Kamis, 14 Maret 2013

Nama-nama Properti Rasulullah

Salah satu kebiasaan Rasulullah saw. adalah memberi nama terhadap properti (barang-barang) yang dimilikinya. Berikut ini adalah nama-nama properti tersebut.

Nama gelasnya adalah ar-Rayyan

Nama mangkoknya adalah al-Gharra'

Nama tekonya adalah as-Shadir

Nama tikarnya adalah al-Kazz

Nama guntingnya adalah al-Jami'

Nama cerminnya adalah al-Mudillah

Beliau memiliki sebuah kotak untuk menyimpan cermin, sisir, gunting, dan siwak.

Nama tongkatnya adalah al-Mamsyuq

Nama tongkatnya yang ujungnya besi adalah an-Namir

Nama kudanya yang berwarna hitam adalah as-Sakb

Nama kudanya yang berambut pirang adalah al-Murtajiz

Nama kudanya yang lain adalah al-Lahif, az-Zharb, dan al-Lizaz

Nama pelana-kudanya adalah adalah ar-Rajj

Nama unta (betina)-nya adalah al-Qashwa atau disebut pula al-Adhba'

Nama baghal-nya adalah Duldul

Nama keledainya adalah Ya'fur

Nama kambing yang sering diminum susunya adalah Ghaytsah

Nama kemahnya adalah al-Kinn

Nama bendera yang dipakai untuk berperang adalah al-Uqab. Kadangkala beliau menggunakan bendera berwarna hitam, kuning, atau putih yang di dalamnya ada garis-garis hitam.

Nama pedang yang sering dipakai berperang adalah Dzul Fiqar. Gagangnya, alasnya, dan anting-pedang Dzul Fiqar dihias dengan perak. Selain Dzul Fiqar, beliau juga punya pedang-pedang lainnya.

Nama tabung panahnya adalah al-Kafur atau Dzul Jum'

Nama busur panahnya adalah Dzus Sadad

Nama perisainya adalah al-Dzafn

Nama baju perangnya yang dilapisi tembaga adalah Dzat al-Fudhul

Nama tembok (benteng pertahanan)-nya adalah an-Nab'a'

Nama budak perempuannya adalah Khadhirah.


http://bangaziem.wordpress.com/page/5/

Panah Beracun

Salah satu  nikmat Allah swt. yang besar manfaatnya adalah nikmat melihat. Oleh karena itu, nikmat tersebut harus digunakan di jalan ketaatan. Sebagai bentuk syukur atas nikmat penglihatan, Allah swt. memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan dari melihat hal-hal yang tidak baik, sebagaimana firman-Nya,

'Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya, karena yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakan juga kepada wanita yang beriman agar mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya…' (Q.s. an-Nur/24: 30-31)

Menurut Ibnu Katsir, 'Dengan ayat ini Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar menundukkan pandangan mereka dari segala sesuatu yang diharamkan (untuk dilihat). Oleh karena itu, jangan melihat sesuatu kecuali yang dibolehkan. Jika pandangan seseorang beradu dengan sesuatu yang haram tanpa bermaksud melihatnya, maka hendaknya ia mengalihkan pandangannya dengan segera'.

Yang dimaksud menundukkan pandangan adalah 'menjaga pandangan agar tidak liar'. Rasulullah saw. bersabda,

'Pandangan adalah panah yang beracun, yang merupakan salah satu panahnya Iblis'. (Hadits, riwayat Ahmad dan al-Hakim)

Baca lagi sabda Rasul saw. di atas. Perhatikan, bahwa beliau saw. mengumpamakan pandangan dengan panah yang beracun. Sekarang, bayangkan sebuah panah beracun keluar dari busurnya, kemudian tepat menikam jantung Anda. Apa yang terjadi? Tidak lama kemudian Anda pun mati. Ya, Anda mati karena tikaman racunnya!

Racunnya bukan hanya itu. Rasulullah saw. juga bersabda,

 'Seorang wanita (istri) tidak boleh melihat wanita lain untuk menggambarkan wanita tersebut kepada suaminya, sehingga seakan-akan suaminya sedang melihat wanita tersebut'. (Hadits, riwayat Bukhari)

Mengapa Rasulullah saw. melarang seorang istri menggambarkan wanita lain kepada suaminya? Supaya suami tidak tergerak syahwatnya dan berhasrat kepada wanita tersebut, seakan-akan ia sedang langsung melihat sendiri wanita tersebut!

Kita dapat menganalogikan larangan memandang lawan jenis dengan larangan Allah swt. kepada Adam dan Hawa alayhimas salam untuk makan buah yang terlarang di surga. Allah swt. tidak mengatakan, 'Jangan kalian makan buah ini', melainkan 'Jangan kalian dekati pohon ini'. Artinya, mendekati saja dilarang, apalagi memakannya!

Betapa halusnya ucapan Rasulullah saw. ketika ia  bersabda, 'Allah menetapkan larangan-larangan, oleh karena itu jangan kalian dekati. Barangsiapa bermain-main di sekitar larangan-larangan itu, aku kuatir ia akan terperosok ke dalamnya'. (Hadits, riwayat Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah).

Sekali Anda memandang yang haram, maka hati Anda menjadi goyah dan iman menjadi lemah. Sekali Anda memandang yang haram, maka Anda akan didera penderitaan yang panjang, karena hati Anda kini dijerat syahwat membara. Sekali Anda memandang yang haram, Iblis siap mengantar Anda menuju pintu-pintu kemaksiatan.

Na'udzu billah…

Mendintai Rasulullah

Rasulullah saw. memiliki seorang mawla yang bernama Tsawban. Mawla artinya budak yang telah dibebaskan. Tsawban begitu mencintai Rasulullah, sampai-sampai ia tidak bisa menahan gejolak rindunya.

Setelah sekian lama berpisah dengan Rasulullah, Tsawban mendatangi Rasulullah. Kini ia berubah: wajahnya pucat, murung, dan badannya kurus. 

Melihat penampilan Tsawban yang berubah drastis, Rasulullah menanyakan apa gerangan yang terjadi dengan dirinya. 

Masya Allah, dengarlah jawaban Tsawban. 

Kata Tsawban, 'Aku tidak sakit, wahai Rasulullah. Hanya saja, jika aku tidak melihat wajahmu beberapa saat saja, maka aku begitu merasa kesepian dan rindu ingin segera berjumpa denganmu. Lalu, aku berpikir di akhirat nanti aku tidak akan mungkin lagi melihatmu, karena kalaupun aku masuk surga, toh engkau pasti berada di tempat para Nabi. Ujung-ujungnya aku pun tidak pernah lagi berjumpa denganmu'. 

Tidak lama setelah Rasulullah saw. mendengar perkataan Tsawban, turunlah wahyu,

'Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan bersama orang-orang yang Allah berikan nikmat, yaitu berada di golongan para Nabi, orang-orang yang tulus (shiddiq), para syuhada, dan orang-orang shalih' (Q.s. an-Nisa', ayat 69).

Begitulah.

Rasulullah saw. adalah figur yang paling pantas kita cintai dan idolakan. Jika kita mengidolakan orang lain, maka suatu saat kita akan kecewa. Jika kita mengidolakan artis, selebritis, politisi, atau lainnya, suatu saat kita akan kecewa karena perilaku mereka tidak sesuai harapan kita. Orang-orang semacam ini memang tidak pantas kita idolakan.

Cintailah Rasulullah, niscaya kita akan kembali berkumpul bersamanya. 

Ya Allah, jadikan kami salah satu orang yang Kau kumpulkan bersama para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin… 

Jangan Kuatirkan Rezekimu

Menurut riset, sebagian besar waktu manusia tersita dengan persoalan harta. Sejak bangun tidur sampai menjelang tidur, manusia selalu mempersoalkan harta. Bahkan, mimpinya pun kerap dihiasi persoalan harta. Tak heran, hatinya gelisah manakala ia tidak berharta dan berlaku angkuh manakala ia berpunya. Padahal, kaya belum tentu mulia dan miskin belum tentu terhina, sebagaimana yang pernah saya tulis sebelumnya.

Saya hanya ingin berkisah kepada Anda.

Abu Manshur as-Samarqandi berkata, 'Imam yang zuhud, Abu Abdullah, ingin meyakinkan dirinya tentang sebab-sebab mendapat rizki. Maka, ia pun mendaki gunung dan masuk ke sebuah gua. Ia bergumam sendiri, 'Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku, bagaimana Engkau memberikan rizki kepadaku'. Tiba-tiba hujan lebat mengguyur dan menyebabkan jalan-jalan di gunung tidak terlihat. Namun, orang-orang lain yang ada di sekitar gunung itu pun menemukan gua tersebut. Mereka masuk ke gua itu dan melihat Abu Abdullah sedang meringkuk di dalamnya.

Mereka mengajaknya berbicara, namun ia tidak menyahut sepatah kata pun, sepertinya ia tidak menghiraukan pertanyaan mereka. Mereka berkata, 'Mungkin orang ini kedinginan, sehingga ia tidak bisa berbicara'. Kemudian, mereka menyalakan api di mulut gua hingga hawa panasnya merasuk ke dalam gua. Mereka mengajak Abu Abdullah berbicara, namun tetap saja ia diam seribu bahasa. Mereka berkata lagi, 'Mungkin orang ini telah lama tidak makan apapun. Karena itu, ia butuh makanan ringan yang panas, sehingga pencernaannya kembali normal'.

Lalu mereka memasakkan sesuatu untuk Abu Abdullah dan menyuguhkan makanan itu kepadanya. Namun, ia tetap tidak bergeming. Mereka berkata lagi, 'Mungkin gigi-giginya telah rapat'. Lalu, dua orang dari mereka berdiri dan mengambil dua buah pisau untuk membuka mulutnya dan memasukkan makanan ke dalamnya.

Tiba-tiba, Abu Abdullah tertawa. Mereka pun heran dan berkata, 'Kamu gila ya?'. Ia menjawab, 'Tidak, saya bukan orang gila. Hanya saja, saya sedang membuktikan bahwa Tuhanku akan memberikan rizki kepadaku, ternyata benar. Tuhan telah memberikan rizki kepadaku dan akan memberikan rizki kepada semua hamba-Nya, di manapun mereka berada'.

Hatim al-Asham rahimahullah pernah ditanya, 'Apa yang membuatmu kukuh dengan tawakal?'. Ia menjawab, 'Ada empat hal yang membuatku selalu tawakal. Pertama, saya mengetahui bahwa rizkiku tidak akan dimakan orang lain, karena itu jiwaku tenang. Kedua, saya mengetahui bahwa pekerjaanku tidak akan dapat dilakukan oleh orang lain, karena itu saya sibuk dengan pekerjaanku. Ketiga, saya mengetahui bahwa kematian datang secara tiba-tiba, karena itu saya harus menyiapkan bekalnya. Keempat, saya mengetahui bahwa saya tidak akan luput dari pengawasan Allah di mana pun saya berada, karena itu saya merasa malu kepada-Nya'.

Ibnu Athaillah as-Sukandari dalam al-Hikam berkata, 'Salah satu tanda akan suksesnya seseorang dalam akhir perjuangannya adalah menyerah pada Allah sejak awal perjuangannya'.

Anda masih tidak percaya bahwa Allah adalah ar-Razaq, Sang Pemberi Rizki? Lihatlah bagian atas uang dollar. Di situ tertulis, 'In God We Trust', yang artinya 'Hanya Kepada Tuhan Kita Percaya'. Jadi, buat pemburu dollar (harta), percayalah bahwa Allah yang mengatur rizki. Biarlah Allah yang mengatur hidup kita. Jangan kita mengatur Diri-Nya.

Sunah-sunah Yang Mulai Ditinggalkan

Pertama, me-ruqyah diri sendiri dan keluarga

Menurut Aisyah, 'Rasulullah meniupkan badannya dengan bacaan al-muawwidzat (surat al-Falaq dan surat an-Nas) di saat sakit yang membawanya kepada kematian. Ketika sakitnya makin parah, aku sendiri yang meniupkan ke tubuhnya dengan bacaan tersebut, dan aku mengusapkan badannya dengan tangan beliau sendiri untuk mendapatkan keberkahan' (Hadits, riwayat Bukhari)

Kedua, berdoa ketika memakai pakaian baru

Menurut Said al-Khudri, 'Jika Rasulullah mendapatkan pakaian baru, maka beliau memberi nama terhadap pakaian tersebut, apakah pakaian itu berupa 'imamah (sorban yang melilit di kepala), baju, atau selendang. Lalu beliau berkata, 'Ya Allah, segala puji untuk-Mu. Engkau-lah yang memakaikan aku dengan pakaian ini. Aku memohon kepada-Mu kebaikan pakaian ini dan kebaikan dari tujuan pembuatannya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pakaian ini dan keburukan dari tujuan pembuatannya' (Hadits, riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Ketiga,  mengucapkan salam kepada semua orang Islam termasuk anak kecil

Menurut riwayat Abdullah bin Amr, ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullah tentang ajaran Islam yang paling baik. Rasulullah menjawab, 'Engkau memberi makan kepada orang lain, membacakan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal' (Hadits, riwayat Muslim)

Menurut riwayat Anas, Rasulullah melewati sekelompok anak kecil, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka (Hadits, riwayat Muslim)

Keempat, berwudhu sebelum mandi janabah (mandi hadats besar)

Menurut riwayat Aisyah, jika Rasulullah mandi janabah, beliau memulainya dengan mencuci tangannya, lalu berwudhu, lalu memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu dengan jari-jarinya itu beliau menyela-nyela pangkal rambutnya, lalu menyiramkan air ke atas kepalanya, lalu menyiramkannya ke seluruh kulitnya (Hadits, riwayat Bukhari)

Kelima, mengucapkan amin dengan keras di belakang imam

Menurut riwayat Abu Hurayrah, Rasulullah bersabda, 'Jika imam mengucapkan amin, maka kalian ucapkan juga amin. Barangsiapa yang ucapan amin-nya bersamaan dengan ucapan amin malaikat, maka dosanya yang lalu diampuni Allah' (Hadits, riwayat Bukhari dan Muslim).

Para generasi salaf (terdahulu) terbiasa mengeraskan suara amin mereka sampai-sampai masjid menjadi bergema.

Keenam, mengeraskan zikir setelah shalat

Dalam kitab Shahih dinyatakan bahwa orang-orang mengeraskan suara mereka dengan zikir setelah selesai shalat, dan kebiasaan ini sudah terjadi pada zaman Rasulullah.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah berkata, 'Dianjurkan mengeraskan bacaan tasbih, tahmid, dan takbir setelah selesai shalat'.

Ini adalah sunnah yang terputus (ditinggalkan) pada kebanyakan masjid setelah imam mengucapkan salam, karena para jamaah shalat tidak mengeraskan membaca zikir-zikir yang telah dicontohkan Rasulullah.

Ketujuh, membuat sutrah (pembatas) ketika shalat

Menurut riwayat Abu Said al-Khudri, Rasulullah bersabda, 'Jika kalian shalat, hendaknya ia shalat menghadap sutrah (pembatas) dan mendekat kepadanya. Jangan biarkan seorangpun melintasi pembatas itu. Jika ada yang melintasi, maka tolaklah ia, karena sesungguhnya ia adalah syetan' (Hadits, riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Menurut riwayat Abdullah bin Umar, Rasulullah mendirikan jariyah (budak)-nya, lalu shalat menghadapinya' (Hadits, riwayat Bukhari)

Kedelapan, mengikuti (menjawab) azan mu'azin

Abdullah bin Amr mendengar bahwa Rasulullah bersabda, 'Jika kalian mendengar suara muazin mengumandangkan azan, maka katakanlah seperti yang ia katakan, lalu (setelah selesai azan) ucapkan shalawat kepadaku, karena barangsiapa yang mengucapkan satu kali shalawat kepadaku maka Allah akan ber-shalawat kepadanya sebanyak 10 kali. Setelah itu, mintalah kepada Allah untukku al-wasilah, karena itu adalah suatu tempat di surga yang tidak akan diberikan kecuali kepada hamba Allah. Dan aku berharap akulah orang yang mendapatkannya. Barangsiapa yang memintakan untukku al-wasilah, maka ia berhak mendapatkan syafaatku' (Hadits, riwayat Muslim)

Kesembilan, berlomba-lomba dalam mengumandangkan azan, bersegera menuju shalat, dan berada di shaf (barisan) paling depan

Menurut riwayat Abu Hurayrah, Rasulullah bersabda, 'Seandainya manusia tahu keutamaan mengumandangkan azan dan berada di shaf terdepan, lalu mereka tidak mendapatkan peluang itu kecuali dengan melakukan undian, niscaya mereka akan melakukan undian itu. Seandainya manusia tahu tentang keutamaan bersegera menuju shalat di masjid, niscaya mereka akan saling berlomba-lomba. Seandainya manusia tahu tentang keutamaan shalat Isya dan Shubuh berjamaah di masjid, niscaya mereka mendatanginya meskipun dengan cara merangkak' (Hadits, riwayat Bukhari dan Muslim)

Kesepuluh, mengibaskan tempat tidur ketika akan tidur

Menurut riwayat Abu Hurayrah, Rasulullah bersabda, 'Jika kalian mendatangi tempat tidur, hendaknya ia mengambil bagian dalam (ujung) sarungnya lalu mengibaskan tempat tidurnya dengan sarung itu, kemudian menyebut nama Allah, karena tak seorangpun tahu apa yang terjadi setelah ia meninggalkan tempat tidurnya. Jika ia berbaring, hendaknya ia berbaring dengan sisi kanan sambil berkata, 'Maha Suci Engkau wahai Tuhanku. Dengan-Mu aku baringkan dan aku angkat pinggangku. Jika Engkau menahan nyawaku (ketika tidur) maka ampunilah aku. Jika engkau melepaskan nyawaku (yaitu bangun tidur) maka jagalah nyawaku dengan apa yang telah Engkau jaga terhadap hamba-hamba-Mu yang shalih' (Hadits, riwayat Muslim)

Kesebelas, segera tidur malam (tidak begadang)

Jika ada keperluan penting, seperti mempelajari ilmu, mengobati orang sakit, dan sebagainya, maka dibolehkan tidak segera tidur malam. Dalam kitab ShahihBukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah tidak menyukai tidur sebelum melakukan shalat Isya dan tidak menyukai banyak mengobrol (begadang) sesudah melakukan shalat Isya.

Diterjemahkan dari:

Abdul Malik al-Qasim, Durus al-Am, (Riyadh: Dar al-Qasim, 2000).

Khutbah Idul Adha - 3 Teladan Umat

Khutbah Idul Adha 1432

Masjid Jami' al-Hidayah

Kampung Rambutan, Jakarta Timur

Oleh: Abdul Aziem al-Batavy

Khutbah Pertama

الخطبة الأولى

اللهُ أَكْبَرُ «تسعا»، الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

الحَمْدُ للهِ الَّذِى خَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ الَّذِى وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا وَتَدْبِيْرًا، نَحْمَدُهُ بِجَمِيْعِ مَحَامِدِهِ حَمْدًا كَثِيْرًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً أَدَّخِرُهَا لِيَوْمٍ كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيْرًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، بَعَثَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ وَخَلِيْلِكَ مُحَمَّدٍ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَصَلِّ عَلَيْهِ مَا لاَحَتِ اْلأَنْوَارُ، وَغَرَّدَتِ اْلأَطْيَارُ، وَأَوْرَقَتِ اْلأَشْجَارُ، وَأَيْنَعَتِ الثِّمَارُ، وَلّبَّى الحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

،أَمَّا بَعْدُ

فَـ (ياأيها الناس التقوا ربكم إن زلزلة الساعة شيء عظيم )– الحج:١

اتَّقُوا اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ الْقُرْآنِ

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd

Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Pagi ini, ketika kita berkumpul di tempat ini, jutaan saudara kita yang sedang melaksanakan ibadah haji sedang berkumpul di Mina. Lautan manusia tumpah-ruah, bergerak menuju satu tempat yang bernama Jumrah al-Aqabah, sambil lisan-lisan mereka membasahi bumi Mina dengan ucapan talbiyah,

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكُ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ.

Ya Allah, kami bergegas memenuhi panggilan-Mu… Tak ada sekutu bagi-Mu… Kami segera datang memenuhi panggilan-Mu… Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan, dan kekuasaan berpulang kepada-Mu… Tak ada sekutu bagi-Mu…

Manakala mereka sampai di Jumrah al-Aqabah, tangan-tangan kecil mereka melempari jumrah dengan bebatuan, sambil lisan mereka bergetar mengucapkan,

اللهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مبْرُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا

Allahu Akbar, Allahumma ya Allah, jadikanlah (haji ini) haji yang mabrur, dan jadikanlah segala dosa kami, dosa yang terampuni.

Sehabis melempar Jumrah, mereka mengganti gema talbiyyah dengan gema takbir.

Allahu Akbar! Bumi Mina basah dengan kalimat-kalimat thayyibah yang keluar dari jutaan lisan Tamu Allah.

Ada kesamaan antara kehadiran jutaan jamaah haji di Mina dan kehadiran kita di tempat ini, yaitu sama-sama bernilai ibadah, untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Semoga saudara-saudara kita yang sedang melaksanakan ibadah haji mendapatkan haji yang mabrur, sa'i yang masykur, dan dosa yang maghfur. Dan, bagi kita yang hadir di tempat ini semoga Allah senantiasa berikan rahmat, inayah, dan ampunan-Nya, sepanjang hidup kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd

Tidak ada ibadah yang begitu menggetarkan jiwa selain haji. Haji mengajarkan kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam menjalani hidup. Haji mengajarkan kita untuk meneladani tiga karakter manusia besar, yaitu Adam, Ibrahim, dan Muhammad, shalawatullah wa salamuhu alayhim.

Teladan pertama: Jadilah seperti Adam yang selalu mawas diri

Figur pertama yang patut kita tiru adalah Adam. Ketika Adam lupa dengan larangan Allah swt. agar tidak memakan buah salah satu pohon di surga, Adam merasakan penyesalan yang mendalam. Adam bertaubat dan Allah menerima taubatnya. Kemudian Allah menurunkan Adam dari surga ke bumi. Di bumi, Adam merasakan kesedihan yang mendalam. Adam merasa sedih karena ia tidak bisa lagi beribadah di Baytul Ma'mur yang berada di langit ketujuh bersama malaikat. Untuk mengobati kesedihannya, Allah mewahyukan kepada Adam untuk membangun sebuah Bayt (rumah-ibadah) di bumi. Adam kemudian membangun Bayt di bumi, dan dia lah yang pertama membangun rumah-ibadah di bumi. Bayt itu bernama Ka'bah, berada di lembah Bakkah, nama lain dari Makkah al-Mukarramah. Allah swt. berfirman,

'Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia adalah yang berada di Bakkah….' (Q.s. Ali Imran [3]: 96)

Setelah Adam membangun Ka'bah, Allah memerintahkannya untuk melakukan thawaf, sebagaimana yang pernah dilakukannya di Baytul Ma'mur bersama malaikat. Dengan melakukan thawaf di Ka'bah, Adam kembali merasakan kedekatan dengan Allah. Sampai kini, thawaf yang dilakukan Adam terus terpelihara menjadi salah satu manasik haji.

Setelah Adam membangun Ka'bah Baytullah, Adam diperintahkan untuk membangun Baytul Maqdis, di Palestina. Rasulullah saw. pernah ditanya sahabatnya, 'Berapa lama jarak antara dibangunnya Ka'bah dengan Baytul Maqdis?'. Rasulullah menjawab, 'Empat puluh tahun'. (Hadits shahih, muttafaq 'alayh).

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa Allah meng-Isra'-kan Rasulullah dari Masjid al-Haram (Ka'bah) menuju Masjid al-Aqsha (Baytul Maqdis). Ini menunjukkan bahwa agama yang dibawa oleh Nabi pertama sampai Nabi terakhir adalah sama, yaitu Islam.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd

Di bumi Arafah, para jamaah haji melakukan wuquf. Secara harfiah, wuquf artinya 'berhenti atau diam'. Arafah adalah 'bumi kesadaran', yang menyadarkan jamaah haji siapa dirinya dan siapa Allah swt., yang menciptakannya dan yang memberinya rizki. Arafah adalah bumi air-mata penyesalan. Barangsiapa yang wuquf di Arafah dan khusyu' memohon ampun kepada Allah atas segala nista yang pernah dilakukan, maka ia akan merasakan terlahir kembali menjadi manusia baru. Di bumi Arafah, para jamaah haji menjadi seperti Adam: menyesal dan bertaubat. Bukan tanpa alasan, jika Rasulullah saw. bersabda, 'Al-hajju arafatu' (Haji adalah Arafah). Oleh karena itu, mayoritas ulama-madzhab mengatakan bahwa rukun yang paling penting dari ibadah haji adalah wuquf di Arafah. Barangsiapa yang tidak melakukan wuquf di Arafah, maka hajinya tidak sah.

Aku bukan orangnya…

Dalam sebuah hadits panjang, diriwayatkan bahwa pada hari Kiamat nanti, ketika orang-orang beriman dikumpulkan, mereka berharap agar ada orang yang memberikan syafaat kepada mereka. Kemudian mereka mendatangi Adam, sambil berkata, 'Engkau ini Bapak Manusia, yang Allah ciptakan dari tangan-Nya sendiri, yang malaikat bersujud kepadamu, yang telah diajarkan Allah segala pengetahuan. Tolong, mintakan syafaat dari Tuhanmu, sehingga kami menjadi tentram di tempat ini'.

Apa jawaban yang diberikan Adam kepada mereka? Adam menjawab, 'Lastu hunâkum – Aku bukan orang yang pantas memintakan syafaat untuk kalian di tempat ini'. Adam kemudian menyebutkan alasannya, yaitu bahwa ia malu dengan kesalahan yang pernah ia lakukan. (Hadits shahih, riwayat Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, dan Abu Dawud).

Subhanallah! Padahal, kesalahan Adam hanyalah satu, yaitu satu suapan saja, dan itu terjadi karena lupa. Kesalahan sekecil itu masih membuatnya trauma sampai akhir zaman. Bagaimana dengan kita, yang sering berbuat kesalahan lebih dari seribu suapan, dan kita lakukan dengan sengaja?

Oleh karena itu, bagi orang yang sudah melaksanakan ibadah haji, pantang baginya untuk berperilaku menyimpang. Pantang baginya untuk mengulangi kesalahan yang sama dua kali. Jadilah seperti Adam yang selalu mawas diri!

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd

Teladan kedua:

Jadilah seperti Ibrahim yang tunduk dengan perintah Allah

Figur kedua yang pantas kita teladani adalah Ibrahim a.s. Allah menyebut Ibrahim sebagai seorang yang hanif, seorang yang hidup-lurus, tidak mengikuti arus, yang menyelaraskan hidupnya dengan aturan Allah swt. Qurban yang kita lakukan hari ini awalnya berasal dari perintah Allah kepada Ibrahim – melalui mimpi – untuk menyembelih Ismail, anaknya yang lahir dari rahim Hajar, istri keduanya. Allahu Akbar! Ujian apa yang paling berat bagi seorang ayah, selain menyembelih anaknya dengan tangannya sendiri, padahal anak itu sudah dinantikan kehadirannya selama kurang-lebih 75 tahun?

Al-Quran menceritakan dialog antara Ibrahim dan Ismail, alayhimas salam,tentang perintah Allah swt. itu,

'Ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-samanya, Ibrahim berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu?'. Ia menjawab, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar'. (Q.s. as-Shaffat [37]:102)

Dibalik perintah Allah ini, yang tidak masuk akal dan terkesan sebagai suatu kezaliman, ada hikmah yang tidak diketahui Ibrahim. Namun, Ibrahim tidak pernah bertanya mengapa Allah memerintahkan itu. Ia hanya tunduk dengan perintah Allah, karena agama bukanlah soal masuk akal atau tidak masuk akal. Agama adalah tuntunan.

'Ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim  membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya atas perintah itu). Dan Kami memanggilnya, 'Wahai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah mempercayai kebenaran mimpi itu. Sesungguhnya Kami memberi ganjaran kepada orang-orang yang selalu melakukan yang terbaik dalam beribadah. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang berat. Maka sebagai gantinya Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar'. (Q.s. as-Shaffat [37]:103-107)

Allah swt. tidak lupa melipatgandakan ganjaran-Nya…

Karena ketundukan Ibrahim terhadap perintah Allah, bukan hanya Ismail yang tidak jadi dikorbankan, namun Allah melipatgandakan ganjaran-Nya kepada Ibrahim dengan berita akan lahirnya seorang anak laki-laki yang bernama Ishaq a.s., dari rahim Sarah, istri pertamanya. Kelak anak ini, seperti Ismail, diangkat Allah menjadi seorang Nabi.

'Kesejahteraan untuk Ibrahim'. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang melakukan yang terbaik dalam beribadah. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami sampaikan kepadanya kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq, seorang Nabi yang termasuk orang-orang yang shalih'. (Q.s. as-Shaffat [37]: 109-112).

Hanya keikhlasan dan ketakwaan, bukan darah dan dagingnya…

Sesungguhnya dibalik perintah ber-qurban ini, Allah swt. mengajarkan kita untuk tunduk dengan perintah-Nya, seperti tunduknya Ibrahim. Allah tidak membutuhkan darah dan daging hewan yang kita sembelih. Allah juga tidak melihat apakah hewan yang kita sembelih besar atau kecil, unta atau domba, sapi atau kambing. Allah hanya menguji seberapa besar ketundukan dan keikhlasan kita menjalankan perintah-Nya. 

'Tidak akan sampai kepada Allah daging dan darahnya. Tetapi yang sampai kepada-Nya hanyalah ketakwaanmu…' (Q.s. al-Hajj [22]:37)

Sampaikan salamku…

Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah mi'raj ke langit, beliau melihat Ibrahim sedang menyandarkan punggungnya ke Baytul Ma'mur, yang berada di langit ketujuh. Rasulullah mengucapkan salam kepadanya. Ibrahim berkata kepada Rasulullah, 'Tolong sampaikan salamku kepada ummatmu. Katakan kepada mereka bahwa sesungguhnya surga seperti ladang yang tanahnya wangi, airnya lezat, dan bibitnya adalah ucapan Subhanallah, al-Hamdulillah, La ilaha illallah, dan Allahu Akbar'. (Hadits shahih, riwayat at-Thabrani).

Subhanallah! Ibrahim merindukan ummat Muhammad, merindukan kita yang hadir di sini!

Begitulah, orang yang hatinya telah tertanam benih ketakwaan tak akan pernah ragu dengan perintah Allah swt. Baginya, Allah adalah al-Wakil, yang kepada-Nya seluruh persoalan hidup diserahkan. Baginya, Allah adalah al-Hasib, yang dari-Nya segala keperluan dicukupi. Baginya, Allah adalah as-Salam, Sumber Kedamaian. Jadilah seperti Ibrahim yang hidup-lurus dan tunduk dengan perintah Allah!

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd

Teladan ketiga:

Jadilah seperti Muhammad yang penuh kasih kepada ummatnya dan peduli dengan keselamatan manusia

Figur ketiga yang pantas kita tiru keteladanannya adalah Belahan-jiwa kita, yaitu Muhammad saw.

Suatu kali, Rasulullah ditanya para sahabatnya, 'Wahai Rasulullah, apakah qurban itu?'. Rasulullah menjawab, 'Qurban adalah sunnah ayah kalian, yaitu Ibrahim'. Para sahabat kembali bertanya, 'Jika kami ber-qurban, apa yang kami dapatkan dari qurban itu?'. Rasulullah menjawab, 'Pada setiap helai rambutnya, terdapat kebaikan'. Para sahabat kembali bertanya, 'Bagaimana dengan bulu-bulunya?'. Rasulullah menjawab, 'Pada setiap helai bulunya juga terdapat kebaikan'. (Hadits hasan, riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd

Ketika melaksanakan haji wada', Rasulullah menyembelih 63 ekor unta di Mina dengan tangannya sendiri. Begitu pula, setiap hari Raya Idul Adha, Rasulullah membeli dua ekor domba yang gemuk, bertanduk, dan berbulu putih bersih. Sehabis memimpin shalat dan berkhutbah, beliau mengambil seekor domba itu dan meletakkan telapak kakinya di sisi tubuh domba, sambil berkata,

بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ هَذَا عَنِّي وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِي

'Bismillah, Allahu Akbar, ya Allah, terimalah ini dariku dan dari ummatku yang tidak mampu ber-qurban'.

Lalu beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri. Setelah itu, beliau membaringkan domba yang satu lagi, sambil berkata,

هَذَا عَنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ

'Ya Allah, terimalah ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad'.

Sebagian daging qurban itu dimakan Rasulullah dan keluarganya, sisanya dibagikan kepada orang-orang miskin. (Hadits hasan, riwayat oleh Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi).

Ketika Rasulullah ber-qurban atas nama dirinya, keluarganya, dan semua ummatnya yang tidak mampu ber-qurban, maka ibadah qurban bukan hanya sebagai ibadah individual, namun juga sebagai ibadah sosial. Dengan qurban – yang secara harfiah artinya mendekatkan – Rasulullah mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mendekatkan diri kepada saudara-saudara kita yang nasibnya di bawah kita. Ketika kita memiliki kenikmatan, maka kenikmatan itu hendaknya juga dapat dirasakan oleh orang lain. Dengan puasa, kita merasakan lapar seperti laparnya orang miskin, dan dengan qurban kita mengajak mereka merasakan kenyang seperti kenyangnya kita. Subhanallah!

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd

Hidup harmonis dengan alam dan lingkungan…

Bukan hanya qurban yang berdimensi sosial yang menjadi salah satu manasik haji dan disunnahkan pula bagi yang tidak berhaji, namun Rasulullah saw. mengajarkan kita untuk hidup harmonis dengan alam dan lingkungan.

Lebih dari 14 abad yang lalu, jauh sebelum berdiri organisasi Green Peace, jauh sebelum lahir Protokol Kyoto, jauh sebelum diproklamasikan Hari Lingkungan Hidup, apalagi KTT tentang Perubahan Iklim, yang dilaksanakan beberapa waktu lalu di Bali, Rasulullah sudah mengajarkan ummatnya untuk hidup harmonis dengan alam dan lingkungan. Perhatikanlah, bahwa di antara pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh orang yang berhaji, adalah memotong pepohonan. Subhanallah!

Rasulullah mengajarkan kita untuk memelihara ekosistem. Rasulullah mengajarkan kita untuk menjaga kelestarian alam. Kalau pohon saja dilarang dipotong, apalagi hutan. Rasulullah mengajarkan kita agar tidak melakukan pembalakan liar (illegal logging) terhadap hutan! Untuk urusan hutan, ternyata Indonesia masuk dalam 'Guiness World Book of Record', sebagai negara yang hutannya paling tercepat rusaknya, karena dibalak atau dibakar. Masya Allah!

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd

Akibat industrialisasi negara-negara maju melalui kegiatan pembakaran minyak bumi, batu bara, gas alam, dan pembukaan lahan-hijau yang tak terkontrol, maka dunia kini sedang mengalami tragedi peradaban, yaitu Pemanasan Global (Global Warming). Kegiatan industrialisasi itu menghasilkan karbon dioksida (CO2). Emisi yang dikeluarkan oleh karbon dioksida tertahan di atmosfir, sehingga suhu bumi menjadi panas.

Menurut para ilmuwan, pengaruh yang ditimbulkan pemanasan global ini terhadap kehidupan di bumi sangat dahsyat: mulai dari perubahan iklim yang tidak menentu, penurunan hasil panen, kekeringan, penyakit mematikan, suhu bumi yang makin panas sehingga es di kutub Utara mencair, naiknya permukaan laut sehingga menimbulkan badai tsunami, banjir lokal, sampai banjir besar seperti banjir raksasa di zaman Nabi Nuh, yang akan menimpa umat manusia pada satu abad ini. Allahu Akbar!

Menurut para ilmuwan, Asia adalah kawasan paling berbahaya. Lima negara yang terancam pemanasan global adalah Cina, India, Bangladesh, Vietnam, dan Indonesia. Lebih dari dua per tiga kota-kota besar di dunia akan terkena dampak pemanasan global. Salah satunya adalah Jakarta, yang 70 persen wilayahnya berada di kawasan pantai berelevasi rendah yang terancam oleh naiknya permukaan laut.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd

Mengapa Rasulullah melarang memotong pepohonan? Karena pepohonan menyerap karbon dioksida dari udara untuk melakukan fotosintesis dan menyimpannya sebagai biomassa di tubuhnya. Dengan tetap terpeliharanya pepohonan yang menyerap karbon dioksida, maka suhu bumi menjadi normal, pemanasan global menjadi terhambat, dan kehidupan manusia menjadi terselamatkan.

Allahu Akbar!

Sungguh, Rasulullah adalah teladan kita dan ummat manusia!

Oleh karena itu, di Hari Adha yang penuh keberkahan ini, mari kita kembali kepada petunjuk Islam, dengan merubah gaya-hidup kita. Hiduplah dengan mawas diri, tidak berlebihan, selaraskan akal dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, dan peduli dengan lingkungan dan kemaslahatan ummat, karena tidak ada agama yang petunjuknya dapat menyelamatkan ummat manusia, baik di dunia maupun akhirat, kecuali Islam.


Khutbah Kedua

الخطبة الثانية

اللهُ أَكْبَرُ «سبعا»، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

الْحَمْدُ للهِ الْحَكِيْمِ الْعَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صّلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ، صَلاَةً وَسَلاَمًا كَامِلَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أمّا بعد

فَيَا عِبَادَ اللهِ،  (فاتقوا الله ما استطعتم ) – التغابون ١٦

اتَّقُوا اللهَ رَبَّكُمْ، وَاعْبُدُوْهُ وَأَطِيْعُوْهُ وَوَحِّدُوْهُ، فَلاَ إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنْ أَرَضْتُمْ دُخُوْلَ الْجِنَانِ، وَرُمْتُمْ رِضَى الرَّحْمَنِ، وَطَلَبْتُمُ السَّلاَمَةَ مِنَ النِّيْرَانِ، فَعَلَيْكُمْ بِتَوْحِيْدِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَسَلاَمَةِ الْعَقِيْدَةِ مِنَ اْلأَدْرَانِ، وَتَحْقِيْقِ الْعُبُوْدِيَّةِ وَاْلإِيْمَانِ

 أَلاَ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَحِمَكُمُ اللهُ – عَلَى الْهَادِى الْبَشِيْرِ، وَالسِّرَاجِ الْمُنِيْرِ، كَماَ أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ الْمَوْلَى اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ، فَقَالَ تَعَالَى قَوْلاً كَرِيْمًا: (إن الله وملائكته يصلون على النبي، يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما – الأحزاب ٥٦)

 اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِ قُلُوْبِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ، وَعُمَرَ الْفَارُوْقِ، وَعُثْمَانَ ذِى النُّوْرَيْنِ، وَعَلِيٍّ أَبِى السِّبْطَيْنِ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اجْعَلْ عِيْدَنَا سَعِيْدًا، وَعَمَلَنَا صَالِحًا رَشِيْدًا، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ حُجَّاجِ بَيْتِكَ الْحَرامِ حَجَّهُمْ، اللَّهُمَّ هَؤُلاَءِ عِبَادُكَ، أَتَوْا مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ، يَرْجُوْنَ رَحْمَتَكَ، وَيَخْشَوْنَ عَذَابَكَ، اللَّهُمَّ بَلِّغْهُمْ آمَالَهُمْ، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ

Ya Allah, ya Tuhan kami,

Jadikanlah hari Raya kami ini sebagai kebahagiaan. Jadikan amal-amal kami sebagai sebagai amal shalih yang mencerahkan hidup kami. Terimalah ibadah-haji saudara-saudara kami yang berhaji tahun ini. Mereka semua adalah hamba-Mu. Mereka datang dari segala pelosok bumi-Mu, mengharapkan rahmat-Mu, dan takut akan azab-Mu. Maka, ya Allah, kabulkanlah keinginan-keinginan mereka. Hanya Engkau-lah Yang Maha Lestari dan Berkuasa, yang memiliki kekuasaan dan kemuliaan sempurna.

 اللَّهُمَّ كَمَا جَمَعْتَ أَجْسَادَهُمْ فِى الْمَكَانِ الْمُبَارَكِ فَاجْمَعْ قُلُوْبَهُمْ عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى، اللَّهُمَّ كَمَا جَمَعْتَهُمْ وَجَمَعْتَنَا فِى هَذَا الْمَكَانِ فَاجْمَعْ قُلُوْبَنَا عَلَى كِتَابِكَ وَسُنَّةِ نَبِيِّكَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ وَالْفِتَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

Ya Allah, ya Tuhan kami,

Sebagaimana Engkau telah rekatkan jasad-jasad mereka di Tanah Suci-Mu, maka rekatkanlah hati mereka dengan kebenaran dan petunjuk. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah kumpulkan mereka di Tanah Suci-Mu dan Kau kumpulkan kami di tempat ini, maka rekatkan pula hati kami untuk bersedia mengikuti tuntunan yang Engkau tunjukkan dalam Kitab-Mu dan sunnah Rasul-Mu. Satukan hati kami, perbaiki persoalan-persoalan yang terjadi di depan kami, tuntun kami menuju jalan keselamatan, jauhkan kami dari keburukan dan marabahaya, baik yang sedang terjadi di depan mata atau yang masih tersembunyi dari penglihatan kami.

اللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا بِتَوْفِيْقِكَ، وَوَفِّقْهُمْ إِلَى مَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَخُذْ بِنَاصِيَتِهِمْ إِلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى، وَإِلَى مَا فِيْهِ إِعْلاَءُ كَلِمَتِكَ، وَإِعْزَازُ دِيْنِكَ، وَصَلاَحُ الْبِلاَدِ وَالْعِبَادِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Ya Allah, ya Tuhan kami,

Berikan petunjuk-Mu kepada pemimpin-pemimpin kami.  Tuntun mereka dalam membuat kebijakan publik yang selaras dengan aturan-Mu. Ya Allah, pegang ubun-ubun mereka untuk selalu berada di jalan kebenaran dan ketakwaan, untuk bersemangat meninggikan kalimat-Mu dan kejayaan agama-Mu, dan berkomitmen untuk memperbaiki keadaan bangsa dan masyarakat.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِى كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، اللَّهُمَّ مُنَّ عَلَيْنَا بِإِعَادَةِ الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى إِلَى بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَتَحْرِيْرِ أَوْطَانِنَا مِنْ بَرَاثِنِ أَعْدَائِكَ أَعْدَاءِ الدِّيِْنِ، اللَّهُمَّ عَجِّل بِنَصْرِنَا، اللَّهُمَّ عَجِّلْ بِفَرَجِنَا، يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ، يَا هَيُّ يَا قَيُّوْمُ

Ya Allah, ya Tuhan kami,

Jayakanlah Islam dan kaum Muslim, hinakanlah kesyirikan dan kaum musyrikin. Ya Allah, bantulah saudara-saudara kami yang berjuang di jalan-Mu, di manapun mereka berada. Bantu mereka mengalahkan musuh-Mu dan musuh mereka. Ya Allah, bahagiakan kami dengan kembalinya Masjid al-Aqhsa ke pangkuan kami dan terbebasnya bangsa kami dari belenggu agresi musuh-Mu dan musuh agama-Mu. Ya Allah, segerakan kemenangan kami dan pecahkan belenggu yang melilit kami.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْمَيِّتِيْنَ، اللَّهُمَّ لاَ تَرُدَّناَ خَائِبِيْنَ، وَلاَ عَنْ بَابِكَ مَطْرُوْدِيْنَ، وَلاَ مِنْ رَحْمَتِكَ مَحْرُوْمِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Ya, Allah, dengan rahmat-Mu

Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Mengetahui. Ampuni kami, orangtua kami, dan saudara-saudara kami kaum muslimin, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, karena Engkau yang Maha Pengampun dan Penyayang. Ya Allah, jangan Kau kecewakan kami, jangan Kau tolak kami dari pintu-Mu, dan jangan jadikan kami terhalang mendapatkan kasih sayang-Mu.


http://bangaziem.wordpress.com/page/2/