Kamis, 27 Desember 2012

Bahaya Buruk Karena Banyaknya dosa - Eramuslim

http://m2.eramuslim.com/hikmah/tafakur/bahaya-buruk-karena-banyaknya-dosa.htm
Bahaya Buruk Karena
Banyaknya dosa

Redaksi 1 – Rabu, 5 Safar 1434 H / 19
Desember 2012 07:27 WIB

Oleh Ustadz Didik Hariyanto MA

Dosa tidak hanya malapetaka di akhirat
namun ia akan mematikan hati dan
membawa kehancuran di dunia dengan
berbagai macam siksa. Sebagaimana
firman Allah :

"Maka masing-masing mereka itu Kami
siksa disebabkan dosa-dosanya. Di
antara mereka ada yang Kami timpakan
hujan batu kerikil, di antara mereka ada
yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, di antara mereka ada yang
Kami benamkan ke dalam bumi dan di
antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan ke dalam lautan. Allah
sekali-kali tidak menganiaya mereka akan
tetapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri." (Al-'Ankabut: 40)

Diantara bentuk musibah yang diturunkan
oleh Allah ke muka bumi ini karena dosa
adalah:

Dikeluarkan dari surga

'Wahai Adam, tinggallah engkau dan
istrimu di dalam surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi
baik di mana saja yang kalian berdua
sukai, hanya saja janganlah kalian
mendekati pohon ini. Bila kalian lakukan,
kalian akan termasuk orang-orang yang
zalim.' Lalu keduanya (Adam dan Hawa)
digelincirkan oleh setan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula (yang
bergelimang kenikmatan). Kami
berfirman, 'Turunlah kalian (ke bumi)!
Sebagian kalian akan menjadi musuh bagi
sebagian yang lain. Bagi kalian ada
tempat kediaman di bumi dan
kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan'." (Al-Baqarah: 35-36)

Datangnya air bah

"Hingga tatkala datang perintah Kami dan
permukaan bumi telah memancarkan air,
Kami berfirman kepada Nuh: 'Angkutlah
ke dalam bahtera itu masing-masing dari
hewan secara berpasangan (jantan dan
betina) dan keluargamu kecuali orang
yang telah terdahulu ketetapan
terhadapnya (bahwa ia akan binasa oleh
azab), dan angkut pula orang-orang yang
beriman.' Dan tidak ada yang beriman
kepada Nuh kecuali sedikit. Nuh berkata,
'Naiklah kalian ke dalam bahtera ini
dengan menyebut nama Allah di waktu
berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya
Rabbku benar-benar Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.' Dan bahtera itu
berlayar membawa mereka dalam
gelombang air laksana gunung. Ketika itu
Nuh melihat putranya maka ia berseru:
'Wahai anakku, naiklah ke kapal ini
bersama kami dan janganlah engkau
berada bersama orang-orang yang kafir.'
Putranya menjawab, 'Aku akan mencari
perlindungan ke gunung yang dapat
melindungiku dari air bah ini.' Nuh
berkata, 'Pada hari ini tidak ada yang
dapat melindungi dari azab Allah selain
Allah saja, Dzat Yang Maha Penyayang.'
Dan gelombang menghalangi ayah dan
anak ini, maka jadilah si anak termasuk
orang-orang yang ditenggelamkan." (Hud:
40-43)

Datangnya angin kencang dan sangat
dingin

"Adapun kaum 'Ad maka mereka
dibinasakan dengan angin yang sangat
dingin lagi amat kencang. Allah
menimpakan angin itu kepada mereka
selama tujuh malam dan delapan hari
terus menerus, hingga engkau lihat kaum
'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan
seakan-akan mereka tunggul-tunggul
pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
Maka adakah engkau melihat seorang
saja dari mereka yang tertinggal (tidak
dibinasakan)?" (Al-Haqqah: 6-8)

Suara keras

"Dan satu suara keras yang mengguntur
menimpa orang-orang zalim itu, lalu
mereka mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka. Seolah-olah mereka
belum pernah berdiam di tempat itu…."
(Hud: 67-68)

Di baliknya perkampungan

"Maka tatkala datang azab Kami, Kami
jadikan negeri kaum Luth itu terbalik, yang
di atas menjadi ke bawah, dan Kami
hujani mereka dengan batu dari tanah
yang terbakar dengan bertubi-tubi." (Hud:
82)

Gempa

"Kemudian mereka ditimpa gempa yang
sangat keras hingga jadilah mereka
mayat-mayat yang bergelimpangan di
dalam rumah-rumah mereka." (Al-A'raf:
91)

Ditenggelamkan di laut

"(Allah berfirman kepada Nabi Musa,)
'Berjalanlah engkau dengan membawa
hamba-hamba-Ku pada malam hari,
sesungguhnya kalian akan dikejar (oleh
Fir'aun dengan bala tentaranya). Dan
biarkanlah laut itu tetap terbelah setelah
kalian berhasil sampai ke seberang laut.
Sesungguhnya mereka (Fir'aun dan
balatentaranya) adalah tentara yang akan
ditenggelamkan'." (Ad-Dukhan: 23-24)

Ditenggelamkan dalam perut bumi

Kami pun membenamkan Qarun beserta
rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada
baginya suatu golongan pun yang dapat
menolongnya dari azab Allah dan tiadalah
dia termasuk orang-orang yang dapat
membela dirinya." (Al-Qashash: 81)

Minggu, 16 Desember 2012

Hikmah - Menyayangi Pembenci

Oleh: Rory Asrio S

Abu Bakar RA adalah sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah SAW. Ia adalah pengikut setia Rasulullah dalam situasi dan kondisi apa pun. 

Beliau juga menjadi sahabat yang pertama masuk Islam dan membenarkan ajaran yang dibawa Rasul SAW sehingga mendapat gelar ash-Shiddiq (yang membenarkan).

Bagi Abu Bakar, Rasulullah SAW adalah sosok teladan. Karena itu, segala perilaku Rasul SAW selalu menjadi perhatiannya. Bahkan setelah diangkat menjadi khalifah, ia ingin meniru dan meneladani segala perbuatan Nabi SAW. 

Untuk mengetahui lebih detail tentang Rasulullah, Abu Bakar mencari informasi dari orang yang paling dekat dengan Rasulullah. Dialah Aisyah binti Abu Bakar.

Aisyah menceritakan, setiap pagi dan sore, Rasulullah SAW selalu pergi ke sudut pasar. Di sana, ada seorang nenek yang sudah tua renta beragama Yahudi. Nenek itu sudah buta dan tak punya gigi lagi. Kepada nenek itu, Nabi SAW selalu memberikan makan dan menyuapinya.

Si nenek ini tak mengetahui bahwa yang setiap hari memberinya makan dan menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW, orang yang paling dibencinya. Kepada orang yang lewat pasar, si nenek ini senantiasa mengajak orang-orang agar mereka menjauhi manusia yang bernama Muhammad.

Nenek ini menganggap, Muhammad adalah orang yang paling jahat di dunia. Selain itu, nenek ini juga menganggap Muhammad telah menyebabkan terjadinya peperangan antarsuku dan mengganti keyakinan (agama) nenek moyangnya dengan Islam. Karena itu, ia ingin orang-orang menjauhi Muhammad.

Walaupun dibenci dan dicaci-maki oleh si nenek, Rasul SAW tak pernah marah. Dengan telaten, setiap hari Rasul selalu SAW menghaluskan makanan sebelum diberikan kepada si nenek. Dengan begitu, nenek itu bisa langsung memakan makanan yang sudah lunak tanpa perlu dikunyah. Selesai makan, si nenek selalu berpesan kepadanya agar berhati-hati bila bertemu dengan Muhammad.

Abu Bakar ingin meniru perilaku Nabi SAW ini. Ia lantas mendatangi sudut pasar untuk bertemu dan memberi makan si nenek. Namun, baru satu suapan makanan itu diberikan, si nenek lantas mengeluarkan makanan itu dan marah-marah kepada si penyuapnya, yakni Abu Bakar.

Si nenek berkata, "Siapa kamu? Makanan ini sangat kasar. Engkau pasti orang lain dan bukan orang yang biasa memberiku makan?" Abu Bakar kemudian menyebutkan jati dirinya. Si nenek kemudian bercerita, si penyuapnya terdahulu itu selalu menghaluskan makanan sebelum diberikan kepadanya.

Si nenek pun lantas bertanya kepada Abu Bakar. "Kemana gerangan orang itu, sudah sepekan lebih ia tak datang kemari?" Mendengar hal itu, Abu Bakar pun menangis karena tak bisa meniru Rasulullah SAW.

Abu Bakar lalu bercerita bahwa orang yang biasa menyuapi nenek itu adalah Muhammad dan kini telah wafat. Mendengar nama itu, maka si nenek itu pun kemudian tersadar. Ternyata, orang yang selama ini dibencinya begitu menyayanginya, memberinya makan, dan dengan telaten menyuapinya. 

Muhammad adalah seorang manusia yang santun dan sopan. Si nenek ini pun lantas bertobat dan memohon ampun. Wallahu a'lam.

Sabtu, 15 Desember 2012

Tafakur - Rezeki

Oleh Jarjani Usman

"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)" (QS. Ibrahim:34).

Setiap kali ada yang meninggal, sebahagian masyarakat di Aceh (di masa lampau) menyebutnya "orang habis rezeki". Bila ditelusuri, memang demikianlah adanya. Rezeki bukan hanya berbentuk harta, tetapi juga berbagai kenikmatan lain seperti nafas, umur, tempat tinggal, keluarga, persahabatan, kesehatan anggota tubuh, kesempatan mendulang pahala, dan lain-lain. Tak seorangpun sanggup menghitungnya. Namun semua itu akan terhenti tatkala kematian tiba.

Bila ini semua difahami sebagai rezeki, maka tak ada seorangpun pantas merasa kecewa manakala dalam bersusah payah mencari rezeki, kadangkala tak memperoleh harta benda. Sebab, di saat tak memperoleh harta, masih banyak rezeki lain yang didapat dan masih dinikmati. Namun sayangnya, sebahagian insan tidak mau merenungkan dan menyadarinya.

Ketidakmauan merenungkan dan menyadari hal ini berakibat fatal bagi manusia. Sebahagian orang menjadi berprasangka buruk terhadap Allah. Seakan-akan Allah tidak memberi rezeki. Padahal Allah memiliki sifat Ar-Rahman, yang terus menganugerahkan rezeki kepada hamba-hambaNya di mana saja, termasuk kepada orang-orang yang mengingkariNya.

Namun bila mau direnungi, siapapun tak akan henti-hentinya bersyukur atas segala karunia Allah yang dinikmati siang dan malam. Juga akan merasa tak bisa hidup sesaat pun, bila tak mendapat rezeki dari Allah.

Minggu, 09 Desember 2012

Tafakur - Wafatnya Ulama

"Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan" (HR. Bukhari dan Muslim).

Wafatnya ulama lazimnya menimbulkan kesedihan mendalam di hati orang banyak. Terasa sekali ada suatu kehilangan besar. Tidak demikian dengan meninggalnya seorang yang kaya raya. Padahal ulama yang sesungguhnya seringkali tidak mewarisi harta benda. Yang diwariskan adalah ilmu yang berasal dari Allah sebagai penerang jalan dalam menempuh dunia menuju akhirat. Ini pertanda bahwa manusia lebih membutuhkan ilmu ketimbang harta benda duniawi. Namun demikian, tidak sedikit orang yang mengingkari kenyataan ini.

Buktinya dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang lebih memilih memperebutkan harta ketimbang mengejar ilmu dari para ulama. Dududk dengan orang-orang berharta banyak atau pemerintah yang berkuasa terhadap harta negara, lebih disenangi ketimbang duduk dengan para ulama. Ulama kadangkala didekati manakala ingin mencari posisi penting dalam kepemerintahan, agar dikira (oleh banyak orang) dekat dengan para ulama.

Padahal mendekati ulama sangatlah dianjurkan. Sebagaimana pernah dikatakan Rasulullah SAW bahwa Luqman Al Hakim berwasiat kepada puteranya, "Hai anakku, wajib bagimu duduk bersama ulama (mendatangi majlis mereka), dan dengarkanlah kalam (pembicaraan) hukama' (ahli hikmah). Sesungguhnya Allah akan menghidupkan hati yang mati dengan cahaya ilmu (hikmah), sebagaimana Allah menghidupkan tanah yang tandus dengan air hujan" (HR. Ath Thabarani).

Dengan demikian, bila tidak bergaul dengan ulama, ilmunya menjadi terkubur seiring dengan kepergiannya untuk selama-lamanya. Tertinggallah generasi yang asing dari ilmu agama, yang disukai atau tidak, akan menjadi pemimpin-pemimpin selanjutnya. Tak terkecuali pemimpin dalam bidang agama.

Tafakur - Menanam Modal Kebaikan

Oleh Jarjani Usman

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS. Al An'am: 32).

Setiap insan, lebih-lebih para pedagang, memikirkan keuntungan. Setiap modal yang ditanam maunya menghasilkan keuntungan yang banyak. Siapapun akan ragu menanamkan modal dalam jumlah banyak untuk mengharapkan hasil yang sifatnya tak menentu dan sementara. Akan tetapi sangat tergiur menanam modal banyak, jika hasilnya diperkirakan dapat dinikmati lama.

Tentunya tak ada kehidupan yang abadi, kecuali di akhirat kelak. Dengan demikian, sepatutnya bersungguh-sungguh menanam modal untuk akhirat. Apalagi Allah telah menjamin akan adanya balasan untuk setiap modal (kebaikan) yang dilakukan di dunia. Tentunya banyak modal yang bisa ditanam untuk keuntungan akhirat, mulai dari modal waktu, tenaga, pikiran, ruang, dan harta benda. Waktu yang disempatkan untuk memperbaiki diri, keluarga, dan umat manusia, merupakan modal yang sangat diperhitungkan oleh Allah. Apalagi bila modal tersebut digabung dengan tenaga, pikiran, ruang, dan harta benda. Berlipat-lipatlah keuntungan yang akan diperoleh nantinya.

Apalagi segala macam modal yang ditanam untuk akhirat dijamin terhindar dari kerugian. Tak ada manusia yang akan bangkrut karena menolong dengan ikhlas, misalnya. Seringkali, semakin gemar seseorang membantu orang lain, semakin dilapangkan rezekinya yang halal oleh Allah. Sebaliknya, semakin suka seseorang menipu orang lain, semakin sempit rezeki halal yang didapatkannya. Makanya, siapapun yang telah dengan sengaja menipu dalam mencari harta dan tidak mau bertaubat, maka ia dikatakan tak akan memperoleh harta selanjutnya kecuali dengan cara jahat pula. Orang-orang seperti ini, bila tak bertaubat, akan kembali tersadar menjelang kematian atau saat menghadapi sakaratul maut.

Tafakur - Belajar

Oleh: Jarjani Usman

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna"
(QS. al Mu`minun: 1-3).

Pada alam sekitar dapat dipungut banyak hal, termasuk cara belajar. Seperti yang terdapat pada batu. Batu memang sifatnya keras, tak akan tembus bila dilobangi dengan benda-benda lembut dan tumpul. Namun, batu terbukti bisa perlahan berlubang bila terkena tetesan air yang terus-menerus. Kenyataan ini menawarkan suatu pesan bahwa mempelajari sesuatu yang sulitpun akan (berkemungkinan) berhasil, bila dipelajari berkali-kali.

Apa yang bisa disaksikan dengan mata kepala ini mengajak kita untuk merubah perilaku buruk dalam belajar. Seperti perilaku yang suka gegabah menyalahkan anugerah dalam bentuk kemampuan diri. Padahal kadangkala hanya baru dicoba sekali atau dua kali, sehingga lamgsung menvonis diri tidak mampu.

Kebiasaan menyudutkan kemampuan diri bukan tidak berdampak buruk bagi diri sendiri. Sebahagian orang menjadi putus asa, sehingga membiarkan diri begitu lama terpenjara dalam kerangkeng ketidakmampuan. Seperti membiarkan diri tak mampu membaca dan memahami makna lafadz dalam shalat hingga usia tua dan bahkan hingga ajal tiba. Padahal kemampuan membaca dan memahami lafadz dengan benar bisa membantu membuat kusyuk dalam shalat, suatu syarat penting diterimanya ibadah ini. Dan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari kemampuan penting yang dimiliki orang-orang beriman.

Senin, 26 November 2012

PENGADUAN MANUSIA

Segala puji bagi Allah. Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad Saw.

Allah berfirman dalam surat al-Hadid ayat 22 dan 23, 

     57:22

 

57:23

 

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya hal itu amat mudah bagi Allah."

"Kami jelaskan yang demikian itu, supaya kamu jangan berduka terhadap apa yang hilang darimu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."

 

Dalam buku tafsirnya, Ust. Quraish Shihab menulis, Manusia, sejak dalam rahim sampai kematiannya, tidak pernah lepas  dari kesulitan demi kesulitan, ujian demi ujian. Bagai seorang yang mengarungi samudera, bila selamat dari ombak yang mengganas, dia tetap cemas dan diliputi rasa takut oleh ikan yang ganas atau bahaya yang lain.

 

Manusia bila bebas dari lapar, dia boleh jadi tak bebas dari penyakit. Kalau dari keduanya dia bebas, boleh jadi anaknya yang menderita. Atau tangis pilu kelaparan dan penyakit para tetangga kita, hingga saudara-saudari kita dimanapun mereka berada. Dan kalaupun dia terhindar dari semua itu, dia tidak dapat mengelak dari penyakit tua yang kadang tidak dirasakannya.

 

Al-Quran menyimpulkan,

90:4

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (Q. al-Balad 90: 4).

 

Bukan saja dalam memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga dalam memelihara dan melindungi diri dan keluarga mereka. Bahkan, dalam mewujudkan hal-hal yang baik pun, manusia harus berjuang menghadapi dirinya sendiri, sebelum menghadapi musuh-musuhnya yang lain.

 

Lantas, apakah kita tidak boleh mengeluh? Apakah kita tidak boleh mengadu kepada Allah Swt, Yang Maha Sempurna dalam segala hal?

 

Agama tidak melarang kita mengeluh. Sebab, para Nabi pun mengeluh. 

 

Alquran mengabadikan keluhan Ayyub saat menyeru Tuhannya,

38:41

 

"Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan." (Q. Shaad 38: 41).

 

Dengarkan juga keluhan Nabi Ya'kub yang ucapannya diabadikan dalam al-Qur'an,

 

12:86

 

"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (Q. Yusuf 12: 86). 

 

Nabi Muhammad juga demikian. Ketika di Mekah ditolak dan diganggu, Beliau mengeluh, "Wahai Allah! Kepada siapa Engkau serahkan aku? … selama Engkau tidak murka, aku sama sekali tidak perduli."

 

Dengan bercermin dari keluhan para nabi itu, sebagai manusia yang lemah, tidak pantas bila menjauh dari Allah Swt.

 

Seruan azan adalah sebentuk kasih sayang Allah untuk mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Sajadah yang kita gelar untuk sholat, juga penanda bahwa kita hendak mengabdi dan mengadukan semua permasalahan hidup kita hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain.

 

Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nastaiin. Hanya kepada Allah kami menyembah dan hanya kepada Allah kami mohon pertolongan.

 

Barakallah ….

Bhayangkara, 30 Nov 2012 

Senin, 27 Agustus 2012

Tafakur - Kisah Pengantin dan Pengemis

SERAMBINEWS.COM - Inilah sebuah kisah nyata yang terbilang sangat dramatis dan menjadi bahan pembelajaran bagi manusia yang berpikir. Kisah ini diangkat dari buku Qishasasu Muatsirat Lilfatayat karya Ahmad Salim Badwilan yang telah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, karena isi-isinya sangat inspiratif.
Ahmad Salim Badwilan dalam tulisanya tidak pernah menyebut langsung nama dan tempat orang-orang yang terlibat dalam kisah nyata yang ia angkat dari pengalaman dan kesaksian yang ia kumpulkan. Hal ini bertujuan demi menjaga aib atau kerahasiaan orang-orang yang terlibat dalam kisah nyata yang ia angkat.
Tersebutlah, seorang wanita asal Timur Tengah yang tidak hanya solehah namun juga terkenal akan kesabaran dan ketabahan atas segala ujian yang menimpa dirinya selama 15 tahun.
Saat itu, wanita solehah baru saja melangsungkan acara pernikahannya dengan seorang lelaki shaleh yang tidak pernah dia sentuh dan lihat sebelumnya. Mereka berjodoh pun tidak melalui proses pacaran, sebagaimana umum dilakukan wanita dan pria jaman sekarang. Wanita ini begitu paham akan dosa-dosa bila bersentuhan dengan lelaki yang bukan muhrimnya. Ia sangat menjaga martabatnya dan selalu menutup aurat karena semata kepada Allah.
Ketika tiba malam pertama dan keduanya sudah berkumpul disebuah ruang dapur untuk jamuan makam malam (sebelum melangkah ke tahap 'khusus dalam kamar'), mereka pun bermesra terlebih dahulu di meja makan sambil menyantap hidangan pembuka.
Ada kemesraan dan kehangatan yang terpancar dari pasangan yang sedang menikmati masa-masa indah sebagai pengantin baru. Mereka saling bercengkrama, tersipu malu dan saling melempar pujian.
Namun tiba-tiba, disaat mereka sedang melayari kemesraan, dari luar mendengar suara ketukan pintu tanda bahwa ada seseorang yang mungkin hendak bertamu. Dengan gusarnya si suami wanita solehah itu bangun dengan menggebrak kakinya ke lantai dan dengan amarah dia berkata, "Siapa tamu yang sangat mengganggu ini?"


Istrinya juga terkejut dan berlari menuju pintu lalu bertanya sambil melongo, "Siapa?".
Orang dari balik pintu lalu menjawab, "Saya..saya seorang pengemis mau minta sedikit makanan, saya sangat lapar".
Buru-buru sang istri menyampaikan kabar itu kepada suaminya yang sedang dongkol, "dia pengemis, mau minta sedikit makanan".
Amarah si suami semakin memuncak, "hanya gara-gara pengemis ini kemesraan kita jadi terganggu, padahal kita sedang menikmati malam pertama?".
Si suami yang sedang dirasuki amarah ini langsung menghampiri si pengemis dan tanpa pikir panjang menghajar si pengemis dengan brutal. Ada suara mengaduh dan rintihan menyayat yang keluar dari mulut si pengemis yang sedang kelaparan tersebut.
Sambil menahan sakit, lapar yang melilit perutnya dan luka sekujur tubuh, si pengemis lalu terseok-seok pergi dengan hati yang luka.
tanpa merasa bersalah, si suami dari istri yang solehah itu kembali lagi menemui istrinya didalam kamar pengantin, tapi masih dengan emosi yang merasuki dirinya. Dia menganggap kedatangan si pengemis telah merusak suasana romantisme yang sedang dia nikmati dengan istrinya di malam pertama yang sakral.
Namun entah mengapa, tidak ada angin dan hujan, tidak ada penyebab apa-apa, tiba-tiba suami ini menggelepar didalam kamar seperti kerasukan (teumamong). Dia memegang kepalanya dan sekujur badannya seakan terhimpit dengan sangat keras yang membuat dia meraung-raung menahan sakit. Dia berlarian kesana kemari sambil menjerit-jerit kesakitan, dia meraung-raung dan membuat istrinya panik luar biasa.
Entah mengapa, setelah kerasukan itu, si suaminya pergi tak jelas rimbanya dan meninggalkan istrinya seorang diri dirumah tanpa dikunjungi lagi selama belasan tahun. Suaminya telah meninggalkan istrinya itu tanpa alasan yang jelas. Namun wanita solehah ini melalui semua prahara yang menimpa dirinya dengan kesabaran tinggi dan menyerahkan semua msalah itu kepada Allah SWT.
Tak terasa 15 tahun sudah berlalu peristiwa kerasukan yang menimpa suaminya itu dan selama itu pula dia menghabiskan hari-harinya seorang diri dirumah. Wanita ini betul-betul menjaga marwahnya.
Tiba-tiba seorang pria alim datang meminangnya dan dia menerima pinangan tersebut lalu melangsungkan pernikahan.
Pada malam pertama, suami istri tersebut berkumpul didepan hidangan pembuka yang telah disajikan, persis seperti yang pernah dia lakukan dengan suaminya yang pertama yang telah meninggalkan dirinya dalam waktu yang cukup lama, sehingga hilang hak-haknya sebagai istri.
Saat mereka mendengar suara ketukan dari pintu depan, sang suami berkata pada istrinya, "Pergilah bukakan pintunya".
Si istri menuju pintu dan bertanya, "Siapa?".
"pengemis, mau minta sesuap nasi", kata tamu tersebut dari luar.
Si istri buru-buru menemui suaminya, "seorang pengemis, dia meminta sesuap nasi untuk makan".
"Panggil dia kemari dan siapkan seluruh makanan ini diruang tamu lalu persilahkan dia makan sampai kenyang". perintah suaminya.
Istrinya dengan cekatan langsung bergegas menyiapkan hidangan, lalu membukakan pintu lalu mempersilahkan si pengemis untuk makan.
Tapi tiba-tiba si istri itu menemui suaminya sambil menangis tersedu.
"Ada apa, mengapa menangis? Apa yang terjadi? Apakah pengemis itu menghinamu?" tanya suaminya keheranan
Dengan linangan air mata, istrinya menjawab dengan menahan sesak didada, "Tidak".
"Dia mengganggumu?", tanya suaminya lagi.
"Tidak".
"Dia menyakitimu?", tanya suami sekali lagi.
lalu istrinya masih menjawab, "Tidak".
"Lalu mengapa engkau menangis wahai istriku?",
Dengan menahan rasa sesak didada, akhirnya istrinya menjawab dengan terbata-bata, "pengemis yang duduk diruang tamu dan menyantap hidangan adalah mantan suamiku lima belas tahun yang lalu. Pada malam penganti itu, ada pengemis datang dan suamiku memukulinya dengan kasar. Setelah itu dia kesurupan dan menjerit-jerit lalu menemuiku dengan tangan didadanya yang sakit. Aku mengira dia diganggu jin atau kesurupan. lalu dia lari meninggalkan rumah tanpa ada kabar sampai malam ini, ternyata dia sekarang menjadi pengemis."


Tiba-tiba suaminya ikut menangis.
Istrinya bertanya, "Apa yang membuatmu menangis?"


"Taukah kamu siapa pengemis yang dipukul oleh mantan suamimu itu?"


"Siapa dia?", tanya sang istri.
"Sesungguhnya...pengemis itu adalah aku sendiri", suaminya menjelaskan dengan uraian air mata.
Suasana berubah menjadi haru-biru. Keduanya tidak menyangka mengalami kisah yang begitu dramatis. Suami pertamanya mendapat akhir yang begitu tragis.
Sesungguhnya Allah sangat murka kepada orang yang tega berbuat kejam terhadap hambanya yang sedang mengalami penderitaan. Allah telah membalas suami pertama dari istri solehah itu dengan kehinaan, dan memuliakan pengemis yang dizalimi itu menjadi suami dari istri yang solehah dan tawadhu.
Ambillah sari dari kisah menyentuh ini agar menjadikan kita sebagai sosok yang dermawan, punya hati nurani untuk saling membantu meringankan penderitaan kaum fakir miskin, anak yatim piatu. Apalagi menjelang Idul Fitri, mari raih kemenangan dengan banyak bersedekah. Hadist Nabi:

?? ???? ????? ???? ??? ????? ???? ????? ??????? ????? ???????
"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk." (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami', 1744).
Wahai saudara-saudaraku, marilah kita sisihkan sebagian rezeki kita buat saling membantu fakir miskin dan anak yatim. Kasihanilah mereka disaat sebagian kita merayakan Idul Fitri dengan keriangan, tapi disana mereka kelaparan, meratapi nasib yang malang, tanpa ayah, tanpa ibu atau bahkan tanpa keduanya. Mereka merayakan hari kemenangan ini dengan pakaian lusuh dan perut membusung lapar. Mereka makan apa adanya, makanan basi atau bekas orang, sementara dibagian pojok lain didalam rumah-rumah orang yang mapan, telah terhidang berbagai macam ragam makanan yang lezat tertata rapi. Tapi diseberang sana, keluar-keluarga miskin, anak-anak yatim piatu, berurai airmatanya mencium bau masakan kita, tercekat tenggorokanya menahan haus, meneteslah air liurnya, mereka ingin sedikit saja mencicipi makanan itu, mereka ingin meneguk beberapa air hidangan hari raya, namun mereka mungkin terlalu malu untuk memintanya dan hanya menatap dari jauh.
Mereka melihat anak-anak orang mapan memakai pakaian baru, tapi yang dipakai mereka adalah pakaian lusuh berkalang tanah, mereka tidak terhiraukan. Meski ikut bergabung bermain dengan anak-anak mapan yang sehat dan riang. Meski mereka tertawa, tapi hati mereka begitu hancur, pedih dan sesak.
Anak-anak yang ditinggal ayah atau ibunya, mereka harus melalui hari kemenangan itu dengan kesedihan mendalam, tanpa belaian kasih sayang dari sentuhan lembut orang tuanya, mereka bertanya-tanya, hendak kemana kita menumpahkan segala kemanjaan, untuk mendapat perhatian dari orang tua yang telah melahirkan dirinya, namun kini telah meninggalkan mereka untuk selamanya didunia. Mereka harus berjuang dengan sangat keras, padahal mereka masih terlalu lemah untuk mengarungi kehidupan yang keras.
Kepedihan, kemelaratan, hidup telah menjadi teman hidup mereka. Orang-orang cacat yang terseok-seok menyusuri jalan-jalan sempit dengan lututnya, di pasar-pasar mereka menyeret-nyeret dirinya yang tidak sempurna sebagaimana manusia lainya, meminta belas kasih dari orang-orang yang mungkin masih punya mata hati, untuk sekedar memberikan uang receh yang sama sekali tidak pernah bisa membuat mereka hidup bergelimang harta, sebagaimana pejabat-pejabat kita di kantor-kantor pemerintahan.
Mereka hanya butuh kasih sayang, perhatian dari kita. Kehadiran mereka, adalah ujian bagi kita, sejauh mana mata hati dan jiwa kemanusiaan kita memperlakukan mereka. Semoga Allah senantiasa menjaga iman Islam kita hingga selamat dari sejak didunia hingga akhirat dan berkumpul ditempat yang dirahmati Allah, bersama dengan orang-orang yang pernah kita bantu dengan ikhlas.
(SERAMBINEWS.COM/H)


DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tafakur - Mudik ke Robbul Alamin

Oleh Munawar A Djalil

MUDIK telah menjadi trend setiap lebaran tiba. Bagi perantau mudik menjadi rutinitas tahunan sebagai suatu tradisi pulang ke kampung halaman. Para pemudik menyiapkan berbagai macam bekal dalam perjalanan termasuk hadiah untuk sanak famili.

Lebaran sering kita jadikan sebagai tonggak penting dalam kehidupan kita. Setiap tahun mudik dan lebaran datang menjenguk kita, namun sering luput dari renungan kita. Padahal, pernah lebaran datang ketika kita dirundung kemalangan, diliputi penderitaan dan diuji oleh berbagai kepedihan? Juga pernah lebaran datang ketika kita memperoleh keberuntungan, dipenuhi kebahagiaan dan dimanja oleh berbagai kenikmatan?

Suka dan duka memang datang silih berganti. Bahkan, terkadang ada di antara sanak saudara, karib kerabat, orang tua, sahabat yang tidak lagi berlebaran bersama kita. Mereka tidak ikut mempersiapkan Idul Fitri, mereka tidak ikut menggemakan takbir. Tidak dapat kita lihat wajah mereka yang ceria. Tidak bisa kita ulurkan tangan memohon maaf kepada mereka. Tidak sanggup kita bahagiakan mereka dengan bingkisan penganan atau pakaian. Mereka sudah duluan "mudik" ke Rabbul`alamin.

Dulu kita berpuasa dan berhari raya bersama mereka, tapi kini mereka tidak lagi di sini bersama dengan kita. Barangkali kita hanya bisa menziarahi makam atau kubur yang kini menjadi "kampung mudik" yang abadi bagi mereka sembari berdoa: "Ya Allah masukkanlah kebahagiaan kepada penghuni kubur. Tuhan kami masukkanlah mereka ke dalam syurga `adnin yang telah Engkau janjikan kepada orang-orang shaleh, sesungguhnya Engkau Maha Mulia dan Maha Bijaksana."

Setelah kita berdoa, tentu perlu kita renungkan apakah lebaran tahun depan kita masih bisa mudik ke kampung halaman dan menyampaikan doa buat mereka? Sebab, boleh jadi hari ini kita menangisi mereka, esok lusa kita yang akan ditangisi.

Bekal takwa
Sepulang dari perang Shiffin, Ali bin Abi Thalib melewati perkuburan di pinggiran kota Kuffah. Beliau berkata seraya menghadap ke arah perkuburan: "Wahai penduduk kampung yang sunyi, wahai penduduk yang tinggal di kampung yang sepi. Wahai yang berdiam di kubur yang gelap, wahai yang berbaring di atas tanah, yang terasing, yang sendirian dan yang kesepian. Kalian telah mendahului kami, kami insya Allah akan menyusul kalian. Rumah kalian sudah ditinggali orang lain, istri atau suami kalian sudah menikah lagi, harta kalian sudah dibagi-bagi. Inilah kabar dari kami. Bagaimana kabar dari kalian?" Imam Ali kemudian menoleh kepada sahabat-sahabatnya dan berkata: "Demi Allah sekiranya Allah mengizinkan mereka berbicara, mereka akan berkata: Sesungguhnya bekal yang paling baik adalah taqwa."

Bekal inilah yang sering kita lupakan. Setiap hari kita bekerja keras sebagai bekal mudik beberapa hari ke kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga, sahabat dan teman. Ironi, kita tidak pernah terpikir bahwa kita harus berusaha keras untuk bekal mudik ke tempat asal kita. Justru bukan untuk beberapa hari tetapi untuk perjalanan yang jauh di sana, yang satu harinya sama seperti seribu tahun pada hitungan kita sekarang. Berapa banyak di antara kita yang membanting tulang untuk persiapan masa pensiun yang hanya beberapa tahun, tetapi lupa untuk mempersiapkan masa ribuan tahun setelah ajal menjemput kita.

Tahukah apa yang terjadi pada perjalanan akhir kita, pada hari pertama kita meninggalkan dunia. Inilah seperti yang dijelaskan dalan banyak hadis shahih. Pada hari akhir anak Adam meninggalkan dunia dan hari pertama berada di akhirat, harta, anak-anak dan amalnya dihadapkan kepadanya. Mula-mula ia melihat ke arah hartanya, seraya berkata: "Demi Allah aku dulu sangat rakus dan pelit mengurus kamu, sekarang apa yang dapat engkau berikan kepadaku?" Hartanya menjawab: "Ambillah dariku kain kafanmu." Kemudian dia menoleh ke arah anaknya dan terakhir ke arah amalnya seraya berkata: "Demi Allah dulu aku enggan mendekatimu, engkau terasa berat sekali bagiku, sekarang apa yang dapat engkau berikan kepadaku?" Amalnya berkata: "Aku akan menjadi sahabatmu dalam kuburmu, di padang mahsyar nanti, sampai engkau berhadapan dengan Tuhanmu."

Wajah buruk dan ceria
Bila yang meninggal orang yang berbuat maksiat. Seseorang yang sangat buruk mukanya, sangat busuk baunya duduk di sampingnya. Bila sesuatu yang menakutkan terjadi ia menambah ketakutan itu. Bila si mayat melihat yang mengerikan ia menambah kengeriannya. Mayat berkata: "Engkau betul-betul sahabat yang paling buruk. Siapa kamu sebenarnya?" Orang buruk itu berkata: "Aku adalah amalmu. Dulu amalmu buruk karena itulah mukaku buruk. Dulu amalmu busuk, karena itu bauku busuk."

Apakah kita nanti akan ditemani yang berwajah indah atau yang sangat buruk. Apakah kita termasuk wujuhun khasyi'ah (wajah yang ketakutan) atau wujuhun na'imah (wajah yang ceria gembira) sebagaimana firman Allah swt dalam Alquran: "Sudahkah datang padamu peristiwa yang menguncangkan? Wajah-wajah pada hari itu tunduk ketakutan. Terseok-seok kepayahan. Jatuh ke dalam api yang sangat panas. Diberi minum dari mata air yang mendidih. Bagi mereka tidak ada makanan selain duri. Wajah-wajah hari itu ceria gembira. Bahagia dengan hasil usahanya. Di sorga yang tinggi. Tak akan kaudengar di sana ucapan yang sia-sia. Di sana ada mata air yang mengalir." (QS. Al-Ghasiyah: 1-16)

Mereka yang dekat dengan wajah ketakutan karena selalu lalai dalam ibadah. Padahal di kesunyian malam ketika Tuhan yang Rahman menanti, namun mereka tertidur lelap laksana sebongkah bangkai. Mereka berpuasa, tapi lidahnya tetap saja memfitnah, mengunjing, tanganya terus saja digunakan untuk menzalimi sesama manusia dan melakukan kemaksiatan. Ketika mereka berbuka puasa tidak henti-hentinya memasukkan makanan dalam perut dari harta rampasan, dari keringat fakir miskin. Bagaimana mungkin kita mendapatkan wajah ceria kalau tangan kita berlumur dosa? Ali mengatakan: "Bekal mudik yang paling buruk adalah berbuat zalim kepada hamba Allah."

Akhirnya mari kita merenung bagi orang yang kita kasihi yang duluan "mudik" ke Rabbul`alamin, apakah kita sudah cukup bekal yang menyusul mereka ke kampung abadi. Marilah kita bermohon kepada Allah, agar kita tidak menghancurkan puasa kita dan ibadah lain pada Ramadhan lalu dengan melalaikan perintah Allah dan melanggar larangannya di bulan-bulan lain. Kiranya di bulan penuh fitrah ini kita benar-benar kembali fitrah seperti bayi yang baru dilahirkan tanpa noda dan dosa. Semoga!

* Dr. Tgk. H. Munawar A. Djalil, MA, Pegiat Dakwah/Alumni Ph.D Universitas Malaya. Email: gampatra@yahoo.com



DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tafakur - Akibat Maksiat

Oleh Jarjani Usman

"Maksiat mengurangi kenikmatan dan memperbanyak kecelakaan" (Ibnul Qayyim).

Terhadap benda-benda di dunia ini, boleh memandang besar-kecil atau berat ringannya, terutama untuk memudahkan dalam pengukurannya. Namun khusus untuk perbuatan maksiat, tidak demikian. Dilarang memandang kecil suatu maksiat, tapi pandanglah kepada siapa kita bermaksiat. Pasalnya, bila memandang kecil suatu maksiat, maka akan mudah mengabaikan akibat-akibat buruknya dan tak merasa banyaku berdosa bila melakukannya. Padahal maksiat banyak dampak buruknya.

Setiap maksiat, menurut Ibnul Qayyim, akan menimbulkan kerugian besar bagi manusia. Antara lain, maksiat bisa melemahkan hati dan membinasakan akal. Padahal hati dan akal merupakan dua kepunyaan manusia yang paling istimewa. Kata Rasul, bila hati manusia tidak baik, maka tidak baiklah seluruh tubuh. Demikian juga dengan akal, yang hanya diberikan kepada makhluk manusia. Betapa buruk kehidupan seseorang yang telah hilang akalnya.

Di samping itu, maksiat membuat manusia lalai mengingat Allah. Padahal Allah sudah menjamin, hati manusia akan menjadi tenang dan nikmat bila mengingatNya. Dengan demikian, kesusahan atau kegundahan akan selalu membalut pikiran manusia yang lupa kepada Allah.

Bukan hanya itu, maksiat juga menghilangkan rasa malu kepada Allah. Bila malu sudah hilang dari seseorang, ia akan melakukan perbuatan meskipun membuatnya terhina. Dan, maksiat membuat pelakunya menjadi tawanan setan. Siapapun yang tertawan, akan menuruti seruan setan. Dalam keadaan demikian, setiap hamba akan jauh dari kenikmatan dalam beribadah atau berbuat baik.



DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tafakur - Tidak Pernah Puas

Oleh Jarjani Usman

"Seandainya anak cucu Adam (manusia) telah memperoleh dua lembah berisi emas, niscaya ia masih menginginkan lembah emas yang ketiga" (HR Imam Ahmad).

Keinginan manusia tak bertepi. Saat belum pernah mendapatkan suatu jabatan biasa, misalnya, jabatan kecil pun rasanya cukup. Namun ketika mendapatkannya, rasanya kita puas bila mendapatkan jabatan yang lebih tinggi lagi. Ketika mendapatkan yang lebih tinggi lagi, kita rasanya puas bila mendapatkan yang lebih tinggi lagi. Demikian seterusnya. Begitulah kira-kira hawa nafsu kita manusia yang diisyaratkan dalam hadits di atas. Karena itu, penting hawa nafsu dikendalikan agar tidak menimbulkan celaka. Rasulullah SAW mengingatkan, "Cintamu terhadap sesuatu membuatmu buta dan tuli" (HR Ahmad).

Peringatan itu terbukti. Betapa banyak orang yang sudah terlalu cinta pada suatu jabatan, misalnya, kemudian menjadi tuli terhadap peringatan dan buta dalam melihat kenyataan. Ia menjadi tak peduli dengan kenyataannya dirinya bahwa kemampuan dirinya rendah untuk memangku jabatan tersebut. Tidak mau tahu juga terhadap akibat-akibat buruk yang akan timbul terhadap masyarakat banyak akibat rendahnya kemampuannya bila nanti menjabat.

Hanya satu yang bisa menghentikan keinginan manusia untuk meriah kepuasan. Yaitu, kematian. Nabi SAW mengingatkan, "Tidak akan pernah penuh perut anak Adam kecuali ditutup dalam tanah (mati)." Namun peringatan Rasulullah SAW ini tidak juga berguna, kecuali untuk orang-orang yang masih lapang hatinya.




DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Selasa, 14 Agustus 2012

Khutbah Idul Fitri - Dari Takbir ke Tasyakur

KHUTBAH IDUL FITRI

Çááå ÇßÈÑ - Çááå ÇßÈÑ - Çááå ÇßÈÑ. áÇ Çáå ÇáÇø Çááå - Çááå ÇßÈÑ¡ Çááå ÇßÈÑ æááå ÇáÍãÏ.
Çááå ÇßÈÑ ßÈíÑÇ - æÇáÍãÏ ááå ßËíÑÇ - æ ÓÈÍÇä Çááå ÈßÑÉ æÇÕíáÇ¡ áÇ Çáå ÇáÇø Çááå - Çááå ÇßÈÑ¡ Çááå ÇßÈÑ æááå ÇáÍãÏ.
áÇ Çáå ÇáÇø Çááå æÇÍÏå - ÕÏÞ æÚÏå - æäÕÑ ÚÈÏå - æÇÚÒøÌäÏå æåÒã ÇáÇÍÒÇÈ æÇÍÏå¡ áÇ Çáå ÇáÇø Çááå - æáÇ äÚÈÏ ÇáÇø ÇíøÇå¡ ãÎáÕíä áå ÇáÏøíä¡ æáæ ßÑå ÇáßÇÝÑæä¡ æáæ ßÑå ÇáãÔÑßæä¡ æáæ ßÑå ÇáãäÇÝÞæä¡ áÇ Çáå ÇáÇø Çááå - Çááå ÇßÈÑ - Çááå ÇßÈÑ æááå ÇáÍãÏ.

ÇáÍãÏ ááå ÇáøÐì áÇ Çáå ÇáÇø åæÇáÑøÍãä ÇáÑøÍíã Çáãáß ÇáÞÏøæÓ ÇáÓøáÇã ÇáãÄãä. ÇÔåÏ Çä áÇ Çáå ÇáÇø Çááå æ ÇÔåÏ Çäø ãÍãøÏÇ ÚÈÏå æÑÓæáå. Çááåãø Õáø Úáì ãÍãøÏ æÚáì Çá ãÍãøÏ. ßãÇ ÈÇÑßÊ Úáì ÇÈÑÇåíã æÚáì Çá ÇÈÑÇåíã ... Ýì ÇáÚÇáãíä Çäøß ÍãíÏ ãÌíÏ.

Çááå ÇßÈÑ- Çááå ÇßÈÑ- Çááå ÇßÈÑ æááå ÇáÍãÏ

Hadirin, jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah


KOMPONEN-KOMPONEN TASYAKUR

Allahu akbar! Wahai Allah Yang Menguasai alam semesta, Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan. Saksikanlah..., hari ini kami bersimpuh di hadapan keagungan-Mu. Allahu akbar. Engkau Maha besar. Tiada Tuhan kecuali engkau. Dengarlah puja dan sanjungan kami! Terimalah sembah dan pengabdian kami!

Hadirin dan hadirat
Dalam rangkaian ayat-ayat puasa, pada salah satu ayat-Nya Allah mengakhiri dengan perintah:

"Hendaklah kalian sempurnakan bilangan (puasamu), dan besarkanlah Allah atas petunjuk-Nya kepadamu, agar kalian bersyukur" (Q 2:185)

Dengan ayat ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa setelah selesai menjalankan ibadah puasa, kita harus membesarkan Allah dan bersyukur kepada-Nya. Ayat ini juga menegaskan bahwa dalam kehidupan Muslim kita berjalan dari takbir ke tasyakur. Dari membesarkan segala keagungan-Nya kepada ungkapan syukur atas segala karunia-Nya.

Takbir artinya membesarkan Allah, dan mengecilkan apa-apa selain Allah. Dalam ibadah shaum, takbir kita cerminkan dengan mengecilkan pengaruh hawa nafsu dan menghidupkan kebesaran Allah dalam hati. Ketika kita membaca al-Quran, kita mengecilkan seluruh pembicaraan manusia, dan hanya membesarkan Kalamullah. Ketika kita berdiri shalat malam di bulan Ramadhan, kita kecilkan seluruh urusan dunia ini, dan hanya membesarkan perintah Allah. Seluruh ibadah kita adalah takbir. Seluruh ibadah kita dimaksudkan untuk mengecilkan apa pun selain Allah yang Mahatinggi.

Setelah menyelesaikan seluruh ibadah ini, Allah masih juga memerintahkan kita untuk bertakbir. Mengapa? Bukankah dalam puasa kita sudah membesarkan Allah? Bukankah dalam tarawih dan tadarus kita sudah membesarkan Allah? Bukankah pada malam dan sebelum shalat Id kita sudah bertakbir? Mengapa kita masih harus bertakbir lagi, mengapa kita masih harus membesarkan Allah lagi?

Aidin aidat yang dirahmati Allah
Mari kita renungkan. Allah tahu, kita sering bertakbir dalam ibadah-ibadah kita, tetapi melupakan takbir di luar itu. Kita besarkan Allah di masjid, tetapi di luar masjid kita agungkan kekayaan, kekuasaan, kedudukan; kita besarkan hawa nafsu, kepentingan, dan pikiran kita. Di atas tikar sembahyang, di masjid, di mushala, di tempat-tempat ibadah, kita gemakan takbir. Di kantor, di pasar, di ladang, di tengah-tengah masyarakat, kita lupakan Allah -kita gantikan takbir dengan takabur, dengan keangkuhan dan kesombongan.

Ketika kita duduk di kantor, kita campakkan perintah-perintah Allah. Jabatan yang seharusnya kita gunakan untuk memakmurkan negara, melayani rakyat, membela yang lemah, menyantuni yang memerlukan pertolongan, kita manfaatkan untuk memperkaya diri. Kita bangga kalau kita mampu menyalahgunakan fasilitas kantor. Kita bangga kalau kita melihat rakyat yang harus kita layani merengek-rengek bersimpuh memohon belas kasihan kita. Kita bangga kalau -dengan sedikit kecerdikan- kita menumpuk keuntungan walaupun mengorbankan saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air. Di kantor, kita singkirkan takbir, dan kita suburkan takabur.

Ketika kita bekerja, berdagang, bertani, seakan-akan Allah tidak pernah hadir dalam hati kita. Kita lakukan cara apa pun, tanpa peduli halal dan haram, tanpa memperhatikan apakah tindakan kita menghancurkan hidup orang lain atau menyengsarakan banyak orang. Kita lupakan Firman Allah. Padahal ada larangan,

"Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil..." (Q 2:188)

Kita lupakan firman Allah itu. Kita bahkan merasa hebat bila kita mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya walaupun mencampakkan Firman Allah. Kita sudah menggantikan takbir dengan takabur.

Di tengah-tengah masyarakat, kita tidak lagi mendengar Firman Allah yang mengajarkan kejujuran, keikhlasan, kasih sayang, dan amal saleh. Sebaliknya, dengan setia kita mengikuti petunjuk iblis untuk melakukan penipuan, kemunafikan, kekerasan hati, dan penindasan. Allah yang kita besarkan dalam shalat dan doa, kita lupakan dalam kehidupan. Dalam puasa kita menahan diri untuk tidak memakan makanan dan minuman yang halal, tetapi kita berbuka dengan makanan dan minuman yang haram. Bibir kering karena kehausan, perut kempis karena menahan lapar, tetapi tangan-tangan kita kotor karena kemaksiatan.

Lagi, untuk kita renungkan. Karena di masjid kita bertakbir, tetapi di tengah-tengah masyarakat takabur. Kita sering melihat pertentangan (inkonsistensi) dalam perbuatan kita. Banyak orang yang khusyu shalatnya, khusyu pula dalam merampas hak orang lain. Banyak orang yang fasih dalam melafalkan al-Quran, dan fasih pula dalam memperdayakan orang lain. Banyak orang yang tidak putus puasanya, dan tidak putus pula kezalimannya.

Allahu akbar! Wahai Allah yang Mahabesar. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Ampuni kealpaan dan kekhilafan kami wahai yang Pengasih dan Penyayang. Beri kami kemampuan untuk menggemakan takbir dalam seluruh kehidupan kami. Allahu akbar walillahilham.

Para aidin dan aidat yang dirahmati Allah
Çááå ÇßÈÑ - Çááå ÇßÈÑ - Çááå ÇßÈÑ. áÇ Çáå ÇáÇø Çááå - Çááå ÇßÈÑ¡ Çááå ÇßÈÑ æááå ÇáÍãÏ

Setelah perintah takbir, kita disuruh bertasyakur. Takbir harus disusul dengan tasyakur. Sebagian ulama menyebutkan bahwa tasyakur terdiri atas tiga komponen.

Komponen tasyakur pertama, kesadaran akan nikmat Allah. Kita tahu bahwa kasih-sayang Allah jualah yang menyebabkan kita masih hidup sampai hari ini, masih sanggup berlebaran tahun ini, masih sanggup berkumpul beserta keluarga atau sahabat-sahabat kita. Kita tahu bahwa kasih sayang Allah jualah yang menyebabkan kita masih sanggup berpuasa, beribadah, bertakbir, dan menyampaikan syukur kita kepada-Nya hari ini.

Komponen tasyakur kedua, sikap kita akan nikmat Allah. Kita senang karena Allah senantiasa menolong kita pada saat-saat yang diperlukan. Hati kita penuh dengan rasa terima kasih kepada-Nya karena dia telah membawa kita kepada keadaan seperti sekarang ini.

Rasulullah saw bersabda:

áöíóÊøóÎöÐó ÇÍÏõßõã ÞáÈÇ ÔÇßÑðÇ æáÓÇäÇ ÐÇßÑðÇ æ ÒæÌÉð ãÄãäÉð Úáì ÇãÑ ÇáÇÎÑÉ.

"hendaklah kamu (berbahagia) bila mempunyai hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, dan istri (suami) mukmin yang membantumu dalam urusan akhirat." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Komponen tasyakur yang ketiga adalah amal. Amal diwujudkan dalam seluruh anggota badan kita. Bersyukur kata al-Ghazali, adalah:

"Menggunakan nikmat-nikmat Allah taala untuk menaati-Nya serta menjaga agar tidak menggunakan nikmat-nikmat-Nya itu untuk maksiat kepada-Nya." (al-Ihya, 4:72)

Dengan demikian, tasyakur yang benar ialah bila kita masukkan takbir dalam menggunakan nikmat-nikmat Allah. Kita gunakan hidup kita untuk membesarkan asma-Nya, menjunjung tinggi syariat-Nya, menghidupkan agama-Nya, dan menyayangi hamba-hamba-Nya. Kita gunakan nikmat kekuasaan, kekayaan, dan pengetahuan, untuk sebesar-besarnya mewujudkan kehendak Allah di bumi.

Allah mengajarkan cara tasyakur amal ini,

Wa ammaa bini'mati rabbika fahaddits, dan nikmat Tuhanmu, kabarkanlah (93:11).

Arti mengabarkan nikmat ialah menyebarkan nikmat yang kita peroleh kepada orang lain. Kita bagikan kebahagiaan kita kepada orang lain. Makin banyak orang ikut merasakan nikmat yang kita peroleh, makin bersyukurlah kita. Anda menjadi orang kaya yang paling bersyukur bila kekayaan anda dapat dinikmati oleh orang banyak. Kelebihan rezeki yang anda peroleh tidak anda gunakan untuk kepentingan diri sendiri. Anda serahkan sebagian rizki anda untuk menolong pasien yang tidak sanggup membayar biaya rumah sakit, memberikan bantuan kepada anak didik yang tidak mampu, atau meringankan penderitaan orang miskin. Dengan ini, anda telah menyebarkan nikmat kepada orang lain. Inilah tasyakur dalam amal.

Jika anda orang yang berilmu, anda bertasyakur jika anda sebarkan ilmu anda sehingga orang memperoleh manfaat dari pengetahuan yang anda miliki. Anda gunakan ilmu anda untuk memberi petunjuk kepada orang yang bingung, hiburan kepada orang yang menderita, pengetahuan kepada orang yang bodoh. Anda telah menyebarkan nikmat. Anda telah melakukan tasyakur.

Jika anda orang yang berkuasa, anda bertasyakur bila anda menggunakan kekuasaan untuk melindungi yang lemah, menolak yang zalim, membasmi yang batil, menegakkan keadilan dan kebenaran, sehingga ketika anda meninggal, karya-karya Anda akan menjadi pahala yang terus mengalir.

Jika anda orang yang mempunyai kelebihan tenaga, anda bertasakur bila anda gunakan tenaga anda untuk mendatangkan manfaat bagi orang lain. Yang takabur ialah orang yang selalu memanfaatkan orang lain buat dirinya. Yang tasyakur ialah orang yang berusaha bermanfaat bagi sesamanya.

Rasulullah saw bersabda:

ÇóÍóÈøõ ÇúáÚöÈóÇÏö Çáì Çááåö ÊÚÇáì ÇóäúÝóÚõ ÇáäøóÇÓö áöáäøóÇÓ æó ÇÝÖáõ ÇáÇÚãÇáö ÇöÏúÎÇáõ ÇáÓøÑæÑö Úáì ÞáÈö ÇáãÄãäö íóØúÑõÏõ Úäå ÌæÚðÇ Çæ íóßÔöÝõ Úäå ßõÑúÈðÇ Çæ íóÞúÖöì áóåõ ÏóíúäðÇ

"Manusia yang paling dicintai Allah ialah manusia yang palig bermanfaat bagi manusia yang lain. Amal yang paling utama ialah memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang yang beriman, mengenyangkan yang lapar, melepaskan kesulitan, atau membayarkan hutang." (HR. Ibnu hajar al-Asqalani dalam nashaiul ibad: 4)

hadirin-hadirat yang dirahmati Allah
Al-Quran dimulai dengan nama Allah -bismillah- dan diakhiri dengan nama manusia -annas. Shalat dimulai dengan takbiratul ihram -penghormatan kepada Allah- dan diakhiri dengan assalaamualaikum -penghormatan kepada manusia. Puasa dimulai dengan menahan makan, dan diakhiri dengan memberikan makanan kepada orang lain. Bukankah itu semua menunjukkan bahwa amal seorang Muslim selalu dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan tasaykur -dimulai dengan membesarkan Allah, dan diakhiri dengan mendatangkan manfaat kepada sesama manusia.

Barakallah ...., Bhayangkara Baru, Ramadhan 1433 H

DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Khutbah Jumat - BERSEGERA AMAL

"Dan bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa" (QS. Ali Imran: 133).

Alhamdulillah, sampai hari ke-21 bulan Ramadhan ini, Allah masih memberikan nikmat sehat lahir dan batin kepada kita. Semoga dengan segala nikmat itu, kita bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, sehingga di penghujung Ramadhan kita termasuk ke dalam golongan muttaqin, orang-orang yang bertakwa.

Alkisah, seorang sahabat sangat menyukai permainannya. Permainan itu sangat mengasyikkan. Karena asyik, tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Siang begitu cepat berganti malam, malam pun berputar menuju siang, hingga hari demi ia isi dengan permainan itu.

Menyadari permainannya menyia-nyiakan umur, suatu hari sang sahabat berjanji akan meninggalkan permainan itu kalau sudah pergi Haji. Namun ternyata takdir berkata lain. Suatu hari, ia meninggal dunia sebelum melaksanakan ibadah Haji yang ia niatkan itu, tepat sebelum sempat meninggalkan permainan sia-sia itu.

Kisah seorang sahabat itu cermin berharga untuk kita. Ada pelajaran bahwa kita tidak boleh menunda-nunda dalam beramal atau melakukan kebaikan. Termasuk meninggalkan perkara yang tidak berguna juga merupakan suatu kebaikan dan -seperti yang diisyaratkan Quran, merupakan tanda dari orang-orang yang beriman.

Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa di antara ciri orang mukmin ialah meninggalkan yang tak bermanfaat. Tentunya dengan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, akan menyisakan umur lebih banyak untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Apalagi umur akan dimintakan pertanggungjawaban, sebagaimana sabda Nabi: "Tidak akan bergerak kaki seseorang pada hari kiamat sehingga ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan..." (HR. Tirmidzi).

Kalau diperhatikan, semua peringatan itu berusaha menggiring kita agar menjadi baik, sebelum umur untuk hidup di dunia ini habis. Dalam suatu hadits, seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, "Wahai Rasul, manusia yang bagaimana yang paling baik?" Rasulullah saw menjawab, "Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya." Kemudian orang itu bertanya lagi, "Wahai Rasul, manusia yang bagaimanakah yang paling jelek?" Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang panjang umurnya namun buruk amalnya" (HR. Ahmad).

Semoga di sepuluh hari bulan penuh kemuliaan ini Allah membimbing kita sehingga kita dapat mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah dan semoga kita dapat meraih lailatul qadar, suatu malam, yang nilai ibadah pada malam itu sebanding dengan ibadah selama seribu bulan. Amin ya Robbal alamiin.

Barakallah ..., Bhayangkara, 10 Agustus 2012

DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Khutbah Idul Fitri - MEMAAFKAN DAN MENDOAKAN ORANG-ORANG TERDEKAT KITA

Hadirin-hadirat yang berbahagia.
Ketika fajar menyingsing pada dini hari Idhul Fitri, kita mendengar bukan hanya gemuruh suara takbir yang membesarkan Allah. Jauh dalam lubuk hati, kita mendengar gemuruh perasaan yang mengharu-biru, gemuruh suara kepedihan dan kegembiraan, gemuruh tangis dan tawa.

Kita menangis karena mengenang Ramadhan yang tiba-tiba meninggalkan kita. Kita tertawa karena tiba pada hari bersyukur, yang mengantarkan kita pada curahan kasih sayang Allah, yang tidak ada batasnya, tidak ada hingganya dan tidak ada henti-hentinya.

Baru saja kita meninggalkan rumah kita dengan iringan takbir. Baru saja kita melanjutkan takbir di mesjid ini. Baru saja kita bersama-sama mengangkat tangan berulang kali mengucapkan Allahu Akbar. Baru saja kita meratakan dahi kita diatas sajadah sambil mengumamkan Subhana Rabbiyal 'Ala wa bi hamdih. Sekarang kita duduk bersimpuh di bumi Allah yang Mahabesar.

Hadirin-hadirat yang berbahagia.
Perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, marilah kita kosongkan pikiran kita sejenak. Marilah kita ingat orang-orang yang kita cintai dalam hidup ini. Kenanglah ayah-ibu kita, kakek-nenek, suami-istri, kakak-adik, tetangga, kekasih, atau siapa pun mereka yang pada hari ini tidak dapat berbagi bahagia bersama.

Ada diantara mereka yang sekarang lagi diperantauan, lagi terbaring sakit atau ada yang sudah dipanggil Allah untuk menghadapnya.
Kemanakah ayah atau ibu yang pada lebaran lalu memeluk dan menyambut uluran tangan kita dengan kasih sayangnya? Kemanakah kakek atau nenek, yang pada lebaran lalu masih mencium kita? Kemanakah suami ibu atau istri bapak yang pada lebaran lalu masih bersama-sama dengan keluarga? Kemanakah kakak atau adik kita yang pada lebaran lalu gelak tertawa berbagi bahagia bersama kita? Kemanakah, tetangga, kekasih, sahabat yang lebaran lalu masih sempat menyalami kita, mengucapkan selamat hari raya idhul fitri.

Ya Allah hari ini mereka tidak dapat berlebaran bersama kami, tidak bisa kami ulurkan tangan kami untuk meminta maaf atas dosa-dosa kami kepada mereka. Tidak bisa kami undang mereka untuk berkumpul di rumah kami. Tetapi kami mohon Ya Allah masukkanlah rasa bahagai kepada mereka. Harumkanlah kuburan mereka dengan wewangian doa-doa kami. Ringankan beban yang menimpa mereka di alam kubur.

Hadirin-hadirat yang berbahagia.
Ada doa-doa yang sangat menyentuh dan dianjurkan dibaca pada malam-malam ramadhan. Ramadhan sudah berlalu, tapi berguna bagi kita merenungkan kembali doa itu.

"Tuhan-ku, para pengemis tengah berhenti di pintu-Mu. Orang-orang fakir tengah berlindung di hadapan-Mu. Perahu orang-orang miskin tengah berlabuh pada tepian lautan kemurahan dan keluasan-Mu, berharap dapat singgah di halaman kasih dan anugerah-Mu."

"Tuhan-ku, jika di bulan yang mulia ini, Engkau hanya menyayangi orang yang menjalankan puasa dan shalat malam, maka siapa lagi yang akan menyayangi pendosa yang kurang beribadah, yang tenggelam dalam lautan dosa dan kemaksiatan."

"Tuhan-ku jika Engkau hanya mengasihi orang-orang yang taat, maka siapa lagi yang akan mengasihi orang yang durhaka. Sekiranya Engkau hanya akan menerima orang-orang yang banyak amalnya saja, maka siapa lagi yang akan menerima orang sedikit amalnya."

"Ilahi beruntunglah orang-orang yang berpuasa. Berbahagialah orang-orang yang shalat malam. Selamat sejahteralah orang-orang yang ikhlas. Sedangkan kami hanyalah hamba-hamba-Mu yang berlumuran dosa. Sayangilah kami dengan kasih sayang-Mu. Bebaskan kami dari api neraka dengan maaf Mu. Ampuni dosa-dosa kami dengan kasih-Mu, wahai yang paling Pengasih dari segala yang mengasihi."
Hadirin-hadirat yang berbahagia.
Doa di atas menunjukan bukan hanya kerendahan hati pendoa, tetapi juga pengakuan pendosa. Kita merasakan segala kelemahan diri kita dan menggantungkan segala amal kita kepada kasih sayang Dia.
Memang, kita telah berusaha mengisi Ramadhan dengan amal-amal kita. Tetapi, kita tahu, banyak sekali kekurangan kita. Kemalasan kita lebih banyak dari ketaatan kita. Kealpaan kita lebih besar dari zikir kita. Lidah-lidah kita lebih banyak bergunjing, memaki, atau mengeluarkan kata-kata yang tidak patut ketimbang membaca Al-Quran atau menyebut asma Allah. Seluruh anggota badan kita lebih cepat memenuhi perintah hawa nafsu daripada menjemput panggilan Tuhan.
Apa akibat dari semuanya ini? Kita terus menerus dirundung musibah. Kegelisahan lama bersambung dengan kegelisahan baru. Kecemasan bertambah setiap hari. Kita kejar kebahagian tapi kita sering menemukan penderitaan. Kita tidak pernah tenang. Allah Swt berfirman:
Tidaklah menimpa kalian musibah kecuali karena perbuatan tangan-tangan kalian juga. Tetapi Allah mengampuni banyak sekali ( QS. Al-Syura; 30).
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, "Tidaklah urat terkilir, batu tergelincir, tongkat tertusuk, kecuali karena dosa. Dan apa yang diampuni Allah sungguh banyak. Barang siapa yang Allah dahulukan siksanya atas dosa-dosanya di dunia ini, maka sesungguhnya Allah terlalu mulia dan terlalu agung untuk mengulangi siksanya lagi pada hari akhirat." ( Ushul Al-Kafi, 2:445)
Jadi apa pun yang menimpa kita berasal dari dosa-dosa yang kita lakukan. Tubuh yang sakit, rezeki yang sempit, musuh yang menyerang, bencana yang menimpa, hati yang terluka, semuanya adalah akibat dosa. Tetapi Allah yang Maha Pengasih tidak selalu menghukum dosa-dosa kita.
Dengan sabar Dia membiarkan kita dan menunggu kita untuk kembali pada-Nya. Allah selalu menanti hamba-hamba-Nya yang mau melabuhkan perahunya pada kasih sayang-Nya.
Allah berfirman; Sekiranya Allah menyiksa manusia karena apa yang mereka lakukan, tentu tidak akan tinggal dipunggung bumi ini satu makhluk pun (yang hidup); tetapi Allah menangguhkan mereka sampai ke waktu yang ditentukan. Maka apabila datang waktunya maka sesungguhnya Allah selalu mengawasi hamba-hamba-Nya (QS. Al Fatir; 45).
Allah Swt masih memberikan tempo kepada kita untuk bertaubat. Mari bersihkan dosa-dosa kita dengan meninggalkan dosa-dosa itu sekarang juga. Datanglah kepada Allah dengan penuh penyesalan. Akui segala kesalahan dan kemaksiatan kita. Segera setelah Dia yang maha kasih menerima taubat kita, semua akibat buruk dosa itu akan dihapuskan. Bukan itu saja Allah juga akan mengganti seluruh keburukan kita dengan kebaikan. Allah akan mengganti ketakutan kita dengan rasa damai, kefakiran kita dengan kecukupan, kebodohan dengan pengetahuan, kesesatan dengan petujuk. Allah Swt berfirman:
Kecuali orang yang bertaubat dan beramal shalih, maka mereka akan Allah gantikan keburukannya dengan kebaikan. Adalah Allah maha Pengampun dan maha Penyanyang. ( Al-Furqan; 70)
Hadirin hadirat yang berbahagia.
Dengarkanlah juga bagaimana Allah yang maha Pengasih memanggil hamba-hamba-Nya yang berdoa dengan sapaan yang sangat mesra. Ya 'Ibadi. Hai hamba-hambaku, "
Katakanlah; Hai hamba-hambaku yang telah melewati batas dalam berbuat dosa. Janganlah kalian berputus asa dari kasih sayang Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa seluruhnya. Seungguhnya Dia maha Pengampun dan maha Penyanyang. Kembalilah kalian kepada Tuhanmu, berserah dirilah kepada-Nya, sebelum datang kepada kalian azab kemudian kalian tidak lagi dapat membela diri (QS Al-Zumar; 53-54)
Siapakah yang dipanggil Allah dalam ayat ini?
Allah tidak memanggil; Ya 'Ibadiyalladzina aqamush shalat- "Wahai hamba-hambaku yang mendirikan shalat" atau Ya 'Ibadiyalladzina 'amilush shalihat- wahai hamba-hambaku yang melakukan amal shaleh".
Yang dipanggil Allah untuk kembali kepangkuan-Nya adalah Ya 'Ibadiyalladzina asrafu 'ala anfusihim- wahai hamba-hamba-Ku yang sudah melewati batas'. Yang dipanggil Allah adalah kita semua, yang sudah menghabiskan usia kita dalam kemaksiatan. Yang disapa Allah adalah dengan penuh kasih adalah kita semua, yang sudah membebani punggung kita dengan kedurhakaan. Yang dipinta Allah tidak banyak. Janganlah berputus asa. Dosa-dosa kalian besar, tetapi lebih besar lagi ampunan Allah. Kalian tidak layak menggapai kasih sayang Allah, tetapi kasih sayang Allah sangat layak untuk mencapai kalian karena kasih sayang Tuhan meliputi langit dan bumi.
Hadirin hadirat yang berbahagia
Rasulullah Saw bersabda; " Ada tiga dosa yang akan disegerakan siksanya di dunia ini juga tidak akan ditangguhkan pada hari akhirat; durhaka kepada orang tua, berbuat zalim kepada manusia, dan tidak berterimakasih kepada kebaikan orang lain."
Jika kita merasa kurang berkhidmat kepada orang tua, jika kita selama ini mengabaikan mereka, jika kita tidak segan-segan menyakiti hati mereka, segeralah datang kepada keduanya. Cium tangan mereka, dan basahi tangan yang pernah menimang kita dengan air matanya, mintakan maaf atas kekurangan pengkhidmatan kita kepada mereka.
Jika diantara keduanya sudah meninggalkan dunia, kirimkan doa yang tulus kepada mereka. Antarkan doa itu dengan amal salih dan hadiahkan amal shalih itu kepada mereka. Ziarahilah kuburan mereka. Lalu bertaubatlah kepada Allah. Mohonkan Rahmat-Nya agar Dia tidak menurunkan azab-Nya kepada kita. Mohonkan kepada Allah agar Dia mengasihi kedua orang tua kita sebagaimana mereka mengasihi kita diwaktu kecil.
Marilah di tempat ini kita bacakan doa untuk mereka; Ya Allah balaslah kebaikan mereka karena telah mendidik kami. Berikanlah ganjaran kepada mereka karena telah memuliakan kami. Jagalah mereka sebagaimana mereka telah memelihara kami pada masa kecil kami.
Ya Allah, untuk setiap derita yang menimpa mereka karena kami, untuk setiap hal yang tidak enak mengenai mereka karena kami, untuk setiap hak mereka yang kami abaikan, jadikanlah itu semua sebagia penghapus terhadap dosa-dosa mereka, ketinggian dalam derajat mereka, kelebihan dalam kebaikan mereka.
Hadirin hadirat yang berbahagia
Jika kita pernah merampas hak orang lain atau menggunjing dan memfitnah mereka atau memeras tenaga mereka untuk keuntungan kita sendiri, atau menyakiti hati mereka dengan penghinaan atau makian, atau mendengki mereka dan berusaha menjatuhkan kehormatan mereka dengan tuduhan keji, atau menyiksa mereka dengan lisan atau tindakan, atau kita mengabaikan mereka ketika mereka meminta pertolongan, atau tidak memaafkan mereka ketika mereka meminta maaf, kita sesungguhnya telah berbuat zalim kepada mereka.
Allah Swt berfirman: Dan orang-orang yang menyakiti mukminin dan mukminat bukan karena apa yang mereka lakukan, sungguh mereka telah memikul fitnah besar dan dosa yang nyata ( Al-Ahzab 58).
Kita telah mengundang azab Allah. Kembalikanlah segala hak mereka yang telah kita rampas. Muliakanlah kehormatan mereka yang telah kita rendahkan. Berbuat baiklah kepada mereka setelah kita berbuat jahat kepada mereka. Mintalah maaf dengan tulus. Jika mereka sudah meninggal dunia, ucapkan doa buat mereka. Hadiahkan amal shaleh kepada mereka. Lalu bertaubatlah kepada Allah. Mohonkan Rahmat-Nya agar Dia tidak menurunkan azabnya kepada kita.
Jika kita pernah menerima kebaikan dari makhluk Allah, yang lewat mereka Allah mengalirkan nikmatnya kepada kita, lalu kita tidak membalas kebaikan itu dengan kebaikan, atau kita tidak sedikitpun menampakkan terima kasih kita kepada mereka, kita telah mengundang azab Allah.
Mereka yang berbuat baik kepada kita tidak terhitung jumlahnya.
Di situ ada orangtua yang membesarkan kita, guru yang mengajarkan ilmu kepada kita, kawan yang menolong kita, istri atau suami yang berkhidmat kepada kita, pegawai yang melaksanakan perintah kita, atau orang-orang kecil yang secara tidak langsung membesarkan kita. Berbuat baiklah kepada mereka sekarang juga. Ungkapkan terimakasih kita kepada mereka, paling tidak dengan penghormatan yang kita berikan kepada mereka. Berbuat baiklah kita kepada mereka setelah kita berbuat jahat kepada mereka. Mintakan maaf yang tulus. Sebutkan nama-nama mereka dalam doa-doa kita. Jika mereka sudah meninggal dunia, hadiahkan amal shaleh kita kepada mereka. Lalu bertaubatlah kepada Allah. Mohonkan rahmat-Nya agar Dia tidak menurunkan azab-Nya kepada kita, karena kita tidak berterimakasih kepada orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita.
Hadirin-hadirat yang berbahagia
Mari kita isi sisa hidup kita di dunia ini dengan sedapat mungkin meninggalkan upaya untuk menyakiti hati orang lain. Tinggalkanlah gerakan-gerakan lidah yang mempergunjingkan dan menjatuhkan kehormatan orang lain. Hindarkanlah segala perbuatan tangan dan kaki kita dari berbuat sesuatu yang dapat menganiaya mereka. Karena kezaliman yang kita lakukan akan menghapus seluruh amal shalih kita. Marilah kita mulai hidup kita ini sekarang dengan berusaha untuk membahagiakan orang lain, membahagiakan orang-orang di sekitar kita. Maafkanlah segala kesalahan yang pernah mereka lakukan.

Setelah shalat Id nanti, berkunjunglah kita kekuburan, kita ziarahi kuburan orang-orang terdekat kita atau kepada orang-orang yang pernah kita sakiti. Merenunglah di sana, di atas pusara ayah-ibu, kakek-nenek, atau orang-orang yang kita cintai. Kenanglah bahwa kita juga akan berbaring di bawah tanah, seperti mereka dibungkus dengan kain kafan, tergolek seperti seonggok tubuh yang tak berguna dan terlupakan. Tengoklah ke kiri dan ke kanan. Bukankah lebaran lalu mereka masih bersama kita, ikut pergi ke mesjid ini, ikut menggemakan takbir disamping kita? Tetapi hari ini Allah memanggil mereka terlebih dahulu. Kirimkanlah doa yang tulus kepada mereka. Mohonkan kepada Allah supaya Dia memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka. Kita juga tidak tahu, mungkin saja setelah shalat Id nanti atau besok kita yang akan dipanggil Allah untuk menghadap-Nya. Kita juga akan diantarkan oleh kaum kerabat kita kekuburan. Untuk itu mulai saat ini marilah kita mengingat akan kematian, dengan selalu meninggalkan apa yang dilarang Allah dan melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya, serta dengan selalu membahagiakan hamba-hamba Allah dimuka bumi ini. Amin Ya Rabbil 'Alamin.

DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.