Rabu, 25 April 2012

Khutbah - JAHAT ITU GELAP

Allah berfirman dalam surat 18, al-Kahfi, ayat 110. “ … Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia berbuat baik dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”

Berkaitan dengan berbuat baik, kiranya sudah jelas. Beberapa contoh sederhana disebutkan dalam hadis Nabi. Menjaga lidah dan tangan untuk tidak menyakiti tetangga adalah perbuatan baik. Membuang duri di jalan, juga perbuatan baik. Menuntut ilmu, juga perbuatan baik. Bahkan, senyum kita pun termasuk sedekah, dan itu termasuk perbuatan baik.

Lantas, bagaimana dengan lawannya, yakni perbuatan jahat, dosa, atau zalim? Ini pun untuk kebanyakan kita juga sudah jelas. Namun dalam kesempatan singkat ini khatib ingin menyampaikan salah satu segi pengertian tentang dosa itu.

Di dalam al-Quran, perkataan yang banyak digunakan untuk arti “kejahatan” atau “dosa” ialah “dzulmun,” dan pelakunya, yakni orang yang berbuat kejahatan atau dosa, disebut dzaalim (melalui deformasi menjadi lalim). Dari sudut makna kebahasaan atau etimologi, dhulm itu artinya “gelap,” karena memang kejahatan itu menimbulkan kegelapan hati. Dan dzaalim berarti “orang yang melakukan kegelapan.”

Makna bahasa ini berhimpitan dengan konsep lain dalam agama tentang hati. Dalam khazanah agama, kita sering menyebut hati kita ini secara lengkapnya “hati nurani” (yakni, hati yang bercahaya). Hal itu ialah karena hati kita bersifat menerangi jalan hidup kita, dan merupakan “hidayah bawaan” dari Sang Khaaliq kepada kita.

Dalam kitab suci al-Quran ditegaskan bahwa kalau seseorang melakukan kejahatan, dia tidaklah berbuat jahat terhadap Allah (dalam arti merugikan-Nya), melainkan dia berbuat terhadap dirinya sendiri; sebagaimana juga kalau dia berbuat baik, maka tidaklah dia berbuat untuk kebaikan Allah, melainkan untuk kebaikan diri sendiri.

" … Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (2:57)

Maka sesungguhnya, seperti yang ditegaskan dalam Kalamullah bahwa, azab yang diderita seseorang yang berbuat kejahatan tidak hanya bakal dirasakan di akhirat kelak saja, sekarang pun secara kontan, orang itu sudah mulai merasakannya, yaitu berwujud kegelapan dan kekotoran hatinya.

Dan ada azab Allah yang lebih-lebih lagi pedihnya dari semua ini adalah, jika yang bersangkutan malah tidak merasakannya. Sebab hal itu pertanda hatinya telah mati, telah benar-benar gelap, tidak lagi bersifat nurani, tapi sudah menjadi dhulmani (penuh dengan kotoran).

Dalam kitab hadis Bulughul Maram no 1511 Nabi memberi nasehat, “Jauhilah dosa, sebab dosa itu adalah kegelapan di hari kiamat.”

Dan dalam Kitab Suci al-Quran ditegaskan, “Barangsiapa di dunia ini buta (gelap), maka di akhirat kelak juga buta, dan akan lebih sesat jalan lagi.” (17 [al-Isra]:72)
Semoga Allah selalu membimbing kita kepada jalan-Nya yang lurus.

Barakallah … Dystar, 25 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar