Selasa, 08 Januari 2013

Ikhlas Beramal


Oleh Jarjani Usman


"Katakanlah: 'Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam'" (QS. Al An'am: 162).

Hingga awal tahun 2013, jauh sudah perjalanan yang ditempuh manusia menuju akhirat. Dalam perjalanan yang jauh ini, beragam corak manusia telah terbentuk. Beruntung terbentuk menjadi orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam beramal, sebaliknya pasti merugi menjadi orang-orang yang merasa berat dan tidak ikhlas dalam beramal. Pasalnya, keikhlasan bagaikan nyawa setiap amalan. Ibnul Qayyim mengibaratkan orang yang tidak ikhlas beramal bagaikan musafir yang mengisi kantongnya dengan kerikil pasir; hanya menambah berat beban, tetapi tidak bermanfaat.

Salah seorang sahabat Nabi, Saiyidina Ali, pernah mengatakan bahwa ikhlas beramal hanya tumbuh bila ada rasa cinta kepada Allah. Katanya, kalau beribadah karena rasa takut kepada Allah, itu ibadah hamba; kalau beribadah untuk mendapatkan pahala, itu ibadahnya pedagang; dan kalau beribadah karena kecintaan kepada Allah, barulah dinamakan ibadah yang benar-benar ikhlas.

Dengan demikian, sangat berbahaya bekerja atau beribadah bukan karena Allah, tetapi mengharapkan keuntungan seperti uang, pujian, dan perhatian dari manusia. Makanya tidak mengherankan kalau ada pekerja proyek fasilitas umum seperti rumah sakit atau jalan, yang melaksanakannya tidak sesuai dengan kualitas yang telah disepakati. Juga ada yang melakukan korupsi bahkan dalam proyek pengadaan kitab suci Alquran. Demikian juga beribadah karena mengharapkan pujian, akan tak bersemangat melakukannya bila tidak dilihat orang. Padahal dalam shalat, kita selalu berjanji mempersembahkan segalanya kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar