Minggu, 13 Mei 2012

Tafakur - Sifat Malu

Oleh: Jarjani Usman

"Jika kamu tidak merasa malu, maka lakukanlah semaumu" (HR. Imam Bukhari, Abu Dawud, dan Imam Ahmad).

Malu membawa manusia kepada kebaikan, demikian diingatkan oleh Rasulullah (HR. Bukhari & Muslim). Peringatan ini menunjukkan bahwa rasa malu sifatnya fungsional. Ia berfungsi mengajak (manusia) kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran.

Memang demikianlah kenyataannya. Tidak terhitung berapa banyak niat jahat yang muncul di hati manusia menjadi gagal diwujudkan karena rasa malu masih bersemayam di hati. Sama halnya, betapa banyak perbuatan baik manusia menjadi tak terabaikan, juga karena disebabkan adanya rasa malu. Hal-hal demikian tentunya tidak akan terjadi, kalau malu bukan karena Allah.

Bahkan, malu kepada Allah juga akan menimbulkan rasa malu kepada manusia. Malu kepada Allah akan membuat manusia menghormati sesamanya. Sebaliknya, kalau malu kepada manusia saja, tanpa ada rasa malu kepada Allah, banyak menyebabkan terjerumus dalam jurang kemunafikan. Yang bisa dinampakkan kebaikan atau tak melakukan larangan hanya ketika di hadapan manusia. Malu yang timpang seperti ini berbahaya bagi manusia.

Yang lebih parah lagi, bukan hanya tidak merasa malu kepada Allah, tetapi juga tak segan-segan berbuat kejahatan atau kezaliman di hadapan manusia. Bahkan, banyak di antaranya, manusia dijadikan sebagai korban kezaliman secara terang-terangan. Atau, kezaliman kepada manusia dibuat melalui aturan-aturan yang dibuat seakan-akan sah, padahal untuk memihak pelaku kezaliman.



DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar