Senin, 11 Juni 2012

Tafakur - Mandiri

Oleh: Jarjani Usman

"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al Maidah: 50).

Di antara karakter penting yang harus terbentuk sebagai hasil pendidikan, menurut seorang mujtahid Islam Hasan al Banna, ialah terciptanya insan-insan yang mandiri. Kemandirian tentunya tak hanya terbatas pada bagaimana seseorang tidak bergantung kepada orang lain secara keuangan, tetapi juga secara mental.

Namun kalau jujur diakui, hari ini mental kita sebagai hasil didikan belum (sepenuhnya) menunjukkan kemandirian. Banyak orang yang lebih senang dan mengagung-agungkan apa yang dimiliki orang lain, sehingga secara sadar atau tanpa sadar menjadi kurang menghargai apa yang dimiliki diri sendiri. Tidak sedikit di antaranya mengikuti perilaku-perilaku orang lain. Apa yang dimiliki orang lain terasa hebat. Inilah pertanda ketidakmandirian secara mental.

Ketidakmandirian secara mental ini akan menjadikan ketergantungan kepada orang lain bertambah-tambah dan semakin lama. Sebab, kita terus bersusah payah mengejar kemajuan yang diciptakan orang lain. Juga akan menjadi pihak yang selalu didikte oleh pihak lain.

Padahal umat Islam disebut umat yang terbaik" (QS. 'Ali Imran: 110), yang dengan sendirinya perlu kemandirian yang tinggi terutama secara mental. Yaitu mental yang penuh percaya diri untuk hidup dan menata negeri dengan aturan-aturan Islam yang kaffah.



DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar