Sabtu, 12 Oktober 2013

Pesan Moral Idul Qurban dan Ruhul Ukhuwwah

http://www.hidayatullah.com/read/9977/30/11/2009/pesan-moral-idul-qurban-dan-ruhul-ukhuwwah--.html

TAZKIYATUN NAFS
Pesan Moral Idul Qurban dan
Ruhul Ukhuwwah
Senin, 30 November 2009 - 18:52 WIB

Allah tidak akan pernah memberikan
kemuliaan kepada siapapun/bangsa mana pun
dalam perpecahan, baik pada umat terdahulu
atau di zaman akhir

Oleh Sholih Hasyim*

Hidayatullah.com--Beberapa hari lalu
kita merayakan Hari
Raya 'Idul Qurban
atau 'Idul Adha. Tiga
hari berturut-turut
berikutnya kaum
muslimin yang
memiliki kelapangan
rezeki disunatkan
memotong ternak,
minimal kambing
untuk satu orang,
guna dibagi-bagikan
kepada saudara-saudara kita yang
seumur-umur jarang/tidak pernah
membeli daging,
apalagi
mengkonsumsinya.

Dalam suasana Idul
Qurban, sementara
di belahan bumi
Indonesia yang lain
saudara kita
sebangsa sedang
diselimuti berbagai
musibah yang tak
kunjung lepas, umat
Islam dibangkitkan jiwa sosialnya untuk
menggalang solidaritas, soliditas dan
kesetiakawanan sosial, ukhuwwah islamiyah.
Dengan bertumpuk masalah yang dihadapi
hari-hari ini, umat Islam mendesak untuk
bersatu. Dengan persatuan akan melahirkan
kekuatan. Dengan persatuan yang didasari
oleh nilai-nilai suci yang diserap dari keimanan
dan ketakwaan, kita akan menang dalam
perjuangan, seperti pada masa penjajahan fisik
setengah abad yang lalu.

Sebaliknya, jika kita mempertontonkan dan
menonjolkan perbedaan yang tidak subtansial,
dan tidak mengedepankan persamaan masalah
prinsip, kita akan gagal mengisi kemerdekaan.
Bahkan, akan datang penjajahan baru dalam
bentuk lain, di antaranya penyakit KKN yang
menggurita. KKN merupakan simbol kerusakan
moral, sebagai indikator nafsu serakah dan
mementingkan diri sendiri. Tidak mau
berkorban, tetapi mengorbankan negara untuk
memperkaya diri dan mempertahankan status
quo. Sehingga negara kita dijajah/digerogoti
dari dalam, kemiskinan, kehinaan, kebodohan,
tidak independen, tidak bermartabat, tertinggal
dari bangsa lain.

Dengan persatuan, kita memiliki nyali untuk
menghalau tantangan internal dan melawan
musuh eksternal. Mustahil kita menjadi bangsa
yang besar, jika kita berjiwa kerdil. Tidak luber
dan legowo dan tidak berjiwa permadani. Tidak
memiliki jiwa besar. Ada sebuah ungkapan:
"kun kalyadaini walaa takun kaludzunani"
(jadilah kamu seperti kedua tangan, jangan
seperti kedua telinga). Berbeda dengan telinga,
tangan itu memiliki ciri suka bergandengan.
Persatuan tidak sekedar memperbanyak SK,
karena persatuan merupakan refleksi ruhani.

Imam Ali mengomentari krisis perpecahan
umat Islam: "Aku heran kaum Muslimin
bercerai berai dalam kebenaran, sedangkan
musuh bersatu dalam kebatilan. Kekeruhan
berjamaah (bersatu) itu masih lebih baik
daripada bersih secara sendirian."

Bukankah 1 milyar populasi umat Islam di
seluruh penjuru dunia tidak berdaya
menghadapi segelintir kaum Yahudi yang
dengan semena-mena, tanpa mengenal
prikemanusiaan menjajah penduduk muslim
Palestina?

Dalam kesempatan lain Khalifah Islam IV
mengatakan, "Allah SWT tidak akan pernah
memberikan kemuliaan kepada siapapun,
bangsa manapun, dalam perpecahan, tidak
kepada umat terdahulu tidak pula kepada
umat di zaman akhir."

Imam Syafi'i mengatakan: "Perkara batil
terkadang bisa menang karena bersatu,
sebaliknya kebenaran kadang-kadang
menderita kekalahan, kelemahan dan kehinaan
disebabkan perpecahan."

Momentum Idul Qurban menjadi pelajaran
bagi diri sendiri untuk memperkuat jalinan
ukhuwwah Islamiyah dengan cara
mempertebal kepekaan sosial kita, agar kita
memperoleh hikmah, ibrah, pelajaran dari Hari
Raya 'Idul Adha ini.

Ruhul Qurban Wat Taqarrub Ilallah

Di samping 'Idul Adha, Hari Raya ini dinamakan
pula 'Idul Qurban' karena dengan semangat
jiwa sosial dan berkorban, kita akan menjadi
hamba yang bertambah dekat kepada Allah
SWT. Dekat dengan pertolongan-Nya. Dekat
dengan petunjuk-Nya. Dekat dengan rahmat-Nya. Dan dekat dengan ridha-Nya. Manusia
yang paling sengsara dalam kehidupan di dunia
ini dan kelak di akhirat adalah manusia yang
jauh dari hidayah Allah SWT. Jauh dari
pertolongan-Nya. Jauh dari rahmat-Nya.

Dalam perjalanan kehidupan ini kita bisa
mengambil pelajaran yang sangat berharga,
sekalipun dengan susah payah, memutar otak,
memeras tenaga, mengumpulkan perbekalan,
akan tetapi yang dituju seringkali tidak tercapai.
Usaha mengalami kegagalan, sekalipun sudah
dikerahkan orang-orang yang ahli dalam
berbagai bidang. Banyak target yang sudah
direncanakan secara cermat ternyata tidak
realistis. Konsep sudah disusun secara matang,
terbukti kandas di tengah jalan. Bukankah
tukang cukur tidak bisa mencukur rambutnya
sendiri.

Sungguh, dalam sejarah tidak ada ceritanya
manusia bisa survive, eksis, serta melakukan
segalanya sendirian, tanpa keterlibatan pihak
lain, baik secara langsung maupun tidak
langsung, baik manusia primitif maupun
manusia modern. Manusia hanya berusaha,
berharap, berencana, berikhtiar, pada akhirnya
yang paling menentukan adalah Allah SWT.
Binatang dinosaurus itu lebih cepat punah,
karena kurang terampil dalam membangun
sinergi. Setiap perkembangan lingkungan sosial
yang baru, kawan baru, ide baru, dipandang
sebagai ancaman, bukan anugerah yang patut
disyukuri.

Oleh karena itu marilah kita tingkatkan usaha
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan sedekat-dekatnya. Dengan cara
meningkatkan grafik keimanan dan ketakwaan
kita. Semoga kita bisa mengambil hikmah 'Idul
Qurban.

Taqorrub ilallah (sandaran spiritual) hanya bisa
dicapai dengan menegakkan shalat wajib,
sunnat, shalat lail, melakukan puasa,
mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji,
aktif dalam majlis ta'lim. Dengan cara demikian,
insya Allah komunikasi kita dengan Al-Khalik
semakin akrab, dekat dan erat.

Adapun membangun kedekatan dengan orang
lain dengan jalan memberi, berkurban pula,
bukan menuntut. Berbeda dengan falsafah
kehidupan orang Barat: Lakukan apa saja
sesuka hatimu, yang penting jangan
mengganggu kebebasan orang lain. Dalam
Islam diajarkan: apa yang bisa kamu kurbankan
untuk kepentingan orang lain. Kepekaan sosial
yang paling rendah adalah 'salamatush shadr'
(selamat dada kita dari kebencian terhadap
sesama). Dan solidaritas sosial yang paling
tinggi adalah 'al-Istar' (mengutamakan orang
lain melebihi dari dirinya sendiri, sekalipun
dalam kesulitan).

Dengan mengulurkan tangan kepada orang
lain secara ikhlas, di samping kehidupan kita
akan menemui berbagai kemudahan, pula
mendatangkan pertolongan dari Allah SWT.
Bahkan bukti kecintaan seorang hamba kepada
Allah SWT adalah diukur dari kualitas
kecintaannya kepada sesama.

????????? ???? ?????? ????????? ???????? ?????????
???? ?????? ????????

"Allah SWT pasti menolong hamba-Nya selama
hamba itu menolong orang lain." (Hadits
Qudsi).

"Barangsiapa yang mengeluarkan zakat
hartanya Dia akan menghilangkan kejelekan
dirinya." (HR. Thabrani).

???????? ?????????? ??? ???? ???? ???? ?????? ????????
?????????? ??????????? ????? : ???????? ????? ??????
??????

?????? ???? ??? ????? ?????? ???? ??????? ?????? ???
???????? ???????????? ???? ???????? ???????????? ????
??????????? ????????????

"Saya menghadap Nabi Saw ketika itu beliau
sedang membaca "Al-Hakumut Takatsur", lalu
beliau bersabda: Orang-orang selalu berkata:
Ini hartaku, ini milikku! Apakah yang bisa
engkau perbuat terhadap kekayaanmu, kecuali
yang kamu makan sampai habis atau engkau
pakai hingga habis, atau engkau sedekahkan
kepada orang-orang yang sedang memerlukan
atau untuk kepentingan umum (fi sabilillah),
maka harta kekayaan yang demikian itu akan
menjadi tabunganmu yang tersimpan kelak di
akhirat akan engkau nikmati manfaatnya." (HR.
Muslim).

Islam adalah agama yang menempatkan dunia
dalam posisi yang penting. Ini tidak perlu
diperdebatkan. Maka ada rukun (pilar) Islam
yang bernama zakat dan haji, ibadah keduanya
tidak bisa dikerjakan kecuali dengan harta.
Fungsi dunia adalah 'mazra'atul akhirah'
(ladang yang harus ditanami baik-baik agar bisa
dipanen di akhirat), kata Imam Al-Ghozali. Akan
tetapi beliau memperingatkan kita agar
bersikap "zuhud" dalam menyikapi kekayaan
dunia. Zuhud artinya tidak serakah, membatasi
konsumsi sesuai keperluan.

??? ????????? ?????????? ????????? ??? ??????
?????????? ????? ???? ?????? ????????? ???????????
??????????

"Dua ekor serigala yang lapar dan dilepas ke
dalam kumpulan kambing tidak lebih merusak
dibanding kerusakan yang ditimbulkan akibat
serakah terhadap harta dan kedudukan yang
sangat merugikan agama itu." (HR. Turmudzi).

Ruhun Nahr

'Idul Qurban disebut juga 'Idun Nahr' artinya
Hari Raya memotong korban binatang ternak.
Ritual penyembelihan sebagai simbol/bentuk
menyembelih nafsu hewani kita, agar tunduk
kepada Allah SWT. Yang dinilai bukan daging,
darah hewan kurban, tetapi motivasi
berkurban.

Asal usulnya dimulai dari ujian Allah SWT
kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih
puteranya yang tercinta Ismail as. Nabi Ibrahim
berkali-kali diuji dengan berbagai ujian berat
yang memerlukan pengorbanan yang besar.
Semuanya dilalui dengan selamat. Beliau lulus
ujian. Diuji untuk mempertahankan
keimanannya sekalipun menghadapi hukuman
dibakar hidup-hidup. Pengorbanan yang
dilakukan tidak sia-sia. Beliau ditolong
langsung oleh Allah SWT. Karena agama ini
milik-Nya. Siapa saja yang menodai agama
Islam, berarti mengadakan konfrontasi
langsung dengan-Nya. Api menjadi dingin,
Ibrahim selamat atas restu Allah SWT.

Ujian terberat bagi Nabi Ibrahim adalah
perintah mengorbankan putranya Isma'il, putra
semata wayang yang sangat dicintainya ketika
itu. Sekalipun berat, berkat kerjasama antara
Ibu, Anak dan Bapak dalam suasana dialogis
yang menyejukkan, maka ujian berat itu sukses
dijalani.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya
Aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar" (QS. Ash Shoffat (37) :
102).

Dari jejaknya itu lahirlah Kota Suci Mekah,
kiblat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar