Rabu, 25 April 2012

Khutbah -- KELEMAHAN MANUSIA

Segala puji bagi Allah. Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad Saw.

Allah berfirman dalam surat al-Hadid ayat 22 dan 23, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya hal itu amat mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu, supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang hilang darimu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Manusia, sejak dalam rahim sampai kematiannya, tidak pernah lepas  dari kesulitan demi kesulitan, ujian demi ujian. Bagai seorang yang mengarungi samudera, bila selamat dari ombak yang mengganas, dia tetap cemas dan diliputi rasa takut oleh ikan yang ganas atau bahaya yang lain.
Manusia bila bebas dari lapar, dia boleh jadi tak bebas dari penyakit. Kalau dari keduanya dia bebas, boleh jadi anaknya yang menderita. Atau tangis pilu kelaparan dan penyakit para tetangga kita, hingga saudara-saudari kita dimanapun mereka berada. Dan kalaupun dia terhindar dari semua itu, dia tidak dapat mengelak dari penyakit tua yang kadang tidak dirasakannya.

Al-Quran menyimpulkan, “Sesungguhnya, semua manusia berada dalam kesulitan dan susah payah.” (Q. al-Balad 90: 4).

Bukan saja dalam memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga dalam memelihara dan melindungi diri dan keluarga mereka. Bahkan, dalam mewujudkan hal-hal yang baik pun, manusia harus berjuang menghadapi dirinya sendiri, sebelum menghadapi musuh-musuhnya yang lain.

Lantas, apakah kita tidak boleh mengeluh? Apakah kita tidak boleh mengadu kepada Allah Swt, Yang Maha Sempurna dalam segala hal?

Agama tidak melarang kita mengeluh. Sebab, para Nabi pun mengeluh. Ayyub menyeru Tuhannya, “sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (Q. Shaad 38: 41). Dengarkan juga keluhan Nabi Ya’kub yang ucapannya diabadikan dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (Q. Yusuf 12: 86). Nabi Muhammad juga demikian. Beliau mengeluh, ketika di Mekah ditolak, dan di Thaif pun diganggu. Beliau mengeluh, “Wahai Tuhanku! Kepada siapa Engkau serahkan aku? … selama Engkau tidak murka kepadaku, aku sama sekali tidak perduli.”

Dengan bercermin dari keluhan para nabi itu, sebagai manusia yang lemah, tidak pantas bila menjauh dari Allah Swt. Seruan azan adalah sebentuk kasih sayang Allah untuk mencurahkan rahmat dan hidayahnya. Sajadah yang kita gelar di bumi mana pun, itu juga pertanda bahwa kita hanya mengadukan semua permasalahan hidup hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain. Sebab Allah adalah tempat bergantung bagi segala sesuatu. Allahush Shomad.

Barakallah ….
Bhayangkara, 13 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar