Minggu, 13 Januari 2013

MetroTV Mobile - Benarkah Manusia Bebas?

http://www.metrotvnews.com/mobile-site/read/kolom/2012/12/03/297/Benarkah-Manusia-Bebas?

« BACK

Download
Aplikasi

Info Iklan
Copyright © metrotvnews.com 2011

Senin, 03 Desember 2012 21:42 WIB
Benarkah Manusia Bebas?

Hidup itu bagaikan
permainan catur.
Manusia bebas
bergerak ke mana
dia mau, namun pola
gerakannya terikat
dengan ketentuan
yang sudah pasti.
Perhatikan saja
permainan catur,
setiap aktor yang berada di atas papan
terikat dengan pola gerakan yang sudah
pasti. Jika dilanggar, permainan catur jadi
buyar. Analogi ini bisa juga diterapkan
pada permainan lain, misalnya sepak bola.
Pemain bebas bergerak melampiaskan
kemerdekaannya, namun tetap ada
batasan yang mengikat dan mesti
dipatuhi. Demikian juga halnya dalam
panggung kehidupan. Tuhan memberi
anugerah kebebasan atau kemerdekaan,
namun manusia diikat oleh berbagai
kepastian dan keterbatasan.

Batas yang paling mudah dilihat dan tidak
bisa ditawar adalah keterbatasan fisiknya.
Alam membatasi manusia tidak bisa
terbang seperti burung atau menyelam ke
dasar laut bagaikan ikan, sekalipun
manusia memiliki kebebasan berimajinasi
untuk melakukannya. Baru nanti dengan
kreasi akalnya manusia menciptakan
pesawat terbang atau kapal selam untuk
dikendarai. Batasan yang paling nyata dan
pasti tentu saja umur.

Diskusi apakah manusia memiliki
kebebasan berpikir dan bertindak menjadi
semakin rumit dan mengundang
perdebatan abadi ketika dibawa ke ranah
teologi dan ilmu sosial. Benarkah tindakan
seseorang murni hasil pilihan dan kreasi
dirinya ataukah tanpa disadari digerakkan
oleh aktor lain yang mendominasi?
Terdapat mazhab dalam teologi Islam
yang menyatakan bahwa manusia tak
ubahnya wayang, sedangkan Tuhanlah
sang Dalang yang menggerakkan. Dalam
ilmu sosial dan psikologi juga terdapat
pikiran serupa. Bahwa pikiran dan
tindakan seseorang itu tanpa disadari
merupakan pengaruh luar, baik
lingkungan, genetik, pendidikan, struktur
politik, dan lain sebagainya. Sampai
tingkat tertentu manusia memang tetap
memiliki kebebasan, namun terdapat
kekuatan luar yang tidak sanggup dia
kontrol dan tolak yang begitu dominan
memengaruhi dan menggerakkan
perilakunya.

Contoh yang paling mudah diamati adalah
setiap anak terlahir di luar pilihannya.
Selanjutnya akan diasuh oleh lingkungan
budayanya yang sangat memengaruhi
perasaan, pikiran, dan perilakunya, seperti
dalam berbahasa, selera makan, dan
sistem kepercayaan yang dianutnya.
Bahkan faktor geografis tempat lahir dan
tumbuh juga memengaruhi pola hidupnya.

Secara teoretis setiap orang memiliki
kebebasan yang dengannya menjadi
syarat sebuah tindakan akan dikatakan
baik atau buruk. Tindakan apa pun tanpa
adanya kebebasan untuk memilih akan
sulit dikategorikan baik atau buruk, jika hal
itu dilakukan secara terpaksa atau
kehilangan akal. Itulah sebabnya orang
yang hilang akalnya, anak kecil, atau
terpaksa, hukuman tidak berlaku. Bahkan
untuk ber-Islam dan beriman padaTuhan
disyaratkan adanya pilihan bebas, bukan
karena paksaan. Paksaan akan merampas
ketulusan. Namun, sekali lagi, secara
sosiologis dan psikologis perlu disadari
bahwa perilaku seseorang ternyata juga
dipengaruhi dan digerakkan oleh faktor-faktor yang bekerja di luar dirinya.

Dengan demikian kita dituntut bersikap
bijak, jangan mudah menghakimi dan
menyalahkan orang lain karena tindakan
apa pun pasti ada faktor luar yang kadang
kala memaksanya untuk melakukan.
Hanya orang-orang yang memiliki daya
kritis, kepribadian kuat dan mampu
menjaga integritasnya yang sanggup
melawan dorongan luar yang akan
merusak kefitrian orang yang selalu
menginginkan kebaikan, kebenaran,
keindahan,dan kedamaian.

Meminjam istilah psikologi, dalam setiap
orang terdapat archetype, sebuah struktur
kejiwaan yang juga dipengaruhi sistem
sosial tempat seseorang lahir dan tumbuh.
"Archetypes are nothing more than the
deep structures in the psyche and social
system," kata Carol S Pearson. Dalam
bahasa sains, archetype ini disebut
fractals, sebuah struktur yang menyangga
dan bekerja bagi eksistensi semesta ini.

Jadi, archetype ini tampaknya sebuah
kombinasi antara potensi diri yang
senantiasa melekat, kebebasan
berkehendak dan memilih, serta kekuatan
pengaruh lingkungan yang ketiganya
berperan mengarahkan tindakan
seseorang. Dengan memahami archetype,
seseorang akan sangat terbantu melihat
posisi dirinya dalam setiap langkah
hidupnya karena archetype akan
menyajikan dan menjelaskan potret diri
dalam adegan serial drama dan film
kehidupan yang tiap hari kita jalani.

Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah,
Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar