Kamis, 13 Februari 2014

HIDUP INI SINGKAT

SEGALA puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga yaumil akhir.

 

Di dalam al-Quran surat al-Mu’minun 112-114 ada dialog antara Allah SWT dengan orang-orang yang telah meninggal dunia. Allah berfirman,

 

@»s% öNx. óOçFø[Î6s9 Îû ÇÚö F{$# y y tã tûüÏZÅ ÇÊÊËÈ   (#qä9$s% $uZø[Î7s9 $·Böqt ÷rr& uÙ÷èt/ 5Qöqt È@t«ó¡sù tûïÏj !$yèø9$# ÇÊÊÌÈ   @»s% bÎ) óOçFø[Î6©9 wÎ) Wx Î=s% ( öq©9 öNä3¯Rr& óOçFZä. tbqßJn=÷ès? ÇÊÊÍÈ  

 

Allah bertanya, "Berapa lama kamu tinggal di bumi?". Mereka menjawab, "Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah berfirman, "Kamu tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui".

 

Hidup ini singkat. Begitu yang kita tangkap dari ayat itu. Jadi, kalau kita mendapatkan kesenangan dunia, itu adalah kesenangan yang sangat singkat. Kalau kita menderita, itupun sebenarnya penderitaan yang teramat singkat. Sekali lagi, hanya sehari atau setengah hari saja, atau lebih singkat lagi. Sama sekali tidak sebanding dengan waktu yang akan kita tempuh nanti di akhirat.

 

Hidup ibarat sebuah perjalanan. Perjalanan membutuhkan bekal. Jika perjalanan kita seminggu, maka paling sedikit kita menyiapkan bekal untuk keperluan selama minggu. Tas yang kita bawa pun berisi pakaian ganti yang harus cukup untuk seminggu. Uang saku juga harus cukup untuk kebutuhan seminggu. Jika kita bepergian selama sebulan tentu bekal dan persiapan kita harus lebih besar lagi.

 

Lalu, apa bekal terbaik untuk perjalanan hidup sesudah mati, sebuah perjalanan abadi, dan tanpa batas waktu? Bagi orang yang menyadari betapa panjangnya perjalanan itu, tentu akan jauh lebih serius mempersiapkannya. Seluruh waktu dan kesempatan hidupnya, dimanfaatkan sepenuhnya untuk mengumpulkan bekal menuju kehidupan yang abadi itu. Ia akan pertaruhkan seluruh hidupnya dan apa pun yang dia miliki untuk mendapatkan kehidupan yang baik sesudah kematiannya.

 

Tentu tidak semua yang kita miliki kita bawa. Kita harus pandai-pandai memilih yang bermanfaat. Segala sesuatu yang tidak berguna hanya akan memperberat perjalanan. Di antara bekal yang harus kita bawa, yang tidak boleh tertinggal dalam perjalanan hidup, dari dunia yang singkat ini menuju kehidupan panjang akhirat adalah keimanan, ketakwaan, dan amal saleh. Itulah bekal terbaik kita.

 

Allah berfirman,

3 (#rß ¨rt s?ur  cÎ*sù u ö yz Ï #¨ 9$# 3 uqø)­G9$# 4

“… Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa…” (QS. Al-Baqarah [2]: 197)

 

Kemudian tentang bekal berupa amal, Hadis Nabi menjelaskan, “Ada tiga perkara yang mengikuti orang yang meninggal dunia: keluarga, harta, dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya,” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

 

Hadis ini tentu saja tidak mengajarkan kita untuk membenci harta, sebab itu adalah bagian dari bekal untuk hidup di dunia. Juga tidak mengajak kita untuk mengabaikan keluarga dan sesama, sebab tidak mungkin kita hidup di dunia ini tanpa mereka. Secara fisik harta itu memang kita tinggalkan, tetapi nilai amal saleh dari harta itu akan abadi bersama kita. Hal itu hanya bisa terjadi apabila harta itu kita belanjakan di jalan yang diridhai Allah. Demikian juga dengan keluarga dan saudara-saudara kita, jasad mereka memang tidak menyertai kita lagi, tetapi kebaikan yang kita tanamkan dalam interaksi bersama mereka tetap akan menyertai kita.

 

Saudara-saudara seiman itu akan senantiasa mengirimkan doanya untuk kita. Anak-anak yang saleh juga akan senantiasa memberi kebaikan kepada kita. Ilmu yang kita ajarkan kepada sesama juga akan menjadi tabungan yang memberi keuntungan yang tidak pernah putus. Semuanya akan menjadi amal saleh.

 

Hidup ini adalah perjalanan yang singkat. Setiap detik mengantarkan kita semakin dekat dengan batas akhir.

 

Semoga waktu yang teramat singkat ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya.

 

Barakallah … Bhayangkara, 14 Februari 2014