Selasa, 14 Agustus 2012

Khutbah Idul Fitri - Dari Takbir ke Tasyakur

KHUTBAH IDUL FITRI

Çááå ÇßÈÑ - Çááå ÇßÈÑ - Çááå ÇßÈÑ. áÇ Çáå ÇáÇø Çááå - Çááå ÇßÈÑ¡ Çááå ÇßÈÑ æááå ÇáÍãÏ.
Çááå ÇßÈÑ ßÈíÑÇ - æÇáÍãÏ ááå ßËíÑÇ - æ ÓÈÍÇä Çááå ÈßÑÉ æÇÕíáÇ¡ áÇ Çáå ÇáÇø Çááå - Çááå ÇßÈÑ¡ Çááå ÇßÈÑ æááå ÇáÍãÏ.
áÇ Çáå ÇáÇø Çááå æÇÍÏå - ÕÏÞ æÚÏå - æäÕÑ ÚÈÏå - æÇÚÒøÌäÏå æåÒã ÇáÇÍÒÇÈ æÇÍÏå¡ áÇ Çáå ÇáÇø Çááå - æáÇ äÚÈÏ ÇáÇø ÇíøÇå¡ ãÎáÕíä áå ÇáÏøíä¡ æáæ ßÑå ÇáßÇÝÑæä¡ æáæ ßÑå ÇáãÔÑßæä¡ æáæ ßÑå ÇáãäÇÝÞæä¡ áÇ Çáå ÇáÇø Çááå - Çááå ÇßÈÑ - Çááå ÇßÈÑ æááå ÇáÍãÏ.

ÇáÍãÏ ááå ÇáøÐì áÇ Çáå ÇáÇø åæÇáÑøÍãä ÇáÑøÍíã Çáãáß ÇáÞÏøæÓ ÇáÓøáÇã ÇáãÄãä. ÇÔåÏ Çä áÇ Çáå ÇáÇø Çááå æ ÇÔåÏ Çäø ãÍãøÏÇ ÚÈÏå æÑÓæáå. Çááåãø Õáø Úáì ãÍãøÏ æÚáì Çá ãÍãøÏ. ßãÇ ÈÇÑßÊ Úáì ÇÈÑÇåíã æÚáì Çá ÇÈÑÇåíã ... Ýì ÇáÚÇáãíä Çäøß ÍãíÏ ãÌíÏ.

Çááå ÇßÈÑ- Çááå ÇßÈÑ- Çááå ÇßÈÑ æááå ÇáÍãÏ

Hadirin, jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah


KOMPONEN-KOMPONEN TASYAKUR

Allahu akbar! Wahai Allah Yang Menguasai alam semesta, Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan. Saksikanlah..., hari ini kami bersimpuh di hadapan keagungan-Mu. Allahu akbar. Engkau Maha besar. Tiada Tuhan kecuali engkau. Dengarlah puja dan sanjungan kami! Terimalah sembah dan pengabdian kami!

Hadirin dan hadirat
Dalam rangkaian ayat-ayat puasa, pada salah satu ayat-Nya Allah mengakhiri dengan perintah:

"Hendaklah kalian sempurnakan bilangan (puasamu), dan besarkanlah Allah atas petunjuk-Nya kepadamu, agar kalian bersyukur" (Q 2:185)

Dengan ayat ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa setelah selesai menjalankan ibadah puasa, kita harus membesarkan Allah dan bersyukur kepada-Nya. Ayat ini juga menegaskan bahwa dalam kehidupan Muslim kita berjalan dari takbir ke tasyakur. Dari membesarkan segala keagungan-Nya kepada ungkapan syukur atas segala karunia-Nya.

Takbir artinya membesarkan Allah, dan mengecilkan apa-apa selain Allah. Dalam ibadah shaum, takbir kita cerminkan dengan mengecilkan pengaruh hawa nafsu dan menghidupkan kebesaran Allah dalam hati. Ketika kita membaca al-Quran, kita mengecilkan seluruh pembicaraan manusia, dan hanya membesarkan Kalamullah. Ketika kita berdiri shalat malam di bulan Ramadhan, kita kecilkan seluruh urusan dunia ini, dan hanya membesarkan perintah Allah. Seluruh ibadah kita adalah takbir. Seluruh ibadah kita dimaksudkan untuk mengecilkan apa pun selain Allah yang Mahatinggi.

Setelah menyelesaikan seluruh ibadah ini, Allah masih juga memerintahkan kita untuk bertakbir. Mengapa? Bukankah dalam puasa kita sudah membesarkan Allah? Bukankah dalam tarawih dan tadarus kita sudah membesarkan Allah? Bukankah pada malam dan sebelum shalat Id kita sudah bertakbir? Mengapa kita masih harus bertakbir lagi, mengapa kita masih harus membesarkan Allah lagi?

Aidin aidat yang dirahmati Allah
Mari kita renungkan. Allah tahu, kita sering bertakbir dalam ibadah-ibadah kita, tetapi melupakan takbir di luar itu. Kita besarkan Allah di masjid, tetapi di luar masjid kita agungkan kekayaan, kekuasaan, kedudukan; kita besarkan hawa nafsu, kepentingan, dan pikiran kita. Di atas tikar sembahyang, di masjid, di mushala, di tempat-tempat ibadah, kita gemakan takbir. Di kantor, di pasar, di ladang, di tengah-tengah masyarakat, kita lupakan Allah -kita gantikan takbir dengan takabur, dengan keangkuhan dan kesombongan.

Ketika kita duduk di kantor, kita campakkan perintah-perintah Allah. Jabatan yang seharusnya kita gunakan untuk memakmurkan negara, melayani rakyat, membela yang lemah, menyantuni yang memerlukan pertolongan, kita manfaatkan untuk memperkaya diri. Kita bangga kalau kita mampu menyalahgunakan fasilitas kantor. Kita bangga kalau kita melihat rakyat yang harus kita layani merengek-rengek bersimpuh memohon belas kasihan kita. Kita bangga kalau -dengan sedikit kecerdikan- kita menumpuk keuntungan walaupun mengorbankan saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air. Di kantor, kita singkirkan takbir, dan kita suburkan takabur.

Ketika kita bekerja, berdagang, bertani, seakan-akan Allah tidak pernah hadir dalam hati kita. Kita lakukan cara apa pun, tanpa peduli halal dan haram, tanpa memperhatikan apakah tindakan kita menghancurkan hidup orang lain atau menyengsarakan banyak orang. Kita lupakan Firman Allah. Padahal ada larangan,

"Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil..." (Q 2:188)

Kita lupakan firman Allah itu. Kita bahkan merasa hebat bila kita mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya walaupun mencampakkan Firman Allah. Kita sudah menggantikan takbir dengan takabur.

Di tengah-tengah masyarakat, kita tidak lagi mendengar Firman Allah yang mengajarkan kejujuran, keikhlasan, kasih sayang, dan amal saleh. Sebaliknya, dengan setia kita mengikuti petunjuk iblis untuk melakukan penipuan, kemunafikan, kekerasan hati, dan penindasan. Allah yang kita besarkan dalam shalat dan doa, kita lupakan dalam kehidupan. Dalam puasa kita menahan diri untuk tidak memakan makanan dan minuman yang halal, tetapi kita berbuka dengan makanan dan minuman yang haram. Bibir kering karena kehausan, perut kempis karena menahan lapar, tetapi tangan-tangan kita kotor karena kemaksiatan.

Lagi, untuk kita renungkan. Karena di masjid kita bertakbir, tetapi di tengah-tengah masyarakat takabur. Kita sering melihat pertentangan (inkonsistensi) dalam perbuatan kita. Banyak orang yang khusyu shalatnya, khusyu pula dalam merampas hak orang lain. Banyak orang yang fasih dalam melafalkan al-Quran, dan fasih pula dalam memperdayakan orang lain. Banyak orang yang tidak putus puasanya, dan tidak putus pula kezalimannya.

Allahu akbar! Wahai Allah yang Mahabesar. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Ampuni kealpaan dan kekhilafan kami wahai yang Pengasih dan Penyayang. Beri kami kemampuan untuk menggemakan takbir dalam seluruh kehidupan kami. Allahu akbar walillahilham.

Para aidin dan aidat yang dirahmati Allah
Çááå ÇßÈÑ - Çááå ÇßÈÑ - Çááå ÇßÈÑ. áÇ Çáå ÇáÇø Çááå - Çááå ÇßÈÑ¡ Çááå ÇßÈÑ æááå ÇáÍãÏ

Setelah perintah takbir, kita disuruh bertasyakur. Takbir harus disusul dengan tasyakur. Sebagian ulama menyebutkan bahwa tasyakur terdiri atas tiga komponen.

Komponen tasyakur pertama, kesadaran akan nikmat Allah. Kita tahu bahwa kasih-sayang Allah jualah yang menyebabkan kita masih hidup sampai hari ini, masih sanggup berlebaran tahun ini, masih sanggup berkumpul beserta keluarga atau sahabat-sahabat kita. Kita tahu bahwa kasih sayang Allah jualah yang menyebabkan kita masih sanggup berpuasa, beribadah, bertakbir, dan menyampaikan syukur kita kepada-Nya hari ini.

Komponen tasyakur kedua, sikap kita akan nikmat Allah. Kita senang karena Allah senantiasa menolong kita pada saat-saat yang diperlukan. Hati kita penuh dengan rasa terima kasih kepada-Nya karena dia telah membawa kita kepada keadaan seperti sekarang ini.

Rasulullah saw bersabda:

áöíóÊøóÎöÐó ÇÍÏõßõã ÞáÈÇ ÔÇßÑðÇ æáÓÇäÇ ÐÇßÑðÇ æ ÒæÌÉð ãÄãäÉð Úáì ÇãÑ ÇáÇÎÑÉ.

"hendaklah kamu (berbahagia) bila mempunyai hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, dan istri (suami) mukmin yang membantumu dalam urusan akhirat." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Komponen tasyakur yang ketiga adalah amal. Amal diwujudkan dalam seluruh anggota badan kita. Bersyukur kata al-Ghazali, adalah:

"Menggunakan nikmat-nikmat Allah taala untuk menaati-Nya serta menjaga agar tidak menggunakan nikmat-nikmat-Nya itu untuk maksiat kepada-Nya." (al-Ihya, 4:72)

Dengan demikian, tasyakur yang benar ialah bila kita masukkan takbir dalam menggunakan nikmat-nikmat Allah. Kita gunakan hidup kita untuk membesarkan asma-Nya, menjunjung tinggi syariat-Nya, menghidupkan agama-Nya, dan menyayangi hamba-hamba-Nya. Kita gunakan nikmat kekuasaan, kekayaan, dan pengetahuan, untuk sebesar-besarnya mewujudkan kehendak Allah di bumi.

Allah mengajarkan cara tasyakur amal ini,

Wa ammaa bini'mati rabbika fahaddits, dan nikmat Tuhanmu, kabarkanlah (93:11).

Arti mengabarkan nikmat ialah menyebarkan nikmat yang kita peroleh kepada orang lain. Kita bagikan kebahagiaan kita kepada orang lain. Makin banyak orang ikut merasakan nikmat yang kita peroleh, makin bersyukurlah kita. Anda menjadi orang kaya yang paling bersyukur bila kekayaan anda dapat dinikmati oleh orang banyak. Kelebihan rezeki yang anda peroleh tidak anda gunakan untuk kepentingan diri sendiri. Anda serahkan sebagian rizki anda untuk menolong pasien yang tidak sanggup membayar biaya rumah sakit, memberikan bantuan kepada anak didik yang tidak mampu, atau meringankan penderitaan orang miskin. Dengan ini, anda telah menyebarkan nikmat kepada orang lain. Inilah tasyakur dalam amal.

Jika anda orang yang berilmu, anda bertasyakur jika anda sebarkan ilmu anda sehingga orang memperoleh manfaat dari pengetahuan yang anda miliki. Anda gunakan ilmu anda untuk memberi petunjuk kepada orang yang bingung, hiburan kepada orang yang menderita, pengetahuan kepada orang yang bodoh. Anda telah menyebarkan nikmat. Anda telah melakukan tasyakur.

Jika anda orang yang berkuasa, anda bertasyakur bila anda menggunakan kekuasaan untuk melindungi yang lemah, menolak yang zalim, membasmi yang batil, menegakkan keadilan dan kebenaran, sehingga ketika anda meninggal, karya-karya Anda akan menjadi pahala yang terus mengalir.

Jika anda orang yang mempunyai kelebihan tenaga, anda bertasakur bila anda gunakan tenaga anda untuk mendatangkan manfaat bagi orang lain. Yang takabur ialah orang yang selalu memanfaatkan orang lain buat dirinya. Yang tasyakur ialah orang yang berusaha bermanfaat bagi sesamanya.

Rasulullah saw bersabda:

ÇóÍóÈøõ ÇúáÚöÈóÇÏö Çáì Çááåö ÊÚÇáì ÇóäúÝóÚõ ÇáäøóÇÓö áöáäøóÇÓ æó ÇÝÖáõ ÇáÇÚãÇáö ÇöÏúÎÇáõ ÇáÓøÑæÑö Úáì ÞáÈö ÇáãÄãäö íóØúÑõÏõ Úäå ÌæÚðÇ Çæ íóßÔöÝõ Úäå ßõÑúÈðÇ Çæ íóÞúÖöì áóåõ ÏóíúäðÇ

"Manusia yang paling dicintai Allah ialah manusia yang palig bermanfaat bagi manusia yang lain. Amal yang paling utama ialah memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang yang beriman, mengenyangkan yang lapar, melepaskan kesulitan, atau membayarkan hutang." (HR. Ibnu hajar al-Asqalani dalam nashaiul ibad: 4)

hadirin-hadirat yang dirahmati Allah
Al-Quran dimulai dengan nama Allah -bismillah- dan diakhiri dengan nama manusia -annas. Shalat dimulai dengan takbiratul ihram -penghormatan kepada Allah- dan diakhiri dengan assalaamualaikum -penghormatan kepada manusia. Puasa dimulai dengan menahan makan, dan diakhiri dengan memberikan makanan kepada orang lain. Bukankah itu semua menunjukkan bahwa amal seorang Muslim selalu dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan tasaykur -dimulai dengan membesarkan Allah, dan diakhiri dengan mendatangkan manfaat kepada sesama manusia.

Barakallah ...., Bhayangkara Baru, Ramadhan 1433 H

DyStar Confidentiality Notice:
This message and any attachments are confidential and intended only for use
by the recipient named above. Unauthorized disclosure, distribution or copying
of this communication and the information contained in it is strictly prohibited.
If you are not the intended recipient, please notify us immediately and delete the
message and any attachments. Thank you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar