Kamis, 12 September 2013

Meyegerakan Amal Kebaikan | Situs Resmi Nahdlatul Ulama | NU Online

http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,9-id,46988-lang,id-t,Meyegerakan+Amal+Kebaikan-.phpx

MERAWAT ‘COBAAN’ TUHAN

Manusia dibekali beragam tanggung jawab. Berpotensi untuk berhasil, juga gagal dalam mengemban amanah atau tanggung jawab. Tanggung jawab itu ada yang bersifat rububiyah, tanggung jawab pada Allah dengan melaksanakan semua perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Juga tanggung jawab kemasyarakatan, karena kita hidup dalam ragam budaya, bahasa, adat, serta latar belakang pendidikan.


Dari sekian banyaknya tanggung jawab, yang paling utama dari serangkaian tanggung jawab itu –sebagaimana disebutkan dalam ayat yang tadi dibaca-- adalah tanggung jawab terhadap harta dan anak.

 

"Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan,  dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar," (Qs Al-Anfaal: 28)

Al-Quran di atas menggunakan makna 'fitnah' yang berarti cobaan. Anak-anak diistilahkan sebagai 'cobaan', karena mereka dapat menjadi surga jika ditempa, dididik, dirawat dengan baik hingga menjadi buah hati yang shaleh dan mendoakan kebaikan untuk kedua orangtuanya.

Sebaliknya, anak justru akan menjadi sumber petaka, jika sang penerima amanah itu tidak dapat menjalani fungsi seharusnya sebagai pelaksana rumah tangga.

Dalam ayat lain Allah Swt berfirman,

 

 

 

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar," (Qs At Thagaabun: 15)

Betapa Allah mengulang ayatnya yang hampir sama ini dua kali. Di sana ada kata 'sesungguhnya', sebuah penegasan agar kita sebagai orangtua atau calon orangtua betul-betul berusaha dengan kasih sayang untuk merawat, mendidik, dan membekali anak-anak dengan suplai iman dan pendidikan yang baik. Mendidik anak bukanlah melimpahkan mereka materi yang tidak terhitung jumlahnya, lantas meninggalkan mereka, atau bahkan menitipkan mereka kepada keluarga dan orang lain tanpa pantauan. 

Mendidik, sejatinya ialah mendampingi dan memantau tumbuh kembang anak dari baru ia dilahirkan ke dunia hingga ia cukup dewasa (aqil baligh). Fenomena yang terjadi saat ini sebaliknya. Orangtua sungguh sibuk berkarier di luar, sedangkan buah hati mereka ditinggalkan dengan berlimpah materi, yang mana sebenarnya ada hal yang 'hilang' dan tidak mereka rasakan, yakni kasih sayang. Padahal, rumah, adalah madrasah pertama bagi anak-anak.

 

Akhirnya marilah kita berdoa, semoga Allah mengarugerahkan kepada kita anak-anak yang salih-salihah, cerdas ilmu, iman, dan akhlak.

 

Barakallah …

Bhayangkara, 13 Sepember 2013

senyum syukur bahagia: Kembali, Khutbah yang Menyentuh Hati

http://senyumsyukurbahagia.blogspot.com/2012/10/kembali-khutbah-yang-menyentuh-hati.html?m=1