Minggu, 27 April 2014

PUASA DAN BIDADARI

Melaksanakan shalat tarawih malam pertama
Ramadhan sungguh menyenangkan, suasana
ramai dan meriah, orang yang tidak pernah
datang ke mesjid di bulan-bulan sebelumnya
tiba-tiba muncul dengan busana muslim
lengkap dengan peci haji sebagai lambang
kesalehan. Bula Ramadhan seperti tahun-tahun yang lalu berhasil mengajak sebagian
besar kaum muslim di seluruh dunia untuk
memperbanyak ibadah, mengisi kekurangan
selama bulan-bulan yang lain, dengan
harapan menjadi orang yang Taqwa
sebagaimana ayat (Al-Baqarah, 183) yang
sering di baca oleh Imam atau Penceramah,
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu ber puasa sebagaimana Telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertaqwa"

Semalam penceramah menceritakan tentang
pahala ibadah di bulan Ramadhan, imbalan
berlipat ganda, dia ceritakan pahala malam
pertama sampai malam ke-30, sekalian
dihitung jumlah shalat wajib dikalikan 70 dan
shalat sunnat di hitung sebagai shalat wajib.
Angka yang keluar luar biasa! Saya jadi heran,
ini ustad penceramah atau guru matematika
ya?

Apa memang tujuan puasa untuk
mengharapkan imbalan semata-mata?
Mengharapkan pahala? Bukankah setiap
ibadah dilakukan dengan ikhlas tanpa
mengharapkan imbalan apa-apa selain karena
Allah semata-mata.

Siang kemarin saya singgah disebuah mesjid
untuk shalat dhuhur berjama'ah, setelah
selesai shalat diadakan ceramah oleh
sekelompok orang berjubah putih dan
berjanggut. Pimpinan mereka memberikan
pengumuman kepada seluruh jamaah mesjid:
"mari merapat, mari membuat lingkaran, kita
mengikuti sunnah nabi, zaman Rasulullah SAW
ketika Beliau ceramah seluruh sahabat
mengelilingi Beliau". Saya ikut merapat dalam
lingkaran tersebut. Ceramahnya dimulai
dengan puji-pujian kepada Allah SWT
kemudian shalawat kepada Nabi, kemudian
diteruskan dengan kata-kata dalam bahasa
Arab sampai 15 menit lamanya, saya jadi
bingung, ini mau ceramah biasa atau khutbah
Jum'at ya? Tiba-tiba penceramah tadi
mengakhiri ceramahnya dengan
"wasalammu'alaikum wr.wb". Kemudian
disambung oleh penceramah kedua, mirip
juga dengan penceramah pertama, Cuma yang
ini dilanjutkan dengan bahasa Indonesia.

Penceramah kedua menceritakan pahala
puasa, pahala jihad dan berbagai pahala
lainnya, pokoknya semua tentang pahala. Juga
diceritakan tentang bidadari di surga. Topik
tentang bidadari ini yang mengganggu pikiran
saya karena penceramah menceritakan
tentang bidadari lengkap sekali, mulai
keindahan tubuhnya sampai bagaimana para
bidadari itu nanti menyambut suami nya,
yaitu orang yang mendapat pahala surga.
Cerita tentang keindahan bidadari ini dikemas
sedemikian rupa sehingga hampir mendekati
cerita-cerita romantis yang bisa merangsang
pendengarnya.

Saya jadi tertegun, kalau model begini
ceramahnya bukan hikmah yang didapat tapi
bisa membatalkan puasa karena bisa
menimbulkan rangsangan serta bisa
membuat orang menghayal tentang wanita
cantik. Ketika ceramah berakhir dan jamaah
bubar, saya melihat sekelompok anak muda
berumur sekitar 17-an keluar mesjid dengan
wajah yang memerah dan ceria. Saya dekati
mereka: "dik, ceramah tentang bidadari tadi
keren ya?", "keren kali bang, mudah-mudahan saya dapat pacar seperti itu"
jawabnya sambil tertawa, teman-teman dia
yang lain juga ikut tertawa. Mudah-mudahan
saja pulang dari mesjid anak muda ini tidak
kawin dengan syetan, ber onani sambil
membayangkan wanita secantik bidadari.

Mengharapkan surga dengan segala
kenikmatannya merupakan hal yang wajar,
akan tetapi kita harus hati-hati karena bisa
mengurangi keikhlasan kita dalam beribadah.
Penceramah tidak menceritakan bahwa
kenikmatan tertinggi di dalam surga kelak
adalah memandang wajah Allah bukan
menggauli bidadari. Penceramah lupa
menceritakan bagaimana kedudukan wanita
di surga, kalau satu orang pria mendapat
ribuan bidadari apakah wanita dapat ribuan
suami juga??

Bagi saya ibadah tidak lain untuk
mengharapkan ridho Allah semata. Saya
selalu bersyukur kehadirat-Nya karena di
dunia ini telah diberi kesempatan untuk
memandang wajah-Nya sebagai kenikmatan
luar biasa yang dijanjikan kelak di akhirat
kepada penduduk surga. Saya tidak lagi
mengharapkan surga beserta ribuan bidadari
nya. Allah telah memberikan wajah-Nya
untuk saya pandang disetiap zikir dikala
malam telah larut untuk mengobati rasa rindu
yang menyesakkan dada. Dia selalu hadir
dalam mimpi-mimpi saya, dalam setiap
hembusan nafas dan setiap derap langkah
dalam menapaki hidup di dunia ini. Allah
juga menganugerahkan saya seorang wanita
sebagai istri, bagi saya dialah bidadari yang
dijanjikan itu dan saya selalu mensyukuri atas
segala karunia-Nya. Wallahu'alam!

http://sufimuda.net/2008/09/03/puasa-dan-bidadari/?relatedposts_hit=1&relatedposts_origin=1954&relatedposts_position=0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar