Selasa, 26 Juni 2012

Tafakur - Menyambut Ramadhan

Oleh Jarjani Usman

"Sahabat bertanya: 'Wahai Rasulullah, amal apa yang paling utama di bulan ini (Ramadhan)? Rasulullah Saw. menjawab: 'Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga dirimu dari apa yang diharamkan oleh Allah Swt'" (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, & Baihaqi).

Insya Allah, kita akan bertemu lagi dengan bulan suci Ramadhan dalam beberapa hari yang akan datang. Itulah bulan yang dijanjikan sebagai bulan penuh rahmat Allah, sehingga siapapun yang memahaminya akan merasa sangat gembira. Apalagi Rasulullah sallallahu alaihiwasallam mengatakan bahwa barangsiapa yang merasa senang akan datangnya Ramadhan, maka akan diharamkan baginya api neraka jahanam.

Tak akan merasa senang seseorang hamba, bila belum berusaha menyambutnya dengan mempersiapkan diri. Di antara hal penting mempersiapkan diri, menurut Rasulullah, ialah membersihkan diri dari segala yang haram. Bahkan, menjadi sia-sia segala amalan yang dilakukan dengan letih, bila tak mampu menjaga diri. Tidak sedikit orang yang sempat bertemu dengannya, namun tidak mampu meraih apa-apa.

Tentunya, bagi orang-orang yang terbiasa mencari nafkah dengan cara haram, hal ini menjadi suatu upaya yang berat. Tapi itulah Ramadhan, yang juga sering dinamakan sebagai bulan latihan fisik dan mental. Penting juga memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar kita diberikan kekuatan sehingga mampu melakukannya dengan baik. Dan tak ada yang berat, bila Allah sudah berkehendak membantu usaha kita.

Mudah-mudahan dengan izin Allah, siapapun mampu menyambut bulan suci Ramadhan kali ini, dengan berlomba-lomba meraih segala peluang pahala yang disediakan. Apalagi, tidak semua orang diberikan kesempatan untuk bertemu dan memetik rahmat Allah pada bulan suci Ramadhan.



DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tafakur - Lupa Asal-Usul

Oleh: Jarjani Usman

"Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!" (QS. Yaa Siin:77).

Kita manusia diingatkan untuk tak pernah melupakan asal-usul. Sebab, melupakan asal-usul bisa membuat lupa diri, sehingga bisa menghasilkan perilaku tak pantas.

Meskipun jelas disebutkan bahwa manusia diciptakan dari setetes air mani, tidak sedikit yang begitu saja melupakannya sehingga menyombongkan diri di muka bumi ini. Disuruh mengambil hukum Allah agar tidak tersesat dalam menjalani hidup ini, (sebahagian) manusia malah bersusah payah mencari dan melaksanakan hukum-hukum lain, yang jauh dari kesempurnaan. Akibatnya, berantakanlah kehidupan manusia dengan ketidak-adilan, diskriminasi, kepunahan, dan sejenisnya.

Padahal mempelajari dan menerapkan hukum Allah, pahalanya berlipatganda. Setiap titik keringat yang keluar dari tubuh dalam mempelajarinya juga akan berpahala, apalagi setiap detik usia yang digunakan. Sedangkan melaksanakan hukum selain hukum dari Allah, sama artinya dengan mencari dosa dengan menantang suruhan Allah, melaksanakan yang tidak disuruh dan mengabaikan yang diwajibkan. Dengan kata lain, berani dengan sengaja berbuat kufur.

Sungguh tak sepatutnya kita terus tenggelam dengan perilaku-perilaku yang sifatnya menantang dan menentang Allah. Sepantasnya ada upaya untuk bantu-membantu dalam mencari selamat dunia dan akhirat, dengan bersungguh-sungguh menerapkan hukum Allah.



DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tafakur - Akhlak Yang Baik

Oleh: Jarjani Usman

"Sesungguhnya sesuatu yang paling utama dalam mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik" (HR. Ahmad).

Akhlak yang baik tidak pernah terhenti diperbincangkan. Namun, yang kerap terhenti ialah upaya mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal yang lebih utama dan tak boleh terhenti adalah mewujudkannya dalam perilaku.

Apalagi perilaku sehari-hari yang dihiasi dengan akhlakul karimah yang ditunjukkan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia, ikut memberi pengaruh yang besar terhadap pembentukan perilaku masyarakat yang lebih luas. Sebab, umumnya manusia, meskipun orang yang dicap jahat, memiliki kecenderungan menyenangi akhlak yang baik.

Namun, Imam Al Ghazali mengingatkan, akhlak yang baik tidak mungkin akan meresap dalam jiwa seseorang selama ia tidak meninggalkan kelakuan-kelakuan yang buruk. Apa yang diingatkan oleh ulama besar tersebut menunjukkan bahwa selama masih menyimpan kemunafikan dalam diri kita, tidak akan terwujud akhlak yang baik yang sesungguhnya, kecuali hanya berupa kata-kata simbolik saja yang semakin banyak, semakin membosankan. Tidak demikian (membosankan) dengan perilaku yang baik, semakin banyak ditunjukkan seseorang, semakin menyenangkan.

Semoga kita mau saling mengingatkan (dengan perilaku) untuk mewujudkan akhlak yang baik. Dengan cara demikian, insya Allah kita mampu menyesuaikan diri dengan tujuan diutusnya Rasul, yaitu memperbaiki akhlak manusia, sekaligus memiliki amalan yang berat di timbangan di akhirat kelak.



DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Kamis, 21 Juni 2012

Khutbah - ENAM PERTANYAAN ALGHAZALI

Dalam kesempatan yang singkat ini, sebagai wasiat takwa, khatib ingin menyampaikan beberapa pesan HIKMAH. Sebab hikmah, kata imam ALI, adalah “ZHALATUL MU’MININ, mutiara yang hilang milik kaum beriman, yang apabila ditemukan, --kapanpun dan dimanapun,” sambung beliau, “pungutlah!”

Berkaitan dengan hikmah, kalau kita browsing kata HIKMAH di dalam ALQURAN, lebih dari 20 ayat bisa kita temukan. Salah satu ayat yang bacaannya sangat kita kenali adalah pembuka surat YASIN. Yakni, YAASIIN, WALQURAANIL HAKIIM, Demi al-Quran yang penuh hikmah.

Hikmah yang ingin khatib sampaikan pada kesempatan ini adalah dialog antara Imam alGhazali (IG) dengan para muridnya. - IG adalah seorang ulama dan penulis buku-buku keislaman. Bukunya yang terkenal adalah Ihya Ulumuddin--


Pertanyaan pertama IG kepada para muridnya, “Wahai murid-muridku, apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?"

Murid-muridnya menjawab, "Orang tua, guru, saudara, dan para sahabat."

IG membenarkan jawaban mereka. Lalu beliau menambahkan, “Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah MATI.”

ole0.bmp ole1.bmp

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. (Ali Imran 185)

IG meneruskan pertanyaan kedua, "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?"

Murid-muridnya menjawab, "Negeri Cina, bulan, bintang, dan matahari."

IG pun membenarkan. Tapi beliau menambahkan, “Yang paling benar adalah MASA LALU". Dengan cara apa pun, kita tidak dapat kembali ke masa lalu.

IG meneruskan pertanyaan ketiga, "Apa yang paling besar di dunia ini?" Murid-muridnya menjawab, "gunung, bumi, dan matahari".

“Semua jawaban itu benar,” kata IG. “Tapi yang paling besar di dunia ini adalah NAFSU.” Nafsu ibarat pedang bermata dua, bisa mencelakakan, bisa juga membahagiakan. Bisa menjatuhkan, bisa juga menyelamatkan. Dengan menuruti nafsu banyak orang celaka. Dengan mengendalikan nafsu banyak orang meraih kebahagiaan.

IG meneruskan pertanyaan keempat, "Apa yang paling berat di dunia ini?".

Murid-muridnya ada yang menjawab, "besi dan gajah."

Dengan dua jawaban itu, IG pun membenarkan. Beliau lalu menambahkan, “Tapi, yang paling berat di dunia ini adalah MEMEGANG AMANAH." Kemudian IG membacakan firman Allah,

ole2.bmp

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung. Semuanya enggan, tidak kuasa, memikul amanat itu. Mereka khawatir berkhianat. Lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya, manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS 33, al-AHZAB: 72)

Pertanyaan al-Ghazali yang
kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?"

Di antara murid-murid beliau ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan.

IG membenarkan. Tapi, menurut beliau, yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan sholat.

Tidak jarang kita temukan, gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara pergaulan kita meninggalkan shalat, gara-gara urusan dunia kita lalai dengan sholat. Begitu ringan kita meninggalkannya. Padahal pesan Nabi, shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab di hari Kiamat. Shalat adalah “ciri” atau “penanda”, apakah dia Muslim atau kafir.

Pertanyaan
terakhir IG, "Apa yang paling tajam di dunia ini?"

Murid-muridnya menjawab serentak, “PEDANG.” Benar, kata IG. Tapi yang paling tajam adalah LIDAH MANUSIA.

Demikian tajamnya lidah samapi-sampai kanjeng Nabi Saw berpesan kepada setiap Muslim, “almuslimu, man salimal muslimuuna min lisaanihii wa yadihii.” Seorang muslim adalah orang yang bisa menjaga lidah dan tangannya terhadap muslim lainnya.

Demikianlah beberapa hikmah dalam khutbah ini, semoga Allah memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua. Amin.

Barakallah … DyStar, 22 Jun 2012

DyStar Confidentiality Notice: This message and any attachments are confidential and intended only for use by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying of this communication and the information contained in it is strictly prohibited. If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the message and any attachments. Thank you.

Senin, 11 Juni 2012

Tafakur - Mandiri

Oleh: Jarjani Usman

"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al Maidah: 50).

Di antara karakter penting yang harus terbentuk sebagai hasil pendidikan, menurut seorang mujtahid Islam Hasan al Banna, ialah terciptanya insan-insan yang mandiri. Kemandirian tentunya tak hanya terbatas pada bagaimana seseorang tidak bergantung kepada orang lain secara keuangan, tetapi juga secara mental.

Namun kalau jujur diakui, hari ini mental kita sebagai hasil didikan belum (sepenuhnya) menunjukkan kemandirian. Banyak orang yang lebih senang dan mengagung-agungkan apa yang dimiliki orang lain, sehingga secara sadar atau tanpa sadar menjadi kurang menghargai apa yang dimiliki diri sendiri. Tidak sedikit di antaranya mengikuti perilaku-perilaku orang lain. Apa yang dimiliki orang lain terasa hebat. Inilah pertanda ketidakmandirian secara mental.

Ketidakmandirian secara mental ini akan menjadikan ketergantungan kepada orang lain bertambah-tambah dan semakin lama. Sebab, kita terus bersusah payah mengejar kemajuan yang diciptakan orang lain. Juga akan menjadi pihak yang selalu didikte oleh pihak lain.

Padahal umat Islam disebut umat yang terbaik" (QS. 'Ali Imran: 110), yang dengan sendirinya perlu kemandirian yang tinggi terutama secara mental. Yaitu mental yang penuh percaya diri untuk hidup dan menata negeri dengan aturan-aturan Islam yang kaffah.



DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tafakur - Optimis

Oleh Jarjani Usman

"Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali (buah atau biji) yang dimakan darinya merupakan sedekah, apa yang dicuri darinya merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh binatang buas merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh burung merupakan sedekah, dan apa yang diambil oleh orang lain juga merupakan sedekah" (HR. Muslim).

Menyadari diri tak memiliki harapan (hidup) lagi atau akan mati esok, sebahagian manusia menjadi makhluk yang tak bergairah. Bahkan ada yang berputus asa. Namun orang mukmin sangat tidak dibolehkan demikian. Meskipun sebentar lagi usia tersisa, masih penting untuk tetap optimis demgan berbuatsesuatu yang bermanfaat.

Di penghujung umur pun, kalau masih mampu dan sempat, sangat dianjurkan untuk ikhlas menanam (tanaman), misalnya. Apalagi pahala yang disediakan Allah berlipat ganda. Mulai dari niat untuk berbuat baik diganjar dengan pahala, hingga kalau apa yang ditanam itu tumbuh dan hasilnya dinikmati orang lain atau bahkan makhluk lain ciptaan Allah. Sungguh tak terhitung pahala yang mengalir kepada pelakunya. Demikian juga dengan orang-orang berilmu atau mengerjakan amal kebaikan lainnya.

Aneka macam pahala yang disediakan Allah sebaiknya menambah tingkat optimis kita dalam mengumpulkannya. Apalagi terhadap apa yang kita makan sendiri dari harta yang halal, juga digolongkan sebagai perbuatan yang mendapatkan pahala. Sungguh mudah meraih berbagai sumber pahala. Allah maha pengasih dan maha penyayang.




DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tafakur - Kesibukan

Oleh Jarjani Usman

"Salah satu tanda bahwa Allah mulai berpaling dari seorang hamba ialah tatkala dijadikannya sibuk dalam hal-hal yang tak penting bagi dirinya" (Hasan rahimahullah).

Sebahagian orang senantiasa bergelut dengan kesibukan setiap hari. Umur terkuras. Kesibukan tak ada ujungnya siang dan malam. Seharusnya umur yang dihabiskan sedikit demi sedikit memberi makna bagi perbaikan diri. Namun, bagi sebahagian, kesibukan tak memberi manfaat samasekali, baik perbaikan kemampuan dalam berhubungan dengan Allah, maupun perbaikan kemampuan dalam berhubungan dengan sesama manusia. Keadaan diri seperti ini sepatutnya segera direnungi untuk memperbaiki diri.

Sebagaimana dalam hadits di atas, keadaan demikian yang mengenai seseorang bisa berarti bahwa Allah sudah berpaling darinya. Barangsiapa mengalami demikian, maka akan mengalami kehidupan dunia yang sangat buruk. Kehidupan dunia yang buruk digambarkan dalam Alquran bila seseorang melupakan Allah, sehingga lupa pada diri sendiri. Lupa pada diri sendiri terjadi bila tak mempersiapkan hari esok. Sebagaimana diingatkan dalam Alquran, "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)" (QS. Al-Hasyr : 18).

Juga siapapun yang mengalami kehidupan demikian bisa membuat hidupnya tak bermakna. Hidup menjadi bermakna bila mampu meningkatkan keimanan dan selanjutnya menjaga ketaatan kepada Allah. Dalam Alquran disebutkan bahwa tidak diciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada Allah.



DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tafakur - Waktu, Kerugian, dan Nasehat

Oleh: Jarjani Usman

"Demi Masa! Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran serta nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran" (QS. Al 'Ashr: 1-3).

Allah bersumpah dengan menggunakan pilihan (benda) waktu. Pilihan ini merupakan suatu petunjuk bagi manusia betapa pentingnya memberikan perhatian kepada waktu. Apalagi waktu yang dikaitkan dengan kerugian yang menimpa makhluk manusia. Dengan demikian, kita manusia memiliki kemungkinan-kemungkinan.

Pertama, kemungkinan besar merugi sepanjang masa. Lebih-lebih manusia seringkali melupakan dua sifatnya, yaitu lemah dan pelupa. Begitu mudah jebol pertahanan imannya, sehingga dalam keadaan demikian lupa memikirkan kerugian yang akan menimpa. Diingatkan bah separah-parah kerugian ialah bila tak beriman dengan sesungguhnya. Kata-kata sesungguhnya sering ditambahkan pada kata beriman, yang menunjukkan bahwa ada manusia yang mengaku beriman, tetapi sesungguhnya tidak.

Kedua, kemungkinan untuk selamat dari kerugian besar. Apalagi Allah untuk menunjukkan cara yang bisa digunakan untuk menyelamatkan manusia, seperti melalui nasehat. Nasehat ini tentunya bukan milik seseorang tertentu, tetapi hak masing-masing orang. Dengan demikian, setiap orang berhak dan memikiki kewajiban untuk saling memberi nasehat. Apalagi orang alim atau pemberi nasehat pun kadangkala terjerumus dalam dosa, sehingga juga ikut menjadi target yang perlu dinasehati.



DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.