai orang yang baik,itu sebagai orang yang baik,itu tetangga. Dan orang itudikenal tetangga. Dan orang itudikenal melalui berbaik-baikkepada melalui berbaik-baikkepada akan didapatkan olehseseorang akan didapatkan olehseseorang Bahkan keutamaan dankebaikan Bahkan keutamaan dankebaikantetangganya.tetangganya. adalah yang berbaik-baikkepada adalah yang berbaik-baikkepada Sebaik-baiknya tetangga di sisiAllah Sebaik-baiknya tetangga di sisiAllah))]]
























إِذَا
إِذَاََ

أَﻋْﻠَﻢ
أَﻋْﻠَﻢْْ

أَن
أَن
ﻟِﻲ
ﻟِﻲََ

ﻛَﻴْﻒ
ﻛَﻴْﻒَ:َ:

ﻓﻘﺎل
ﻓﻘﺎلٌٌ

رَﺟُﻞ
رَﺟُﻞُُ

ﺟﺎءَه
ﺟﺎءَهْْ

ﻓﻘَﺪ
ﻓﻘَﺪ


ﺻﻠﻰ
ﺻﻠﻰُُّّ

اﻟﻨﱠﺒِﻲ
اﻟﻨﱠﺒِﻲ
ﻟﻪ
ﻟﻪََ

ﻓَﻘَﺎل
ﻓَﻘَﺎلُ؟ُ؟

أَﺳَﺄْت
أَﺳَﺄْت
وَإِذَا
وَإِذَاُُ

أَﺣْﺴَﻨْﺖ
أَﺣْﺴَﻨْﺖ
ﻗَﺪْ
ﻗَﺪَْ:َ:

ﻳَﻘُﻮﻟُﻮن
ﻳَﻘُﻮﻟُﻮنََ

ﺟِﻴﺮَاﻧَﻚ
ﺟِﻴﺮَاﻧَﻚََ

ﺳَﻤِﻌْﺖ
ﺳَﻤِﻌْﺖ
إِذَا
إِذَا:»:»

وﺳﻠﻢ
وﺳﻠﻢ
ﻋﻠﻴﻪ
ﻋﻠﻴﻪَ:َ:

ﻳَﻘُﻮﻟُﻮن
ﻳَﻘُﻮﻟُﻮنْْ

ﺳَﻤِﻌْﺘَﻬُﻢ
ﺳَﻤِﻌْﺘَﻬُﻢ
وَإِذَا
وَإِذَاَ،َ،

أَﺣْﺴَﻨْﺖ
أَﺣْﺴَﻨْﺖْْ

ﻓَﻘَﺪ
ﻓَﻘَﺪََ

أَﺣْﺴَﻨْﺖ
أَﺣْﺴَﻨْﺖَ«)َ«)]]55




أَﺳَﺄْت
أَﺳَﺄْتْْ

ﻓَﻘَﺪ
ﻓَﻘَﺪََ

أَﺳَﺄْت
أَﺳَﺄْتْْ

ﻗَﺪ
ﻗَﺪ:«:« mengampunidosanya. mengampunidosanya. dan Allah menambahkandengan dan Allah menambahkandengan atas dirinya diterima oleh AllahSwt., atas dirinya diterima oleh AllahSwt., syafa'at, yaitu ketika saksitetangga syafa'at, yaitu ketika saksitetangga juga menjadi sebabdatangnya juga menjadi sebabdatangnya bahwa berbaik-baik kepadatetangga bahwa berbaik-baik kepadatetangga Nabi Muhammadmengabarkan Nabi Muhammadmengabarkanburuk.buruk. maka kamu adalah orangyang maka kamu adalah orangyang berkomentar, "kamu orangburuk", berkomentar, "kamu orangburuk", dan kalau kamu mendengarmereka dan kalau kamu mendengarmereka maka kamu adalah orang yangbaik; maka kamu adalah orang yangbaik; berkomentar, "kamu orangbaik", berkomentar, "kamu orangbaik", mendengartetanggamu mendengartetanggamu menjawab: "ketikakamu menjawab: "ketikakamuSAWSAW baik dan aku adalah buruk?"Nabi baik dan aku adalah buruk?"Nabi supaya aku tahu bahwa akuadalah supaya aku tahu bahwa akuadalah kepadanya: "bagaimanacaranya kepadanya: "bagaimanacaranya Rasulullah Saw, danbertanya Rasulullah Saw, danbertanya Seorang sahabatmendatangi Seorang sahabatmendatangi))]]














































أَﻫْﻞُ
أَﻫْﻞٌٌُ

أَرْﺑَﻌَﺔ
أَرْﺑَﻌَﺔُُ

ﻟَﻪ
ﻟَﻪُُ

ﻓَﻴَﺸْﻬَﺪ
ﻓَﻴَﺸْﻬَﺪُُ

ﻳَﻤُﻮت
ﻳَﻤُﻮتٍٍ

ﻣُﺴْﻠِﻢ
ﻣُﺴْﻠِﻢْْ

ﻣِﻦ
ﻣِﻦ
ﻣَﺎ
ﻣَﺎ
ﻗَﺒِﻠْﺖُ
ﻗَﺒِﻠْﺖُْْ

ﻗَﺪ
ﻗَﺪَ:َ:

ﻗَﺎل
ﻗَﺎلََّّ

إِﻻ
إِﻻََ

اﻷَدْﻧَﻴْﻦ
اﻷَدْﻧَﻴْﻦِِ

ﺟِﻴﺮَاﻧِﻪ
ﺟِﻴﺮَاﻧِﻪْْ

ﻣِﻦ
ﻣِﻦٍٍ

أَﺑْﻴَﺎت
أَﺑْﻴَﺎتَ«)َ«)]]66




ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮن
ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮنََ



ﻣَﺎ
ﻣَﺎُُ

ﻟَﻪ
ﻟَﻪُُ

وَﻏَﻔَﺮْت
وَﻏَﻔَﺮْتِ،ِ،

ﻓِﻴﻪ
ﻓِﻴﻪْْ

ﻋِﻠْﻤَﻜُﻢ
ﻋِﻠْﻤَﻜُﻢSAW.SAW. seperti sabda NabiMuhammad seperti sabda NabiMuhammad berbaik-baik kepadatetangga, berbaik-baik kepadatetangga, kesempurnaan imandengan kesempurnaan imandengan Selain itu, Islam mengaitkanerat Selain itu, Islam mengaitkaneratmengetahuinya.mengetahuinya. bagian yang kamutidak bagian yang kamutidak tentangnya, dan akumengampuni tentangnya, dan akumengampuni telah menerimapengetahuanmu telah menerimapengetahuanmu Allah Swt berfirman: sungguhAku Allah Swt berfirman: sungguhAku dekat bersaksi tentangnya,kecuali dekat bersaksi tentangnya,kecuali dunia dan empat orangtetangga dunia dan empat orangtetangga Tidaklah seorang muslimmeninggal Tidaklah seorang muslimmeninggal).).]]




























اﻟﻠﱠﻪِ
اﻟﻠﱠﻪََِ

رَﺳُﻮل
رَﺳُﻮلََّّ

أَن
أَنُُ

ﻋﻨﻪ
ﻋﻨﻪُُ


ﷲََ

رﺿﻲ
رﺿﻲََ

ﻫُﺮَﻳْﺮَة
ﻫُﺮَﻳْﺮَة
أَﺑِﻰ
أَﺑِﻰْْ

ﻋَﻦ
ﻋَﻦ
ﻳُﺆْﻣِﻦُ
ﻳُﺆْﻣِﻦََُ


ﻻِِ

وَاﻟﻠﱠﻪ
وَاﻟﻠﱠﻪ َ:» َ:»

ﻗَﺎل
ﻗَﺎل
وﺳﻠﻢ
وﺳﻠﻢ
ﻋﻠﻴﻪ
ﻋﻠﻴﻪ


ﺻﻠﻰ
ﺻﻠﻰ
ﻳَﺎ
ﻳَﺎََ

ذَاك
ذَاك
وَﻣَﺎ
وَﻣَﺎ::

ﻗَﺎﻟُﻮا
ﻗَﺎﻟُﻮاُ«.ُ«.

ﻳُﺆْﻣِﻦ
ﻳُﺆْﻣِﻦََ


ﻻِِ

وَاﻟﻠﱠﻪ
وَاﻟﻠﱠﻪُُ

ﻳُﺆْﻣِﻦ
ﻳُﺆْﻣِﻦََ


ﻻِِ

وَاﻟﻠﱠﻪ
وَاﻟﻠﱠﻪ
ﺟَﺎرُهُ
ﺟَﺎرُهُُُ

ﻳَﺄْﻣَﻦ
ﻳَﺄْﻣَﻦََ


ﻻُُ

اﻟْﺠَﺎر
اﻟْﺠَﺎرَ:»َ:»

ﻗَﺎل
ﻗَﺎلِ؟ِ؟

اﻟﻠﱠﻪ
اﻟﻠﱠﻪََ

رَﺳُﻮل
رَﺳُﻮل
ﻗَﺎلَ
ﻗَﺎلَُ؟ُ؟

ﺑَﻮَاﺋِﻘُﻪ
ﺑَﻮَاﺋِﻘُﻪ
وَﻣَﺎ
وَﻣَﺎِِ

اﻟﻠﱠﻪ
اﻟﻠﱠﻪََ

رَﺳُﻮل
رَﺳُﻮل
ﻳَﺎ
ﻳَﺎ::

ﻗَﺎﻟُﻮا
ﻗَﺎﻟُﻮاُ«.ُ«.

ﺑَﻮَاﺋِﻘَﻪ
ﺑَﻮَاﺋِﻘَﻪ ُ«) ُ«)]]77




ﺷَﺮﱡه
ﺷَﺮﱡهbersabdabersabda Nabi Muhammad Sawpernah Nabi Muhammad Sawpernah ditanyakan pada hari kiamat.Karena ditanyakan pada hari kiamat.Karena pengabaian hak tetangga ini,akan pengabaian hak tetangga ini,akan kelalaian kita sehinggaterjadi kelalaian kita sehinggaterjadi memenuhi hak tetangga kita.Dan memenuhi hak tetangga kita.Dan atas kita, semoga saja kitadapat atas kita, semoga saja kitadapat lembut. Itulah semua haktetangga lembut. Itulah semua haktetangga kebaikan, nasihat yang santundan kebaikan, nasihat yang santundan bertutur kata, bimbingankepada bertutur kata, bimbingankepada lembut dalam berinteraksidan lembut dalam berinteraksidan kepada seluruh keluarganya,lemah kepada seluruh keluarganya,lemah kunjungan saat sakitnya,bantuan kunjungan saat sakitnya,bantuan atas musibah yangmenimpanya, atas musibah yangmenimpanya, kesuksesannya, berbelasungkawa kesuksesannya, berbelasungkawa privasinya, ucapan selamatatas privasinya, ucapan selamatatas auratnya, penghargaanatas auratnya, penghargaanatas terjaganya pandanganpada terjaganya pandanganpada keadaannya, penjagaanaibnya, keadaannya, penjagaanaibnya, permasalahan hidup tetanggadan permasalahan hidup tetanggadan hidupnya, pengetahuanatas hidupnya, pengetahuanatas tangan untuk membantukesulitan tangan untuk membantu

Kamis, 12 September 2013

Meyegerakan Amal Kebaikan | Situs Resmi Nahdlatul Ulama | NU Online

http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,9-id,46988-lang,id-t,Meyegerakan+Amal+Kebaikan-.phpx

MERAWAT ‘COBAAN’ TUHAN

Manusia dibekali beragam tanggung jawab. Berpotensi untuk berhasil, juga gagal dalam mengemban amanah atau tanggung jawab. Tanggung jawab itu ada yang bersifat rububiyah, tanggung jawab pada Allah dengan melaksanakan semua perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Juga tanggung jawab kemasyarakatan, karena kita hidup dalam ragam budaya, bahasa, adat, serta latar belakang pendidikan.


Dari sekian banyaknya tanggung jawab, yang paling utama dari serangkaian tanggung jawab itu –sebagaimana disebutkan dalam ayat yang tadi dibaca-- adalah tanggung jawab terhadap harta dan anak.

 

"Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan,  dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar," (Qs Al-Anfaal: 28)

Al-Quran di atas menggunakan makna 'fitnah' yang berarti cobaan. Anak-anak diistilahkan sebagai 'cobaan', karena mereka dapat menjadi surga jika ditempa, dididik, dirawat dengan baik hingga menjadi buah hati yang shaleh dan mendoakan kebaikan untuk kedua orangtuanya.

Sebaliknya, anak justru akan menjadi sumber petaka, jika sang penerima amanah itu tidak dapat menjalani fungsi seharusnya sebagai pelaksana rumah tangga.

Dalam ayat lain Allah Swt berfirman,

 

 

 

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar," (Qs At Thagaabun: 15)

Betapa Allah mengulang ayatnya yang hampir sama ini dua kali. Di sana ada kata 'sesungguhnya', sebuah penegasan agar kita sebagai orangtua atau calon orangtua betul-betul berusaha dengan kasih sayang untuk merawat, mendidik, dan membekali anak-anak dengan suplai iman dan pendidikan yang baik. Mendidik anak bukanlah melimpahkan mereka materi yang tidak terhitung jumlahnya, lantas meninggalkan mereka, atau bahkan menitipkan mereka kepada keluarga dan orang lain tanpa pantauan. 

Mendidik, sejatinya ialah mendampingi dan memantau tumbuh kembang anak dari baru ia dilahirkan ke dunia hingga ia cukup dewasa (aqil baligh). Fenomena yang terjadi saat ini sebaliknya. Orangtua sungguh sibuk berkarier di luar, sedangkan buah hati mereka ditinggalkan dengan berlimpah materi, yang mana sebenarnya ada hal yang 'hilang' dan tidak mereka rasakan, yakni kasih sayang. Padahal, rumah, adalah madrasah pertama bagi anak-anak.

 

Akhirnya marilah kita berdoa, semoga Allah mengarugerahkan kepada kita anak-anak yang salih-salihah, cerdas ilmu, iman, dan akhlak.

 

Barakallah …

Bhayangkara, 13 Sepember 2013

senyum syukur bahagia: Kembali, Khutbah yang Menyentuh Hati

http://senyumsyukurbahagia.blogspot.com/2012/10/kembali-khutbah-yang-menyentuh-hati.html?m=1

Rabu, 28 Agustus 2013

Haji Mabrur



"Dan ibadah haji ke Rumah itu wajib bagi manusia karena Allah (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan kesana" ( Ali Imran 96). Apakah ukuran mampu itu? Para sahabat Nabi SAW. Menyebutkan dua: ada bekal dan kendaraan. Tetapi Al-Dhahak, ulama besar yang pernah berguru kepada sahabat, hanya mensyaratkan tubuh yang sehat dan tenaga. Bila perlu, berangkatlah ke Baitullah walaupun berjalan kaki.

Sepanjang sejarah bekal dan kendaraan tidak menjadi keharusan. Ribuan muslim dari Afrika, Yaman, dan Negara-negara Timur-Tengah lainnya berangkat ke Mekah dengan berjalan kaki. Mereka tidur disekitar Masjidilharam, hanya dinaungi langit Hijaz yang tak berwarna. Burung-burung merpati melompat-lompat di samping kepala mereka. Rambut mereka berdebu, dan pakaian mereka lusuh. Tetapi barangkali merekalah yang menurut sebuah hadits di seru Tuhan pada hari Arafah, " Hamba-hambaku datang kepadaku dengan rambut kusut dan pakaian lusuh dari sudut-sudut negeri yang jauh. Berangkatlah, wahai, hamba-hambaku, dengan ampunan-KU atasmu." Mereka berseedia berangkat tanpa bekal yang cukup dan siap menderita untuk memperoleh ampunan Allah.

Di Indonesia, banyak orang beruntung naik haji juga tanpa mempersiapkan bekal. Mereka diberi bekal dan tidak menderita. Ada lima jenis haji dalam kelompok ini. Jenis pertama adalah orang yang beruntung naik haji karena ditunjuk pemerintah untuk menjadi anggota tim pembimbing haji atau petugas yang melayani kepentingan jemaah. Orang – orang yang tidak kebagian jatah biasanya menyebut mereka itu "haji nurdin kosasih"- nutur dinas ongkos dikasih. Jenis kedua sebut saja haji getter. Mirip vote getter dalam pemilu. Mereka adalah tokoh umat Islam yang dipilih oleh perusahan ONH plus untuk menarik "konsumen" (Resminya, untuk menyertai dan membimbing jemaah) . jenis ketiga adalah " haji bonus". Mereka dapat naik haji karena memenangkan perlombaan (misalnya juara MTQ ) atau hadiah perusahaan atau bank. Jenis keempat adalah haji "rekanan". Anda memegang jabatan yang basah. Rekan Anda telah mendapat fasilitas yang menguntungkan dari Anda. Ia menyampaikan terima kasihnya dengan memberi Anda bekal naik haji- kalau perlu, berikut keluarga Anda. Jenis yang terakhir adalah yang paling beruntung- " haji bisnis". Mereka adalah penyelenggara bisnis haji. Mereka berangkat ke Mekah, melakukan ibadah haji, dan memperoleh keuntungan. Mereka sudah jelas mendapatkan fiddunya hasanah dan mudah- mudahan fil akhirati hasanah juga.

Apakah mereka termasuk kategori orang –orang yang mampu? Tentu saja. Kemampuan sekarang harus didefinisikan kembali. Anda sudah mampu bila Anda dapat sampai ke Tanah Suci dengan cara apa saja yang halal. Manakah yang mabrur-yang mempersiapkan bekal atau yang diberi bekal? Yang berjalan kaki atau berkendaraan, yang mendapat ratusan juta dari pembebasan tanah atau yang menabung puluhan tahun, yang memanfaatkan peluang sebagai TKI (TKW) di Arab Saudi atau yang datang ke sana dengan penerbangan regular dari mancanegara, yang tinggal di hotel Aziz Khogeer yang megah atau yang berdesakan di kamar rumah-rumah kumuh di Syi'b Ali?


Mabrurnya haji tak diukur dari cara memperoleh bekal, tidak dari tempat tinggal, tidak juga dari tingkat kepayahan. Haji adalah perjalanan rohani dari rumah-rumah yang selama ini mengungkung mereka menuju Rumah Tuhan. Haji yang mabrur adalah haji yang berhaasil mencampakkan sifat- sifat hewaniah dan menyerap sifat-sifat robaniah( ketuhanan). Ketika Abu Bashir terpesona mendengarkan gemuruh zikir orang-orang tawaf, Imam ja'far As- Shadiq mengusap wajahnya. Ia terkejut karena ia kemudian menyaksikan banyak sekali binatang di sekitar Baitullah. Ia sadar bahwa zikir saja tidak cukup untuk mabrur. Diperlukan trasformasi spiritual.

Kepada Asy-Syibli yang baru kembali dari menunaikan ibadah haji, Imam Zainal Abidin – sufi besar dari keluarga Nabi bertanya, "Ketika engkau sampai di miqat dan menanggal pakaian berjahit, apakah engkau berniat meniggalkan pakaian kemaksiatan dan mulai mengenakan busana ketaatan? Apakah engkau tanggalkan riya (suka pamer), kemunafikan, dan Syubhat? Ketika engkau berihram apakah engkau bertekad mengharamkan atas dirimu semua yang diharamkan Allah SWT? Ketika engkau menuju Mekah apakah engkau berniat untuk berjalan menuju Allah dan ketika engkau memasuki Masjidil Haram apakah engkau berniat untuk menghormati hak-hak orang lain dan tidak akan menggunjingkan sesama umat Islam? Ketika engkau sa'i apakah engkau merasa sedang lari menuju Tuhan diantara cemas dan harap? Ketika engkau wukuf di Arafah adakah engkau merasakan bahwa Allah mengetahui segala kejahatan yang kau sembunyikan dalam hatimu? Ketika engkau berangkat ke Mina apakah engkau bertekad untuk tidak mengganggu orang lain dengan lidahmu, tanganmu dan hatimu? Dan ketika engkau melempar Jumrah, Apakah engkau berniat memerangi iblis dalam sisa hidupmu? " Ketika untuk semua pertanyaan itu Asy- Syibli menjawab tidak, Imam Zainal Abidin mengeluh, " Ah… engkau belum ke miqat, belum ihram, belum tawaf, belum sa'i, belum wukuf, dan belum sampai ke Mina." Asy- Syibli menangis. Pada tahun berikutnya ia berniat merevisi manasik hajinya.

Dalam manasik keluarga Nabi, yang menjadi persoalan bukan lagi kemampuan untuk mendapat bekal dan kendaraan tetapi kesanggupan meninggalkan rumah-rumah kita yang kotor supaya bisa beristirahat di Rumah Allah yang suci. Bila berhasil, Anda Mabrur.
- See more at: http://almunawwarah.com/artikel-haji-mabrur-4#sthash.VO8FtYov.dpuf

HAJI - MANUSIA SEJATI

KH. Jalaluddin Rakhmat

 

Arafah, Sembilan dzulhijjah, pada paruh kedua abad pertama hijriyah. Ratusan ribu kaum mislimin berkumpul di sekitar Jabal Rahmah, bukit kasih sayang. Segera setelah tergelincir matahari, terdengar gemuruh suara zikir dan doa. Ali bin Husayn bertanya kepada Zuhri, Berapa kira-kira orang yang wukuf disini?" zuhri menjawab, "Saya perkirakan ada empat atau lima ratus ribu orang. Semuanya haji, menuju Allah dengan harta mereka dan memanggil-Nya dengan teriakan mereka". Ali bin Husayn berkata, "Hai Zuhri, sedikit sekali yang haji dan banyak sekali teriakan."

 

Zuhri keheranan, "Semua itu haji, apakah itu sedikit?" Ali menyuruh Zuhri mendekatkan wajahnya kepadanya. Ia mengusap wajahnya dan menyuruhnya melihat ke sekelilingnya. Ia terkejut. Kini ia melihat monyet-monyet berkeliaran dengan menjerit-jerit. Hanya sedikit manusia di antara kerumunan monyet. Ali mengusap wajah Zuhri kedua kalinya. Ia menyaksikan babi-babi dan sedikit sekali manusia. Pada kali yang ketiga, ia mengamati banyaknya serigala dan sedikitnya manusia. Zuhri berkata, "Bukti-buktimu membuat aku takut. Keajaibanmu membuat aku ngeri". (Al-Hajj fi Al-Kitab wa Al-Sunnah)

 

 

Berkat sentuhan orang yang sholih, Zuhri dapat melihat walaupun sejenak ke balik tubuh-tubuh mereka yang wuquf di Arafah. Tuhan menyingkapkan tirai material dan pandangannya menjadi sangat tajam. Ia terkejut dan kebingungan karena begitu banyak orang yang tampak pada mata lahir sebagai manusia dan pada mata batin sebagai binatang. Apakah kebanyakan kita hanyalah manusia secara majazi (kiasan) dan binatang secara hakiki?

 

 

Ibadah haji adalah perjalanan manusia untuk kembali kepada fitrah kemanusiaannya. Kehidupan telah melemparkan kita dari kemanusiaan. Kita telah jatuh menjadi menjadi makhluk yang lebih rendah. Bukannya menjadi khlifah Allah, kita justeru telah menjadi monyet, babi, dan serigala.

 

 

Ketika menafsirkan firman Tuhan ; Sungguh, telah Kami cipatakan manusia dalam susunan yang paling baik. Kemudian, Kami mengembalikan mereka pada yang paling rendah dari yang rendah (QS. Al-Tin:4-5), Sayyed Hossein Nasr menulis, "Manusia diciptakan dalam susunan yang terbaik. Tetapi kemudian, ia jatuh pada kondisi bumi berupa perpisahan dan ketejauhan dari asal usulnya yang ilahiyah". (Sufi Essays)

 

 

 Dalam bahasa Jalaluddin Rumi, kita adalah seruling bamboo yang tercerabut dari rumpunnya. Ketika suara keluar, yang terdengar adalah jeritan pilu, dari pecahan bamboo yang ingin kembali ke rumpunnya semula. Kita hanya akan hidup sebagai bamboo sejati bila kita kembali ke tempat awal kita. Kita hanya akan menjadi manusia lagi bila kita kembali kepada Allah. Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepadanya kita kembali (QS 2: 156).

 

 

Para jamaah haji adalah kafilah seruling yang ingin kembali ke rumpunnya abadinya. Inilah rombongan binatang yang ingin kembali menjadi manusia. Ketika sampai di Miqat, mereka harus menanggalkan segala sifat kebinatangannya. Seperti ular, mereka harus mencampakkan kulit lama agar menjalani kehidupan baru. Baju-baju kebesaran, yang sering sipergunakan untuk mempertontonkan kepongahan, harus dilepaskan. Lambing-lambang status, yang sering dipakai untuk memperoleh perlakuan istimewa, harus dikubur dalam bumi. Sebagai gantinya, mereka memakai kain kafan, pakaian seragam yang akan dibawanya nanti ketika kembali ke "kampong halaman".

 

 

Di Miqat, jamaah haji menanggalkan intrik-intrik monyet, kerakusan babi, dan kepongahan serigala. Mereka harus menjadi manusia lagi. Manusia ialah makhluk yang secara potensial mampu menyerap seluruh asma Allah. Di Miqat, setelah membersihkan diri dari kotoran-kotoran masa lalunya, seorang haji keluar lagi seperti anak kecil yang baru dikeluarkan dari perut ibunya, suci dan telanjang. Perlahan-lahan ia mengenakan pakaian kesucian, kejujuran, kerendahan hati dan pengabdian. Dengan wajah yang diarahkan ke rumah Tuhan dengan hati yang sudah dibersihkan dengan tobat yang tulus, ia berkata,  "Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu."

 

 

Di rumah Tuhan, para haji memperbarui baiat mereka dengan mencium Hajar Aswad. Mereka berputar bersama para malaikat di sekitar Arasy, menandakan keterikatan kemanusiaan mereka dengan ketuhanan. Di Arafah, seruling-seruling itu sudah menyatu dengan rumpun bambunya. Al-Hajju Arafah.  Di Arafah itulah haji. Di situlah bergabung semua manusia dlam kedalaman lautan ketunggalan Tuhan fi lujjah bahr ahadiyyah.

 

 

Berapa banyakkah di antara jutan orang yang beruntung dapat berhimpun di Arafah adalah haji, manusia yang sudah kembali kepada Tuhannya? Berapa besarkah di antara mereka yang kumpul di arafah tahun ini yang sudah meninggalkan selama-lamanya sifat-sifat kebinatangannya dan sebagai gantinya menyerap rahman-rahimnya Allah? Kita tidak tahu. Dahulu, ketika umat Islam masih belum mendunia, hanya sedikit yang haji. Dalam pandangan Zuhri, kebanyakan masih bertahan dalam kebinatangan mereka. Kini, kita berdoa, mudah-mudahan mereka semua menjadi haji mabrur, yakni manusia sejati yang tubuhnya menapak di bumi, tetapi ruhnya bergantung ke Arasy Tuhan.

 

 

Ketika mereka kembali ke tanah airnya, mudah-mudahan mereka menyebarkan berkah ke sekitarnya. Ketulusan hati mereka menusuk jantung orang-orang munafik. Air zamzam yang mereka bawa menjadi tetes-tetes mukjizat yang mengubah monyet yang licik menjadi manusia yang jujur. Kesucian batin mereka menghantam kepala para pecinta dunia. Air mata mereka keluar membersihkan babi-babi yang serakah dan mengubahnya menjadi manusia yang dermawan. Akhirnya, kerendahan hati mereka menghantam kepala para tiran pemuja kekuasaan. Cahaya wajah yang sudah disinari Ka'bah mematahkan leher serigala yang pongah dan mengubahnya menjadi manusia yang penuh kearifan dan kasih sayang. Betapa perlunya negeri ini dengan kehadiran para haji!

- See more at: http://almunawwarah.com/artikel-haji---manusia-sejati-10#sthash.Zhul3J15.dpuf

Qurban Meniadakan Kehendak Diri

Ust. H. Miftah Fauzi Rakhmat

 

Kita awali pagi 10 dzulhijjah dengan memanjatkan syukur ke hadirat ilahi. Puji bagi dia, yang telah memanjangkan umur kita, yang telah memberikan kita tambahan usia, sehingga 'id, hari raya demi hari raya, kita lalui dalam limpahan nikmat-Nya yang tak terhingga. Puji bagi dia, yang telah mempercayai kita, untuk mengelola setiap detik dan tarikan nafas dalam hidup kita, dengan harapan setiap detik akan mendekatkan kita kepada Tuhan, dan setiap tarikan nafas membersihkan kita dari dosa dan kemaksiatan.

 

 

            Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada kekasih junjungan alam, Nabi besar Muhammad SAW, kelurga beliau yang disucikan, dan para sahabat serta tabi'in yang mengikuti jalan beliau dalam kecintaan.

 

 

            Kita awali hari yang suci ini dengan membesarkan asma ilahi. Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar wa lillahil hamd. sehari yang lalu, di padang arafah, saudara-saudara kita yang berada di tanah suci, mengakui kelemahan dan kerendahan dirinya, memohonkan ampun atas setiap dosa yang diperbuatnya. Mengikuti jemaah haji, marilah kita sampaikan 'arafah kita, kita sampaikan pengakuan kita di hadapan Allah swt:

 

 

Ya Allah, inilah kami, hamba-hamba-mu yang kau beri nikmat sebelum dan sesudah kau ciptakan kami. Kau jadikan kami di antara mereka yang mendapat petunjuk dalam agama-mu. Kau bimbing kami pada kebenaran-mu. Kau jaga kami dengan kekuasaan-mu. Kau arahkan kami untuk mencintai para kekasih-mu dan membenci para musuh-musuh-mu.

Ya Allah, kemudian kau berikan kepada kami perintah, dan kami membangkang-mu. Kau cegah kami berbuat salah dan kami menentang-mu. Kau larang kami dari berbuat maksiat kepada-mu dan kami lawan perintah-mu. Inilah kami di hadapan-mu, kecil, hina, dina, rendah dan ketakutan; mengakui setiap dosa besar  yang kami lakukan, dan kesalahan banyak yang sudah kami kerjakan. Kami berlindung pada maaf-mu; kami bersandar pada kasih-mu. Ampuni setiap dosa kami. Jadikan setiap langkah kami sesudah ini adalah langkah yang mendekatkan kami kepada-mu.

Bersama kita di tanah suci, jemaah haji bergerak menuju mina. Mereka bersiap untuk melempar jumrah. Bersama mereka marilah kita lempari setan dengan batu-batu keimanan kita. Dalam tafsir Al-Kabir, Al-Fakhr Al-Razi mengisahkan sebuah percakapan antara Tuhan dengan hamba-nya. Alkisah, Allah swt berfirman kepada hamba-nya, "wahai hamba-Ku, telah-Ku jadikan taman surga bagimu dan kaupun telah memperuntukkan tamanmu untuk-ku. Tapi renungkanlah, apakah telah kau lihat taman-ku sekarang ? apakah engkau sudah masuk ke dalamnya ?" si hamba berkata, "belum ya Robbi." Allah berfirman lagi, "apakah Aku sudah masuk ke dalam taman mu ?" si hamba menjawab, "sudah ya Robbi." Allah kembali berfirman, "ketika engkau hampir masuk ke dalam surga-Ku, Aku keluarkan setan dari taman-Ku, semuanya untuk mempersiapkan kehadiranmu. Aku berkata kepadanya, 'keluarlah dari sini dalam keadaan hina dina.' Aku keluarkan musuhmu sebelum kau masuk ke dalamnya. Sekarang apa yang kamu lakukan. Aku sudah berada di taman-mu tujuh puluh tahun. Mengapa belum juga kau keluarkan musuh-Ku?. Mengapa belum kau usir dia ?" si hamba berkata, "Tuhanku, engkau berkuasa mengeluarkan dia dari taman-mu. Tapi aku, seorang hamba yang rentan dan lemah. Aku tidak-Kuasa mengeluarkanya." Allah kemudian berfirman, "orang lemah akan menjadi kuat apabila ia memasuki perlindungan raja yang perkasa. Masuklah dalam perlindungan-Ku, sehingga engkau sanggup mengeluarkan setan dari taman hatimu. Ucapkanlah a'udzu billahi minasy syaithan al-rajim. Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk."

 

 

            Kitalah hamba Allah yang disuruh untuk mengusir setan dari hati kita. Sebagaimana pada hari ini, para jemaah haji melempari jamrah untuk meneladani bagaimana Nabi Ibrahim mengusir setan-setan yang menggodanya, marilah kita lempari setan-setan yang bersemayam dalam hati kita, sehingga tentram Allah swt masuk ke dalamnya.

 

 

            Setelah melempar jumrah, jemaah haji di tanah suci kemudian berkurban. Ibadah kurban yang diawali dengan pengorbanan Nabi Ibrahim as adalah bentuk tertinggi dari kecintaan: bahwa demi menyembah Tuhan, segala bentuk kehendak diri harus ditiadakan. Ibrahim as adalah seorang manusia, yang sangat mendambakan seorang putra. Ketika putra yang dinantikanya bertahun-tahun lahir ke dunia, Ibrahim diperintahkan untuk menyembelihnya.

 

 

            Ibrahim di hadapkan pada dua pilihan: mendahulukan kehendak dirinya atau menaati perintah Tuhannya. Ibrahim tahu, kecintaanya pada Tuhan tak akan tulus sebelum ia persembah-kan sesuatu yang sangat dicintainya. Bukankah Allah swt berfirman, "lan tanalul birra hatta tunfiqu mim ma tuhibbun…tidaklah sekali-kali kamu sampai pada kebaikan sebelum kamu berikan harta yang paling kamu cintai (QS. Ali Imran:92). Dan ismail adalah anak semata wayang Ibrahim, yang kepadanya tertumpah segenap kasih dan sayang Ibrahim. Ia persembahkan putra yang sangat dicintainya, demi untuk membuktikan kecintaanya kepada Allah swt.

 

 

            Perjalanan para jemaah jaji, adalah potret kecil kehiduapan manusia. Dimulai dari 'arafah, maka hal pertama yang harus kita lakukan, adalah mengakui kelemahan dan kerendahan diri kita, di hadapan Allah swt. Kita akui segenap dosa kita, kita sampaikan permohonan taubat kita. Setelah pengakuan itu, jemaah haji kemudian berkurban. Seolah-olah Allah swt ingin menyatakan bahwa pengakuan sejati, taubat yang tulus, hanya lah taubat yang disertai dengan keinginan untuk selalu mendahulukan kehendak Allah, untuk selalu manaati Allah dengan segenap kecintaan, dan meninggalkan keiginan-keinginan duniawi, meskipun untuk itu, sebagaimana Ibrahim, kita harus korbankan apa yang sangat kita cintai.

 

 

            Setelah itu, mulailah para jemaah haji mencukur rambutnya, mereka akhiri periode ihram mereka. Mereka bertahallul. Jadilah mereka manusia yang dibersihkan dari dosa-dosanya. Jadilah mereka para haji yang kembali dalam keadaan suci, sebagaimana bayi yang baru dilahirkan ibunya. Kesucian hanya akan diperoleh setelah pengakuan dan pengorbanan.

 

            Setalah pengakuan dan pengorbanan, jamaah haji kembali pada kesucian. Begitu pula setiap insan, setelah pengakuan dan pengorbanan, mereka akan kembali pada kesucian. Jemaah haji kemudian bergerak menuju baitullah. Di sana mereka berputar mengitari rumah Tuhan. Pengakuan dan taubat yang sempurna-pengorbanan yang paripurna-adalah taubat dan pengorbanan yang diiringi dengan perputaran di seputar rumah Tuhan. Dengan kata lain, taubat kita hanya akan diterima, pengorbanan kita hanya akan dikabulkan, sekiranya kita memelihara sisa umur kita untuk terus menerus berputar di sekitar rumah Tuhan. Jemaah haji yang memelihara kesucian, setelah seluruh ritus dan amalan, diperintahkan untuk mengemban sebuah kewajiban, untuk senantiasa menghabiskan hidupnya hanya dalam ketaatan kepada Tuhan, sebagaimana di tanah suci, setelah  'arafah, tahallul, dan kurban, mereka thawaf di seputar rumah Tuhan.

 

 

            Karena itu, apa pun yang kita lakukan, kita tidak menjauhi Tuhan. Kita persembahkan kekayaan kepada Tuhan dengan membagi-bagikannya kepada hamba-hamba-Nya yang memerlukan. Bukankah dalam sebuah hadis qudsi, Allah swt berfirman, "dekatilah aku di tengah orang-orang kecil di antara kamu. Temuilah aku di tengah orang-orang yang menderita." Kita peruntukan kedudukan kepada Tuhan dengan menggunakanya untuk melindungi orang-orang yang lemah dan dilemahkan. Kita syukuri semua anugerah Tuhan kepada kita, dengan berusaha membahagiakan sesama manusia. Insya Allah, dengan begitu, kita bergabung dengan jemaah haji, yang memperoleh haji yang mabrur, sa'i yang masykur, dan usaha yang tidak pernah merugi.

 

 

            Dengan senantiasa berputar di sekitar rumah Tuhan. Kita menjalankan syukur yang sebenar-benarnya. Dalam surat Al-Baqarah, Allah swt bercerita tentang tiga kelompok manusia: orang bertaqwa, orang kafir, orang munafik, adalah penyakit yang yang bersemayam dalam hati mereka. Penyakit itu ditandai dengan dusta yang mereka lakukan. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambahpenyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih karena dusta yang mereka lakukan.(QS. Al-Baqarah:10)

 

 

            Apa yang dimaksud dengan dusta ? berdusta bukan saja menyampaikan sesuatu yang bukan fakta. Berdusta dalam banyak ayat Al-Quran, ditandai dengan dua hal. pertama, kurangnya manusia mensyukuri nikmat Tuhanya. Bukankah turun kepada kita surat Al-Rahman, yang menceritakan nikmat Tuhan yang tak terhingga, bukankah ada satu ayat yang paling sering dibaca berulang, "fabiayyi ala'I rabbikuma tukaddziban?"wahai jin dan manusia, nikmat Tuhan manakah yang akan kalian dustakan? Nikmat Tuhan yang manakah yang belum kalian syukuri ?

 

 

            Kedua, kata dusta dalam Al-Quran juga berarti meninggalkan sunnah dan ajaran Nabi. Kaddzabat tsamudu bitaghwaha, kaum tsamud telah mendustakan rasulnya karena kesesatan mereka (QS. Al-Syams;11); kaddzabat qoblahum qaumu nuhin wa'adin wa fir'aun dzul awtad, telah mendustakan para rasul sebelum mereka itu, kaum nuh 'Ad, dan fir'aun yang mempunyai tentara yang banyak (QS.Shad;12). Tidak-Kurang dari 70 ayat dalam Al-Quran bercerita tentang dusta yang dilakukan kaum-kaum terdahulu, yaitu perbuatan mereka yang meninggalkan sunnah yang diajarkan Nabi-Nabi mereka.

 

 

            Marilah kini kita lihat diri kita, seberapa banyak lagi sunnah Nabi yang masih kita ikuti? Apakah kita termasuk kedalam kelompok mereka yang mendustakan ajaran rasul-Nya ? menjelang wafatnya, Rasulullah saw bersabda, "aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, sekiranya kalian pegang teguh keduanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu kitab Allah, dan keluargaku, ahli baitku." Apakah kita masih mendawamkan Al-Quran dalam keseharian hidup kita ? apakah kita msih menjadikanya pedoman, untuk menuntun kebingungan kita? Ataukah kita hanya meletakkanya sebagai penghias ruangan muka.

 

 

            Kemanakah kini pusaka yang kedua? Keluarga suci yang dititipkan Nabi untuk umatnya? Tahukah kita siapa mereka? Pernahkah kita baca sejarah mereka agar menjadi cerminan hidup kita? Sekiranya kita menjawab tidak untuk setiap pertanyaan itu, kembalilah ke 'arafah, akuilah setiap kekurangan itu, kembalilah berkurban, tinggalkan seluruh kehidupan dunia, untuk kemudian kembali dan mengikuti ajaran Nabi dan keluarganya, setalah itu bercukurlah, dan mulailah untuk berputar di sekitar rumah Tuhan, dengan menghabiskan sisa usia kita, dalam syukur dan perkhidmatan, dengan senantiasa menjadikan Al-Quran dan kelurga suci Nabi sebagai pedoman.

 

 

            Marilah kini kita berdoa, semoga Allah yang Maha Kuasa, berkenan untuk memberikan karunia, menganugerahkan kita kemampuan, untuk senantiasa bertaubat dan berkurban, sehingga jadilah kita Ibrahim-ibrahim baru, yang menjawab setiap perintah Tuhan, dan melakukannya dengan penuh keikhlasan.

 

 

            Ya Allah, Tuhan kami, inilah hari yang penuh berkat dan keberuntungan. Hari ini berkumpul kaum muslimin, memenuhi sudut-sudut bumi-mu, hadir di antara mereka, pemohon, peminta dan perindu. Ada di tengah-tengah mereka, yang kini berdiri ketakutan dan mengharapkan perlindunga-mu.\

            Ya Allah, kami bermohon kepada-mu, Demi kemuran dan kebaikan-mu, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Gabungkan kami pada hari ini, dengan orang saleh yang berdoa kepada-mu

            Ya Allah, angkatlah cobaanmu pada penduduk negeri ini. Terimalah taubat kami, dalam syukur dan pengorbanan kami. Selamatkan kami dari adzab yang pedih, yang engkau turunkan dari atas kami, atau dari bawah kami, atau dengan perpecahan di antara kami.

            Ya Allah, sekiranya pada hari ini, engkau hanya menerima taubat orang yang berserah diri dan mengakui segala dosanya, demi keagungan-mu, kami berserah diri dan mengakui segala dosa kami.

            Ya llah, sekiranya pada hari ini, engkau hanya menerima kurban orang yang senantiasa taat kepada-mu, demi kebesaran-mu kami bersumpah, untuk berusaha meghabiskan sisa usia kami, dalam peribadatan dan ketaatan kepada-mu.

            Ya Allah, kami tidak akan mampu melakukan semua itu, kecuali karena kasih dan sayang-mu jua. Sampaikanlah salawat dan salam, kepada Muhammad junjungan alam, serta keluarganya yang di muliakan.

            Khotbah Ust. H. Miftah Fauzi Rakhmat setelah shalat Idul Adha di lapangan AKPI, jl. Kampus I, bandung, pada hari Jumat, 22 Februari 2002/10 Dzulhijjah 1422H.

- See more at: http://almunawwarah.com/artikel-qurban-meniadakan-kehendak-diri-19#sthash.T2DYsKWb.dpuf